편지 - Sorry

81 19 1
                                    

Tiffany sibuk merapikan buku, hari ini bagiannya. Baekhyun kelewat fokus pada bacaannya. Sementara Taeyeon, gadis itu hanya menerawang keluar jendela. Memperhatikan langit yang mulai gelap.

Hari ini masih pagi, tapi sepertinya hujan akan segera turun, dan Taeyeon suka itu.

Pandangan Taeyeon menerawang cukup jauh ke atas langit. Namun sejauh mata memandang, hanya awan hitam yang terlihat. Sesekali kilatan cahaya putih menyambar angkasa. Langit seolah terbelah. Saat itu pula Taeyeon menutup kedua matanya. Kesukaannya pada hujan tidak mengurangi rasa takutnya pada kilat. Tak lama kemudian, terdengar guruh menggelegar, spontan Taeyeon menutup telinganya.

Baekhyun hanya melihat sekilas wajah ketakutan Taeyeon. Bukan karena sibuk dengan bacaannya, melainkan karena kejadian semalam. Hal itu cukup membuat Baekhyun mengurungkan niatnya untuk mengajak Taeyeon duduk di sampingnya.

Buku, barang penyelamat baginya.

"Lagi baca apa, Baek?"

Yah, entah keberanian dari mana, Taeyeon sudah duduk di samping Baekhyun. Membuat seutas senyum tersungging di bibir pria itu. Tak lupa, juga membuat jantung Baekhyun berdegup abnormal.

"Ehm... buku." Baekhyun menjawab seadanya.

Taeyeon dibuat mengerucutkan bibir mungilnya. Siapa saja tahu jika Baekhyun sedang membaca sebuah buku. Hanya saja, bukan itu maksud Taeyeon.

Tapi hal itu tidak lagi penting sebetulnya. Bagi Taeyeon, obrolan semalam lebih penting dari segalanya.

"Dari mana kamu tau Seokjin?" Taeyeon menatap penuh selidik.

Baekhyun mulai melepaskan pandangannya dari buku dan beralih menatap Taeyeon.

Bagaimana cara ngasih taunya?

Baekhyun kemudian mengingat kembali pembicaraannya dengan Tiffany, tentang Seokjin.

Flashback On

Tiffany menyesap teh hangat yang berada pada genggamannya. Sesekali meniupnya perlahan. Teh itu cukup panas jika diminum dalam satu tegukan. Sementara itu, Baekhyun duduk di hadapannya, melakukan aktivitas yang sama dengan Tiffany.

"Lo kenal cowok yang namanya Kim Seokjin?"

Tiffany sedikit tersedak mendengar pertanyaan Baekhyun. Nama itu tidak asing lagi di telinganya. Hanya saja, pemilik nama Kim Seokjin itu tidak hanya satu, bukan?

"Kim Seokjin?" ulang Tiffany. "...gue pernah denger sih." imbuhnya.

"Cowok yang Taeyeon kenal, dan gue yakin lo juga kenal. Dia sering ke toko buat pinjem atau cuma baca buku. Setiap kali dateng, dia pasti pake earphone." Baekhyun memperjelas pertanyaannya, seakan mengetahui apa yang dipikirkan Tiffany.

"Itu berarti, cowok yang tinggal depan toko."

Benar, kan. Dugaan Baekhyun tidak salah. Jadi pria itu benar-benar Kim Seokjin yang ia kenal.

"Emangnya kenapa lo tanya dia? Setau gue, Kim Seokjin yang tinggal depan toko udah meninggal satu tahun lalu." Tiffany menimpali.

"Tapi dia orang yang sama, yang selalu ngirim surat buat Taeyeon."

"H-hah? Yang bener aja lo, Baek." sahut Tiffany, antara ingin menyanggah namun terlalu nyata untuk diabaikan. Terlihat dari raut wajahnya yang kian meragu, Tiffany pun memiliki sesuatu yang membuatnya penasaran, "...tapi kalau itu beneran, berarti perkiraan gue juga gak salah. Gue emang udah curiga sejak awal. Gue juga sempet baca surat pertama buat Taeyeon, tapi itu mustahil. Gimana bisa? Dia udah gak ada."

"Gue juga gak ngerti, tapi kebenarannya emang gitu. Gue juga baca surat yang dikirim barusan, di suratnya, mereka bakal ketemu malem ini."

Flashback Off

"Aku kenal dia..." jawab Baekhyun, setelah kesadarannya kembali, atensinya berpusat pada Taeyeon sampai memiliki keberanian untuk mengakui semuanya, "...Kim Seokjin sahabat aku, Tae." jelasnya.

Oh, ya ampun.

Jadi, pria yang semalam menyatakan perasaannya pada Taeyeon adalah sahabat dari seseorang yang dicintainya?

Tidak ingin lagi, tapi saat ini pikirannya penuh dengan prasangka, batinnya memekik, semalem kata-kata gue bikin Baekhyun sakit hati gak, ya?

tbc.

Letter ✔ | BaekYeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang