-----
Selamat pagi, Tae. Have a nice day.
—kimseokjin
-----
"Surat ke lima, dan isinya sama aja." Taeyeon mengerucutkan bibir tipisnya. Sedikit kecewa dengan isi surat yang dikirim oleh si pemilik nama Kim Seokjin itu.
Tangannya mulai meraba-raba isi tas yang selalu Taeyeon bawa ke mana pun gadis itu pergi. Tempat Taeyeon menyimpan semua surat yang dikirim oleh Seokjin.
"Cuma surat pertama aja yang isinya beda." Taeyeon kembali membuka lipatan kertas surat pertamanya dan membacanya untuk kesekian kali.
-----
Tae, apa kabar? Kamu inget aku 'kan? Aku selalu dateng ke tempat kamu loh, setiap hari.
Aku penasaran, kamu masih simpan earphone aku gak ya? Ya meskipun kamu gak ngaku, tapi aku tau. Kamu yang nemuin earphone aku waktu itu.
Aku sedih banget, kita udah gak bisa ketemu. Aku cuma bisa kirim surat ini buat kamu. Aku nyesel karena gak bilang dari awal, Tae.
Semoga kamu sehat selalu.
—kimseokjin
-----
"Aku juga nyesel, Jin. Aku bego banget. Harusnya aku juga bilang kalau aku cinta sama kamu."
Flashback On
"Selamat pagi Mas, ada yang bisa saya bantu?"
Taeyeon membungkuk hormat pada salah satu pengunjungnya.
Hari ini adalah hari pertama untuk Taeyeon bekerja di toko buku, bersama dengan Tiffany yang sudah enam bulan lebih dulu darinya.
"Maaf, Mas, lagi nyari apa? Mungkin saya bisa bantu."
Pria itu masih saja fokus dengan jejeran buku yang berada di hadapannya. Terdapat sepasang earphone berwarna coklat keemasan yang menyumpal lubang telinganya.
Pria itu sama sekali tidak mempedulikan Taeyeon yang sudah tidak sabar menunggu jawaban.
Sampai akhirnya, Taeyeon pun memberanikan diri untuk menepuk pundak pria itu.
Dan benar saja, pria itu segera menoleh ke arahnya. Melepas earphone lalu berbalik penuh untuk berhadapan. Well, seharusnya sedari tadi Taeyeon menepuk pundaknya saja.
Satu menit berlalu. Entah apa yang menguasai pikiran keduanya, tapi pria itu mulai mengalihkan pandangan setelah mendengar Taeyeon berdeham. Sepertinya ia dibuat gugup karena terlalu lama memandang wajah gadis di hadapannya itu.
Dalam hening itu, suara Tiffany tiba-tiba saja terulang di pikiran Taeyeon,
"Lo liat cowok yang pake earphone itu? Dia salah satu pengunjung setia loh. Kayaknya dia lagi nyari sesuatu. Bantu, gih!"
"...oh iya, namanya Kim Seokjin, dia tinggal di seberang toko buku."
"Iya deh, kanjeng ratu Tiffany."
Sekali lagi, Taeyeon mengulang pertanyaannya, "Ada yang bisa saya bantu, Seokjin-ssi?"
"Ah, gak perlu, makasih."
Seokjin mengambil salah satu buku dan berjalan menuju kursi kosong yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.
Taeyeon hanya memandangnya heran, dalam hati bergumam, apa gue terlalu sokab ya?
Gadis ini kembali merapikan buku dan menyimpannya di tempat semula. Namun tangannya berhenti seketika kala suara seseorang kembali menginterupsinya.
"Nama kamu?"
Begitu yang ia dengar, sampai membuat buku pada genggamannya ikut terjatuh bersamaan dengan arah pandangannya.
"Ah, nama aku? A-aku, Taeyeon. Kim Taeyeon, Seokjin-ssi." jawabnya dengan gugup. Pasalnya pria itu tampak serius, namun juga ganteng di saat bersamaan. Taeyeon dibuat kalang kabut dengan duality nya.
Pada akhirnya Seokjin mulai membungkuk di hadapan Taeyeon. Membuatnya menarik satu langkah mundur hingga kepalanya membentur rak di balik tubuhnya. Sementara pria itu kembali berdiri tegak dengan sebuah buku di tangannya. "Kamu gapapa?"
"Eh, iya. Aku gapapa kok."
Taeyeon menilik buku pada genggaman Seokjin, ingin meraih dan berterima kasih karena Seokjin sudah mengambil buku yang tidak sengaja ia jatuhkan. Namun urung ketika Seokjin bahkan tidak bicara apapun, seolah tidak berniat memberikan buku itu.
Karena Seokjin, Taeyeon jadi sulit mengontrol diri hingga menabrak rak buku di belakangnya. Dan pria itu hanya tersenyum simpul. Sebelum akhirnya tersadar untuk segera mengembalikan buku tersebut.
"Buku nya." ujar pria itu.
"Makasih." balas Taeyeon.
"Oh ya, dari mana kamu tau nama aku?"
Taeyeon tersenyum lagi, "Dari cewek itu." lalu menunjuk Tiffany yang berdiri di meja kasir.
Seokjin menatap Taeyeon dan Tiffany secara bergantian. Sampai akhirnya ia bertanya, "Oh? Dia kenal aku?"
"Dia temen aku, namanya Tiffany." jawab Taeyeon. "Rumah kamu di seberang toko ini 'kan? Tiffany bilang kamu sering dateng ke sini. Sering pinjam buku juga, makanya dia kenal kamu." lanjutnya.
"Ah, jadi kamu sering merhatiin aku?" balas Seokjin, tiba-tiba.
"Hah? Bukan aku, tapi dia."
Seokjin kembali memandang ke arah Tiffany, memutari isi toko dan berakhir pada Taeyeon lagi.
"Aku kira kamu juga."
Seokjin menatap iris mata itu dengan tatapan yang tidak bisa diartikan secara jelas. Taeyeon melihatnya, kemudian Seokjin mengalihkan pandanganya lagi.
Gadis itu tidak boleh mengetahuinya secepat satu kedipan mata. Ini terlalu cepat.
Flashback Off
"Tae, kamu sibuk?"
Taeyeon bergegas melipat surat pertamanya. Pupilnya membesar saking terkejut dengan kedatangan Baekhyun.
"Belum makan siang 'kan? Ayo lunch bareng." ajak pria itu.
"Aku udah makan, Baek. Ajak Tiffany aja."
"Oh, yaudah."
Baekhyun mulai melangkahkan kakinya keluar, dia melihat Tiffany di luar sana. Mencoba untuk biasa saja meskipun kekecewaannya tidak bisa ia sembunyikan lagi. Hal-hal yang Tiffany bilang sebagai Taeyeon di masa lalu, semuanya terlalu asing untuk Baekhyun.
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Letter ✔ | BaekYeon
FanfictionKim Taeyeon diberi sebuah harapan melalui surat yang dikirimkan oleh orang di masa lalunya. Meskipun logikanya menolak keras, tapi Taeyeon tak menampik jika dirinya sangat bahagia. Benar kata orang, cinta memang bikin buta. Taeyeon bahkan tidak pedu...