Entah sudah hari keberapa ia mendekam di ruangan ini. Di dalam ruangan yang sangat tertutup, pengap, penuh debu, dan minim pencahayaan.
Banyak hewan menjijikkan yang berkeliaran bebas dibawah kakinya.
Ia tidak bisa bergerak sama sekali. Badanya terasa sangat pegal ditambah dengan tali tambang kasar yang melilit tubuhnya. Mungkin kaki dan lengannya akan membiru dan lecet karena tali yang membelitnya begitu keras dalam waktu yang lama.
Aspasia masih menggunakan seragam putih abu-abu yang tidak serapi dan sebersih di waktu hari senin. Bajunya kusut dan penuh noda kotor. Rambutnya pun sudah awut-awutan.
Tapi ia tidak memperdulikan keadannya. Ia hanya terus memikirkan cara bagaimana bisa keluar dari ruangan durjana ini dan menghirup udara sebanyak-banyaknya di luar sana. Karena sekarang ia merasa akan mati.
Aspasia kekurangan oksigen.
Ia sudah mencoba memanfaatkan suaranya untuk memanggil orang-orang dan menolongnya. Tapi tak ada satu orang pun yang menolongnya hingga kini. Bahkan Felix sekalipun.
Aspasia melemah. Ia tidak kuat. Namun pendengarannya menangkap derap langkah kaki yang mendekat. Ia sudah tidak bisa memikirkan siapa orang itu. Yang ia lakukan hanya berteriak meminta tolong, meskipun saat ini bisa dikatakan ia berbisik bukan berteriak.
Aku sudah tidak mempunyai tenaga untuk bertahan, Tuhan selamatkan aku.
Dan akhirnya Aspasia meluruhkan tubuhnya diatas kursi kayu dengan tali yang mengikatnya.
Sungguh malang nasibnya.
***
Kreet...Sinar matahari terjatuh rapi di lantai gudang yang kotor dan kusam.
Saat pertama kali memasuki gudang, perempuan itu sudah disambut dengan kawanan debu. Ia sampai terbatuk-batuk karena menghirup terlalu banyak.
Ia menutup hidung mancungnya dengan tangan kanannya.
Namun sesosok perempuan yang sudah terkulai lemas di ujung gudang mencuri perhatiannya. Bibir tipisnya menyeringai seram. Ini yang ia cari.
Ia mendekati perempuan itu dengan kedua tangan yang ia silangkan di depan dadanya. Masih dengan seringaian di wajah cantiknya. Para pembokat suruhannya pun mengikutinya dari belakang. Terlihat sekali bahwa ia adalah perempuan yang jahat.
Perempuan itu mencengkeram kuat dagu Aspasia yang sedang tidak sadarkan diri. Bibirnya sudah memutih. Wajahnya pucat. Tapi perempuan itu tetap tidak memperdulikan.
"Hello, Aspasia sayang. Bagaimana kabarmu disini? Menyenangkan bukan. Gue emang tau gimana cara nyenengin orang. Termasuk Felix. Gue selalu tau gimana cara nyenengin dia, tapi karena ada lo dia jadi nyuekin gue! Maka dari itu, gue harus hilangin lo dari penglihatannya Felix! Supaya dia fokus ke gue. Kalo bisa lo mending mati disini lah HAHAHAHA!"
Ia berbalik menghadap ke empat pembokatnya.
"Sekarang, lakukan tugas kalian! jangan sampai ada yang kelihatan dari bagian tubuhnya biar gak ada yang tau kalo yang kita tutupin itu manusia."
Pembokatnya mengangguk paham kemudian menutupi tubuh Aspasia dengan kain hitam.
"Selamat tinggal Aspasia. Semoga lo bisa cepat cepat bertemu dengan malaikat maut HAHAHA! Kuy cabut!"
Tawaan jahat memenuhi gudang ini. Bersamaan dengan tertutupnya pintu gudang menghilang pula segerombolan manusia tak berhati. Mereka rela melakukan kejahatan demi selembar kertas yang dihadapan Tuhan sama sekali tidak berarti.
Semoga Aspasia bisa lebih berlapang dada dengan perlakuan yang tidak sepantasnya ini untuk dirinya.
***