편지 - Ask Her

67 15 1
                                    

Hari demi hari Taeyeon lewati dengan penuh semangat. Setiap harinya pula, hanya surat dari Seokjin yang menjadi penantiannya. Raganya tidak pernah lepas dari suasana meja kasir, tempat surat itu hadir menyapa segala penantian gadis itu.

Pagi ini, terlampau sangat pagi. Matahari pun belum sepenuhnya menghangatkan bumi.

Taeyeon berlari kecil menuju meja kasir. Semangatnya membuncah. Dia tidak ingin kehilangan surat ke sepuluhnya. Meskipun terkadang gadis ini harus menelan kekecewaan saat melihat isi dari surat yang itu-itu saja.

"Surat ke sepuluh, isinya masih sama gak ya?" Taeyeon bergumam pelan.

Kebahagiaan tidak pernah tertinggal kala tangan kecil Taeyeon sudah menggenggam surat dari Seokjin. Walaupun sebenarnya, banyak sekali hal yang aneh dan perlu dipertanyakan tentang semua ini.

Bagaimana caranya Seokjin mengirim surat untukku? Sepenggal kalimat yang selalu muncul di pikiran Taeyeon. Namun pada akhirnya hanya selintas saja memasuki alam sadarnya. Gadis itu lebih tidak mempedulikan apapun lagi untuk sekarang.

Setaunya, dia bahagia dengan hadirnya surat-surat ini. Meskipun kemudian, surat ini pula yang menyakitinya.

Taeyeon mulai membuka lipatan kertas tersebut. Gadis itu terhenyak, pikiran-pikiran asing kembali datang memenuhi otaknya.

-----

Malam ini, ketemu yuk. Nanti aku kirim surat lagi ya.

—kimseokjin

-----

Taeyeon termangu di tempatnya, pikirannya seolah berteriak, bagaimana bisa?

Kini jam sudah menunjukkan pukul lima sore, namun tidak ada surat berikutnya dari Seokjin. Padahal sudah jelas Taeyeon sangat menantikannya.


Sudah dua belas jam sejak Taeyeon membaca surat ke sepuluhnya, gadis ini sama sekali tidak berpindah dari meja kasir.

Sampai akhirnya, pekerjaanlah yang memaksanya untuk enyah dari tempatnya terduduk. Hari ini adalah giliran Taeyeon untuk merapikan buku. Dengan berat hati Taeyeon beranjak untuk kemudian disibukkan dengan daftar buku.

-----

Tempat kamu nemuin earphone aku. Kamu inget 'kan?

kimseokjin

-----

Sampai akhirnya apa yang menjadi kekhawatiran Taeyeon terjadi saat ini, yakni saat seseorang telah lebih dulu membaca surat ke sebelas yang dinantikan Taeyeon.

Berbeda dari biasanya, tidak ada kebahagiaan saat surat itu dibuka dan seseorang membacanya.

Baekhyun mengernyit dengan kedua alis yang hampir bertaut. Ia bergumam pelan, "Kim Seokjin?"

Ya. Baekhyun, Byun Baekhyun. Pria yang dengan lancang membaca surat ke sebelas Taeyeon.

Ingatannya sedikit berputar, dalam dirinya membenarkan jika ada yang tidak asing dari surat tersebut.

Namun Baekhyun kembali melipat kertas itu dan menyimpannya di tempat semula saat seseorang melangkah menghampirinya.

"Toko udah mau tutup loh, tumben banget baru dateng."

Baekhyun terdiam sejenak saat Tiffany tersenyum padanya. Sepertinya ada yang harus Baekhyun bicarakan pada gadis yang berdiri di hadapannya ini.

Semua hal tentang Taeyeon.

"Malem ini free 'kan? Gue mau ngobrol."

"Boleh aja, abis toko tutup ya. Ntar shareloc deh."

"Oke."

Baekhyun bergegas keluar, tidak ingin Taeyeon mendapati dirinya ada di sana. Sedangkan Tiffany hanya menatap heran punggung pria itu yang semakin lama semakin menghilang dari pandangannya.

Namun tentu saja, dalam benaknya bertanya-tanya, kenapa sih?

tbc.

Letter ✔ | BaekYeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang