Sorak ramai siswa siswi menggema di gedung olahraga indoor SMAN 55 Jakarta. Memberikan semangat kepada sesama yang sedang mempertaruhkan seluruh tenaga untuk nama baik sekolah.
Suara pantulan basket dan decitan sepatu beradu di area ini.
Perempuan yang berbaris rapi dengan seragam mini yang mencolok pun ikut menyoraki. Rambut yang mereka ikat tinggi ikut bergoyang mengikuti gerakan kepala mereka. Rumbai warna warni kedua tangannya pun bergoyang kesana kemari.
Berbeda dengan sekelompok anak perempuan dengan rompi kesehatan yang terduduk di tepi lapangan. Mata mereka fokus ke lapangan. Memperhatikan setiap gerak gerik anak perwakilan sekolahnya. Takut takut bila ada yang tergelincir. Mereka harus sigap bila memang itu terjadi. Karena itu tugas mereka.
Termasuk Aspasia. Ia bukan memperhatikan atas dasar melaksanakan kewajibannya sebagai anggota pmr. Tapi karena ada sesuatu yang bersarang di hatinya. Ia sangat suka memperhatikan matanya. Biru seperti lautan. Ingin rasanya ia masuk dan menyelam di dalam sana. Ah, ia menggelengkan kepalanya. Mengusir pikirannya yang mulai aneh.
Seketika matanya membulat besar. Melihat Felix terbaring dengan tangan yang memeluk lutut kanan. Mukanya merah, terlihat sekali kalau ia sedang sangat kesakitan. Ia bergegas bangkit dan berlari menuju Felix. Namun, tangannya dicegat oleh Evelyn.
"Aspasia, lebih baik kita menggunakan tandu. Aku tidak yakin kau bisa mengangkatnya sendiri menuju uks!" nasihat Evelyn dengan suara lembut namun tegas.
Aspasia hampir melupakan ketiga teman jaganya. Aspasia mengangguk dan kemudian mereka, Evelyn, Alesia, dan Maria bersama sama membawa tandu dan kotak P3K.
Terdengar geraman kesakitan dari mulut Felix. Dahinya berkerut. Bahkan mukanya semakin memerah.
Pasti sangat sakit
Sesampainya di uks, mereka memindahkan Felix dari tandu ke atas ranjang tidur. Mereka berbagi tugas untuk mengatasi Felix. Jika dilihat, Aspasia lah yang paling sibuk sekarang.
***
