Jika merelakan adalah yang terbaik, maka cobalah kalahkan ego.
***
Biasanya di pagi hari hanya ada suara kicauan burung dan dedaunan yang bersemilir. Tapi berbeda dengan pagi Arief dan Rissa, mereka selalu menghiasi dengan berbagai ocehan menggemaskan. Khususnya pada hari ini, sebuah insiden kecil lagi dan lagi harus memunculkan pertengkaran konyol. Padahal sudah tiga hari ini status mereka telah menjadi sepasang suami istri
Pasalnya Arief dan Rissa memang sengaja tidak tinggal di rumah orang tua mereka, karena jauh sebelum rencana perjodohan ini terjadi, Arief telah memiliki rumah yang dibeli dari hasil jeri payahnya selama empat tahun bekerja sebagai Tentara Indonesia. Walaupun masih dalam tahap pencicilan.
"Kamu bersihin sendiri pecahan kacanya!" titah Rissa sambil melipat kedua tangannya di dada.
Arief melirik ke arah istrinya sekilas, kemudian kembali fokus pada Al-Quran nya.
"Arief!" pekik Rissa kesal karena hanya diabaikan.
"Kenapa?" jawab Arief santai, seperti tak bersalah.
"Gak usah pura-pura gak denger! itu bersihin pecahan kacanya!"
"Kamu gak hormat banget sama suami, masa nyuruh aku?"
"Iya kan, kamu yang salah!"
"Aku gak mau!" kemudian lelaki itu melanjutkan muroja'ahnya sembari mengulum senyum.
Kelakuan mereka memang seperti anak kecil, tapi percayalah dibalik semuanya Arief ingin merubah watak Rissa yang mudah marah, agar menjadi lebih sabar.
Maka dengan kesal, Rissa beralih ke dapur dan mengambil alat bersihnya. Setelah itu ia kembali dan membersihkan pecahan gelas yang tak sengaja dijatuhkan Arief tadi.
Tangannya boleh fokus pada serpihan kaca, namun matanya tak henti menatap Arief dengan sorotan mematikan apalagi bibirnya yang tak lekas memanyun.
Dari sudut mata Arief dapat menerka kejengkelan istrinya.
"Kerja itu yang ikhlas," ujar Arief.
"Jangan cuma ngomong doang, bantu kek," gerutu Rissa dengan mempercepat gerakannya membersihkan serpihan kaca tersebut.
"Suami baik itu bantuin istrinya kalo lagi kesusahan, bukan malah liatin aja," omel Rissa lebih lanjut.
"Aku bantu doa aja."
"Anak paud juga bisa kalo bantu doa doang mah."
"Udah gak usah ngomel-ngomel, bersihin yang bener!" titah Arief.
"Udah gak usah ngomel-ngomel, bersihin yang bener," ujar Rissa dengan menirukan kalimat Arief sambil meledeknya.
"Awas entar luka!"
Baru saja kalimat itu terlontar, tiba-tiba Rissa menjerit kesakitan karena tak sengaja benda tajam tersebut menggoresi jari telunjuknya. Dengan cepat Arief menutupi Al-Quran-nya dan mendekati Rissa.
"Kan udah aku bilang, gak usah ngomel-ngomel tuh kan jadi luka," ujarnya sembari mengambil jari telunjuk Rissa dan dihisapnya darah segar itu, kemudian Arief ludahkan ke tissue. Terus saja ia lakukan itu agar darahnya tak lagi mengalir.
Rissa pun terpaku di sana. Ia terpesona dengan perhatian Arief, bahkan matanya tak mampu berkedip lagi. "Gak usah liatin gitu amat, kalo jatuh cinta aku gak mau tanggung jawab," goda Arief namun matanya masih fokus pada jari Rissa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Halal
EspiritualPRIVATE ACAK. SILAHKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU UNTUK MEMBACA! #1 in wttys2018 (11.09.18) {Squel Sajadah Cinta} Kata siapa perjodohan itu hanya milik zaman Siti Nurbaya? Kata siapa perjodohan itu selalu berakhir menyedihkan? Kata siapa perjodohan itu...