(12) Arief Pulang

1.1K 83 11
                                        

Cinta itu tentang sebuah ketulusan, dua orang yang saling menghanyutkan perasaan, saling berpegang tangan, menuju jalan keridhoan.


***

Di Mesir sudah memasuki musim panas, dan panasnya melebihi panas di Indonesia. Tujuh derajat Celcius yang membuat orang-orang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Termasuk mahasiswi seperti Naura, mereka diliburkan bila musim ini tiba.

Namun libur kali ini membuat Naura tidak bahagia. Seperti pagi ini, Arief sudah dijemput oleh pasukan-pasukan tentara yang mengajak untuk pulang ke Indonesia. Ada sekitar 30 orang, tapi yang datang ke rumah bibi Naura hanya 5 orang dan tidak dengan seragam serta senjata. Identitas tetap harus disembunyikan demi menjaga keamanan.

"Mas, aku ikhlas kamu pulang ke Indonesia. Tapi aku minta satu syarat?" Naura bersuara.

"Apa?" tanya Arief.

"Aku gak mau kita cerai, aku gak bisa tanda tangan surat ini." Naura menitikkan air matanya.

Arief mengusap wajahnya. Demi Allah, ia bingung harus bertindak seperti apa. Kesalahpahaman ini akan membuat Rissa terluka, ia tidak mau itu. Sementara disisi Naura, Arief tidak tega melihatnya bersedih.

"Naura, kamu kan tau pernikahan kita ini hanya kesalahpahaman, dan maaf aku sama sekali tidak mencintaimu."

Para tentara yang ada di sana tidak berniat menguping tapi sedikit-sedikit mereka berusaha mencerna untuk tahu. Karena si kapten Arief pun tidak memerintahkan untuk menutup kuping.

"Tapi aku mencintaimu, Mas!" ucap Naura tersedu.

"Sejak kapan?" Arief mendongak, yang tadinya menunduk kebingungan. Waktu Arief tidak banyak, ia harus berpikir dalam kegelisahan demi mengambil keputusan yang tepat.

"Sejak aku pertama kali melihatmu," ungkap Naura sembari meraih tangan Arief. "Aku mohon jangan ceraikan aku, Mas! Aku rela jadi istri keduamu."

Arief mengambil tangan Naura bukan karena cinta tapi untuk menenangkan perempuan itu. "Naura, aku takut aku tidak bisa adil. Aku takut itu akan menyakiti Rissa atau pun kamu."

"Aku siap untuk tersakiti."

Perkataan Naura spontan membuat para tentara memutar bola mata mereka. Apa yang ada dipikiran Naura? Sehingga ia berucap demikian. Apakah cinta membuat orang-orang mengalahkan akal dan membiarkan ego?

"Astaghfirullahal'adzim," lirih Arief sambil melepas tangan Naura pelan. "Banyak lelaki Sholeh diluar sana. Kamu bisa mendapatkan yang lebih baik dariku. Bukan aku yang hatinya sudah digenggam wanita lain."

"Lapor kapten, waktu tinggal lima menit lagi!" seseorang tentara menyahut.

"Laporan diterima!" jawab Arief. "Aku harus pergi, aku kasih kamu waktu seminggu untuk tenang dan memikirkan keinginanku untuk pisah. Aku harap setelahnya aku mendapatkan tanda tangan darimu, Naura. Untuk selama ini terimakasih, aku tahu kamu salah seorang yang berjasa dalam hidupku," kata Arief sungguh bijak sebijak wibawanya.

"Pada bibi, terimakasih dan maaf saya banyak merepotkan."

"Iya, kamu hati-hati dijalan."

Bibi Naura adalah salah satu saksi drama Naura pada Arief yang tak banyak komentar, dan sama sekali tidak paham jika keponakannya ini sedang berniat menggantikan posisi Rissa dihati Arief.

Naura akhirnya merelakan Arief pergi dari rumahnya bukan hatinya.

"Aku boleh memelukmu, Mas? mungkin untuk yang terakhir kalinya sebelum kita berpisah," pinta Naura penuh harap.

Love in HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang