Lagu Fix you yang dinyanyikan oleh grup band asal inggris yang dibanjiri banyak penggemar atau biasa disapa Cold Play berdentum pelan di mobil hitam Felix. Tidak ada percakapan antara Felix dan Aspasia. Hening.
Mata Aspasia fokus ke kedua tangan yang ia mainkan. Ia gugup-
Kruk.. Kruk..
Dan lapar. Perutnya berbunyi disaat yang tidak tepat.
Oh, Tuhan rasanya aku ingin menguburkan wajahku di inti bumi, sekarang!
Semburat merah muda berkumpul dipipinya. Ia merutuki dirinya sendiri yang selalu teledor untuk urusan makan.
"Lo laper dan blushing, eh?" tanya Felix dengan alis yang ia naikkan satu dan senyum yang berkedut.
Lihat sekarang ia mulai mengejek Aspasia!
Aspasia menutup wajah dengan kedua tangannya, "Menurut lo? Kalo mau ketawa gak usah di tahan tahan! Seneng banget liat orang kesiksa, huh!"
Demi apapun ia sangat malu sekarang.
Tawa Felix pun pecah. Ia benar-benar tidak tahan dengan kelakuan Aspasia yang menggemaskan dan memalukan.
Felix tertawa dengan lepas. Sampai ia tak menyadari kalau Aspasia sudah menurunkan kedua tangannya dan menatapnya.
Aku seneng dia bisa ketawa lagi, apalagi alasan dia ketawa itu aku, bukan dia atau mereka.
Sampai satu suara menariknya kembali ke kenyataan, "Ngapain lo senyam senyum ngeliatin gue? Mikir jorok lo, ya!?" Aspasia membelalakkan matanya,
Tuk
Felix mengaduh sakit. Pasalnya Aspasia baru saja mendaratkan sebuah pulpen di jidat mulusnya. Entah dia dapatkan darimana.
Ia melipat kedua tangannya di depan dadanya kemudian memandang lurus ke depan, "Sotoy banget sih!" sangat tidak merasa bersalah.
Tak terduga Felix menjawil hidung Aspasia dengan keras. Pembalasan katanya, agar impas. Lagi-lagi mata Aspasia terbelalak kaget. Ia tidak menyangka Felix akan membalasnya, seperti ini. Ia dengan sekuat tenaga berusaha menjauhkan tangan jahil Felix dari hidung cantiknya, karena ia tidak bisa bernafas sekarang!
Sedangkan Felix hanya menunjukkan seringaian puas.
Tin!! Tin!!
Ternyata lampu lalu lintas sudah berwarna hijau dan mereka masih berdiam diri- oh bukan tapi masih bermain-main?
Dengan segera Felix menarik tuas rem dan menginjak pedal gas, menghindari amukan pengemudi lain yang bisa saja membakar atau menggantung mereka di atas Tugu Monas, dengan segera tentunya.
Aspasia bisa menghirup udara dengan leluasa sekarang. Ia sangat berterima kasih untuk siapapun yang membunyikan klakson tadi.
"Gak pernah bernafas ya, mbak? Sampe segitunya. HAHAHA."
"Bodo."
Mobil hitam Felix berbaur pada ramainya jalanan ibu kota sore ini. Ia mengarahkan mobilnya menuju Mall. Mencari makan untuk mengisi perut anak kelaparan di bangku sebelah yang sedang mengusap-usap hidungnya.
Setelah Aspasia keluar dari rumah sakit, hubungan Felix dan Aspasia semakin dekat. Semoga ini adalah pertanda baik. Untuk Aspasia dan juga Felix.
***