[SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU OFFLINE DAN ONLINE]
A story to all genre, but contains elements of 17++ HumoRomance
Karena cinta dan kepercayaanlah yang membuatku mengenal arti dari persahabatan.
Dan persahabatanlah yang mengenalkanku pada masa depanku...
Mimpi indahku terpaksa harus pergi karena suara ponselku yang sedari tadi terus berdering. Shit siapa sih yang ganggu pagi-pagi buta gini?
Aku meraba-raba sekitar ranjangku, menemukan ponselku yang ternyata ada dibawah kasurku. Astaga jatoh ternyata. Tanpa melihat siapa yang menelponku, langsung kugeser tembol hijau.
"Halloo" Ucapku dengan mata yang masih terpejam.
"Ra bangun dong! Udah siang katanya mau shopping sekalian potong rambut lo itu!" Kata seseorang yang berada disebrang sana.
"Siapa sih nih?" Aku memang tidak tahu ini siapa. Enggan untuk membuka mata hanya melihat layar ponsel.
"Ck, gue Rein!" Hah? Aunty Rain? Adiknya Dad?
"Aunty Rain? Tumben telpon aku?" Ucapku yang terpaksa membuka mata.
"Sinting! Gue Lorrein! Buka mata lo sekarang juga nggak atau gue botakin rambut lo!" Shit perkataannya membuatku membulatkan mataku sempurna. Melihat layar ponselku. Oh Reinne.
"Iye iye maap nyawa gue belom nyampe tadi" ucapku.
"Gue mandi dulu deh" ucapku lagi.
"Cepetan kita OTW rumah lo dikit lagi" klik. Dimatikan. Kurang ajar.
Kalian mau tahu siapa yang menelponku? Aku akan perkenalkan nanti hahaha tenang tenang pasti aku akan sebutkan satu persatu sahabat-sahabatku.
Aku berjalan kearah kamar mandi untuk melakukan aktifitas pagiku.
Tak perlu lama didalam kamar mandi, sekarang aku sudah menuruni anak tangga dan berjalan mencari Mom.
"Bi? Mom mana?" Tanyaku saat Bibi sedang menyapu.
"Di ruang TV Kak" aku mengangguk lalu berjalan kearah yang Bibi sebutkan. Aku melihat Mom dan Dad sedang menatap layar TV. Kok pakaian mereka rapih banget?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Mom Dad" panggilku. Mereka menoleh kearahku dan tersenyum.
"Sini sayang" ucap Dad dengan menepuk sofa disebelahnya. Aku menghampiri mereka.
"Mau kemana rapih banget?" Tanyaku.
"Dad ada tugas seminggu di Jerman, Mom ikut. Gapapa ya?" Kata Mom.
Aku memajukan bibirku. Aku tidak biasa di tinggal Mom, sudah cukup biarkan Daddy saja yang sering berpergian jauh, Mom jangan.
"Mom biasanya nggak pernah ikut" rajukku. Dad memelukku dari samping lalu mencium kepalaku.
"Biarin Mom refreshing dong, dia bosen tau dirumah terus liatin kelakuan kamu sama abang yang gak pernah akur"
"Dad. Aku nggak biasa kan kalo Mom jauh" rengekku.