Terlihat matahari mulai condong ke tempat peristirahatannya. Guratan awan jingga yang tertera di Jagad Raya semakin mempermanis langit sore ini. Pertanda bahwa Matahari akan menarik Bulan untuk menggantikan posisinya.
Harusnya Felix berada di balkon kamarnya sekarang, memetik beberapa senar gitar sembari menikmati waktu senja seperti biasanya.
Namun, sekarang ia justru mengendarai mobilnya menuju SMAN 55 Jakarta. Sekolahnya. Bukan untuk mengambil tugas yang tertinggal atau ingin memenuhi janji bekerja kelompok dengan temannya.
Tapi, Felix ingin melanjutkan aksi pendobrakannya yang tertunda tadi pagi. Sengaja ia pergi disaat senja seperti ini agar tak ada yang mengganggunya.
Ia sangat penasaran.
Felix menurunkan kaca mobilnya dan berkata singkat pada Pak Budi yang sedang menyesap kopi hitam dikursi depan pos "Pak, pagarnya. Tugas gua ketinggalan di kelas."
Pak Budi selaku satpam sekolah hanya mengiyakan saja , ia juga tidak menaruh rasa curiga. Karena Felix bukan siswa pertama yang datang ke sekolah di luar jam sekolah hanya untuk tugas.
***
BRAKKKKKPintu gudang terbuka lebar. Ia berhasil mendobrak dengan mulus. Ia mengibaskan tangannya didepan wajahnya. Menghalau debu yang mulai bergumul di depan wajahnya.
Melihat keadaan gudang yang sangat gelap ditambah hari yang menggelap semakin menyulitkan Felix dalam melakukan 'pemeriksaan'. Ia merogoh saku belakangnya.
Gotcha!
Untung saja ada persiapan, jadi ia tidak perlu kerepotan saat sudah seperti ini. Ia memang menyiapkan sebuah senter di dashboard mobilnya. Kalau kalau disana gelap.
Dan ternyata idenya berguna.
Matanya berjelajah liar mengikuti gerak kepala senter yang ia arahkan. Ia menyenteri tiap sudut dengan teliti.
Gak ada apa-apa. Gak ada sesuatu yang aneh disini. Tapi tunggu dulu, itu apa?
Dahinya mengernyit dalam. Kini senternya ia fokuskan ke salah satu objek di sudut gudang. Ia berjalan perlahan, mendekati objek.
Mungkin jika orang melihat sekilas akan mengira kalau itu hanya patung atau ornamen yang sudah rusak kemudian di tutupi kain hitam.
Tapi mata Felix berubah menjadi sangat jeli. Ia melihat ujung sepatu dibawah kain itu.
Sejak kapan sekolah punya patung yang pake sepatu? Dan kenapa sepatunya kaya asli?
Tanpa ragu Felix menyibakkan kain itu. Dalam hitungan detik mat Felix terbelalak kaget.
Oh Tuhan!
Dibawah kain ini bukan patung atau ornamen. Tapi, Manusia yang terduduk di atas kursi dengan tali yang mengikatnya. Felix tidak tau itu siapa, karena wajahnya tertunduk dan rambutnya menutupi wajahnya.
Felix mengangkat dagunya dan menyingkirkan rambut yang menutupi. Lagi lagi Felix dibuat kaget. Karena ternyata perempuan itu adalah Aspasia! Perempuan yang menghilang selama berhari-hari.
Mukanya pucat. Badannya sangat panas. Bibirnya memutih. Keringatnya mengucur dari dahinya.
Shit!
Felix segera membuka ikatan yang mengurung Aspasia. Felix sempat kesulitan karena ikatan tali begitu kuat. Tapi dengan ke-kreatifan Felix, ia memotong tali dengan pecahan beling disekitar kursi kayu.
Felix menyampirkan jaket kulitnya dikedua bahu Aspasia kemudian menggendong tubuh Aspasia yang begitu rapuh ke mobil merahnya. Dengan kecepatan tinggi ia membelah keramaian ibu kota menuju rumah sakit. Felix sangat kalut.
Felix takut. Takut kehilangan Aspasia.
***