Cloud 11

24 2 0
                                    

Seorang gadis sedang tertidur dengan tenang diatas ranjang rumah sakit.  Terdapat nasal kanula di wajah pucatnya yang membantu pernafasannya. Elektrokardiograf dan tabung oksigen juga sudah berada di masing-masing samping kepala ranjang.

Semua hanya bisa berdoa dengan Tuhan, mengharapkan yang terbaik untuk Aspasia.

Ini sudah hari ke-empat ia terlelap dalam tidur panjangnya. Ia koma. Ia belum dipindahkan ke ruang rawat inap. Ia masih berada di ruang ICU.

"Nak Felix, ibu mau beli makan malam untuk kita disini. Kamu jagain Zef- eh Aspasia maksud ibu. Gapapa ya, nak?" tanya Irin selepas mencuci piring. Hampir saja ia keceplosan.

"Ah iya bu, gapapa. Hati-hati ya bu."

Irin membalas perkataan Felix dengan senyuman. Ia pamit dan menutup pintu.

Felix, kamu selalu care sama anak ibu. Bahkan kamu disini sudah 4 hari menemani Zefanya. Meskipun dalam keadaan kamu yang lupa ingatan seperti ini tapi kamu tetap peduli. Ibu harap kamu cepat pulih dari amnesiamu. Karena Zefanya sangat merindukan kamu.

***
Terdengar suara mesin pendeteksi detak jantung dan air conditioner beradu memenuhi ruang ICU.

Siapa saja yang berada di ruangan ini pasti akan menggigil kedinginan karena lajunya deru air conditioner.

Tapi, Felix seperti sudah kebal. Baginya, jaket kulit hitamnya sudah mampu menghangatkan tubuhnya.

Felix  menarik kursi mendekati ranjang tidur Aspasia. Ia menatap wajah Aspasia. Terlihat begitu cantik dalam tidurnya.

Kenapa aku selalu pengen ngelindungin dia? Aku ngerasa ini seperti kewajibanku buat ngejagain dia. Bahkan kalau dipikir-pikir aku sangat membenci namanya untuk menjaga perempuan. Buang buang waktu. Tapi, kalau di dekat dia... Semua itu seperti- ah entahlah. Ini membuatku bingung.

Felix meraup tangan dingin Aspasia. Terbersit dihatinya untuk melihat kelopak mata Aspasia terbuka. Ia ingin Aspasia segera sadar.

Dengan tangan kirinya, ia mengelus rambut Aspasia, "Aspasia.. Bangunlah, lo gak capek tidur mulu? Gua capek nih nungguin lo bangun. Udah 4 hari loh. Lo gak kangen sama sekolah?Udah cukup lah bermimpi rianya. Aspasia.. Ayo bangun. Ibu Irin merindukanmu. Aspasia.." Felix menundukkan kepalanya. Harus berapa lama ia menunggu Aspasia sadar.

Felix menyenderkan kepalanya di sisi ranjang. Baru saja ia akan masuk ke dalam mimpi, ia mendengar rintihan kecil yang memanggil namanya.

"Felix..."

Felix mengangkat kepalanya. Memastikan kalau suara tadi bukan berasal dari halusinasi nya. Dan benar. Itu jelas dari bibir pucat Aspasia. Mata Aspasia bergerak perlahan. Mulutnya masih memanggil namanya.

Aspasia sadar!

Felix tak percaya Aspasia akan sadar dengan dirinya disampingnya, ia begitu bahagia, "Gua disini, Aspasia! Akhirnya, lo sadar."

"Gue.. Gue dimana?"

"Lo di rumah sakit. Ceritanya panjang. Lo mau minum dulu atau gua panggilin dokter?"

"Minum aja."

Dengan cekatan Felix mengambil segelas air putih yang memang sudah disediakan di atas nakas. Kemudian membantu Aspasia untuk minum. Karena ia yakin Aspasia pasti masih sangat lemah.

Sebetulnya kepala Aspasia masih terasa sakit tapi karena rasa bingung dan penasarannya lebih tinggi, ia memberanikan diri untuk bertanya, "Felix, Lo.. kenapa bisa ada disini?" setelah kejadian itu, ini adalah kali pertama Aspasia mampu menatap mata biru Felix.

***

AspasialovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang