Hari ini Aspasia nampak lebih semangat pergi sekolah. Suasana hatinya sedang baik mengingat kemarin ia baru saja pergi berdua dengan Felix ke cafe. Salah satu impian kecilnya.
Ia bahkan mengikat tinggi rambutnya menjadi satu dan menyisakan poni didepan. Perubahan yang tak pernah ia lakukan selama kejadian itu. Semua ini karena Felix.
Ia berjalan menuju lokernya dan mengambil buku yang harus ia bawa ke kelas.
Sesampainya di kelas ia dikejutkan dengan adanya segerombolan kakak kelas perempuan yang mengelilingi bangkunya.
Apa yang terjadi?
"Maaf kak, ada apa ya?"
"Lo Aspasia kan? Yang kemarin jalan sama Felix ke cafe depan sekolah? Ngaku lo! Jadi cewek jangan kegenitan! Masih kelas XI aja belagu! Gue ini senior lo! Dan satu lagi, gue adalah gebetannya Felix! Inget itu!" ucap seorang perempuan berambut pirang dan ber-make up tebal.
Mata Aspasia membulat kaget karena tidak hanya itu, perempuan tadi juga menjambak rambut Aspasia. Dan temannya secara sempurna menyiram kepala Aspasia dengan air yang Aspasia pun tak tau itu apa. Yang Aspasia tau air itu sangat bau!
Kini Aspasia sangat bau dan jorok. Aspasia hanya bisa meringis kesakitan.
Aku tidak boleh menangis hanya karena wanita biadab ini!
"Bella! Apa yang lo perbuat sama junior lo! Lepasin dia!" tutur kata yang tegas dan dingin membuat Bella dkk melepas tangannya dari kepala Aspasia.
Aspasia mengadahkan kepalanya. Matanya lagi lagi membulat melihat berdirinya Felix disini.
"Tap-tapi say-"
"Bacot! Lo itu bukan pacar gua jadi stop manggil gua dengan sebutan itu!"
Aspasia tidak memperdulikan pembicaraan bodoh mereka. Ia pun bangkit dan berlari menuju taman belakang. Ingin mencari ketenangan untuk hatinya.
Harusnya ini adalah hari yang baik untuk hatiku,
Sesampainya di Taman, ia langsung mendudukkan dirinya di salah satu kursi Taman. Ia menyangga kepalanya yang menunduk dengan kedua tangan di atas pahanya.
Kepalanya pusing memikirkan kejadian yang baru saja di alaminya.
Tanpa disadari, Felix menyusuli Aspasia. Tadinya Felix ingin menenangkan Aspasia, namun disaat Felix melihat sesuatu yang tidak asing di tengkuk Aspasia yang tidak sengaja terlihat karena rambut Aspasia yang sebagian masih terikat. Darah Felix seperti berhenti mengalir. Deg
Kepalanya didera rasa sakit yang teramat. Berbagai kejadian masa lalu seperti sengaja melintasi kepala Felix. Namun semakin lama semakin sakit. Felix tidak tahan dengan kondisi ini. Ia memegang kepalanya dengan keras. Gumaman kesakitan pun diluncurkan oleh bibir Felix.
Aspasia yang mendengarnya langsung mencari Sumber suara. Dan betapa terkejutnya ketika melihat Felix sedang kesakitan. Aspasia dengan sigap menaruh kepala Felix di pahanya dan berusaha memijit. Felix bahkan mencoba memukul kepalanya. Aspasia tak tega, ia menahan kedua tangan Felix agar tak memukuli kepalanya.
Kini bulir bulir air mata mulai melintasi pipi Aspasia. Ia takut. Takut terjadi sesuatu dengan Felix.
Ia bergegas mengambil handphone di sakunya dan mengetikkan nomor disana.
"Kak cepet kesini ya, temen aku butuh bantuan. Dia harus di bawa ke rumah sakit!" ucap Aspasia dengan nafas tersengal sengal kepada lawan bicaranya.
Tiba tiba terdengar hentakan kaki yang datang dari lorong dekat teman. Dan itu adalah Bella dkk.
Mau apa dia kesini?
"Astaga sayang?! Apa yang lo lakuin ke Felix? Lo mau bunuh dia? Sumpah lo jahat banget! Tunggu aja pembalasan kita! Dan satu lagi, urusan kita belum selesai! Guys angkat Felix dan kita bawa dia ke rumah sakit."
"Minggir lo!" ucap Bella dan dengan sengaja menginjak tangan Aspasia saat mengambil alih Felix dari pangkuannya.
Aspasia hanya bisa menggigit bibir bagian bawahnya agar tidak menimbulkan suara.
Sungguh ini sangat sakit,
Kini Aspasia hanya bisa terduduk lemah. Air mata pun mulai menggenangi pelupuknya.
"Halo? Dek? Aspasia?! Kamu baik baik aja kan?"
Aspasia lupa mematikan ponsel saat menelfon Virendra, kakaknya tadi. Ia bergegas mengambil handphonenya yang tergeletak tadi dan mengatakan kalau ya ia baik baik saja. Ia tidak mau menambah beban kakaknya. Kakaknya pasti akan kelimpungan saat tau adik kesayangannya terluka.
Aspasia menaruh handphonenga dis aku kemudian menyenderkan seluruh raganya di belakang kursi Taman. Kalau bisa ia ingin menyenderkan seluruh hatinya juga untuk beristirahat.
Ternyata untuk menaruh harap padamu tidak semudah yang aku bayangkan,
***
