Chapter 12

87 6 9
                                    

"Jadi, Putri Anastasia berkeliling ke seluruh negeri hanya untuk mencari sendiri orang yang akan menjadi suaminya?" Alfred meraih gelas berisi anggur dan meminumnya cepat, segera setelah dia mengulangi kesimpulan dari cerita Raja Alexander barusan. Cerita yang sulit dipercaya. Sangat mengejutkan. Memikirkannya saja membuat Alfred menggeleng-geleng.

Sang Raja hanya tertawa. Baginya pribadi, cerita ini sangatlah lucu sampai kapan pun. Dia tak habis pikir kejadian ini benar-benar terjadi. Di istananya, pada putrinya sendiri. 

"Ya, begitulah. Anastasia menolak untuk kujodohkan dengan siapa pun. Dia berkata akan mencari pasangan sendiri dengan melakukan sayembara. Kupikir dia akan mengumpulkan para pangeran, bangsawan, dan seluruh lelaki di seluruh negeri, lalu memberikan mereka tantangan. Namun, tak kusangka idenya segila ini. Dia malah menyamar jadi pengemis untuk mencari tahu keperibadian calon pasangannya. Kupikir putriku ini sudah tidak waras."

Putri Anastasia menanggapi enteng sindiran sang Ayah. "Mungkin saja aku memang tidak waras, Ayahanda. Tetapi, aku ingin melihat sendiri kepribadian masing-masing orang—mengetahui bagaimana hati dan sifat mereka sebenarnya Aku tak ingin mereka menikah denganku hanya karena melihat status atau kecantikanku. Sosok yang harus jadi pasanganku haruslah mencintaiku apa adanya. Lagi pula, aku ingin bertualang, Ayahanda. Aku ingin melihat lebih dekat kehidupan rakyat kita—ingin membaur dengan mereka. Rasa-rasanya, itu tantangan yang menyenangkan. Aku jadi belajar banyak tentang kehidupan sehingga membuatku jadi pribadi lebih baik."

Putri bungsu Raja Alexander berhenti sejenak untuk menarik napas, wajahnya berubah jadi sedikit serius. "Bahkan, Ayahanda, aku melihat sendiri apa yang tidak kita tahu dari istana. Apa yang terjadi pada rakyat di luar sana. Ternyata, banyak rakyat menderita, Ayahanda. Mereka ditindas oleh beberapa bangsawan dan orang kaya yang semena-mena. Aku ingin mengubah kehidupan seperti itu. Aku ingin semua orang bahagia—bukan hanya sebagian kalangan."

Jawaban itu membuat sang Raja bangga. "Nah, kau sudah lihat, kan? Itulah putriku," kata Raja Alexander sembari memandangi Louise dan Alfred yang juga terkagum-kagum. "Jadi, setelah perjalanan panjang beberapa bulan ini, apa kau sudah menemukan pasangan yang cocok untukmu, Anastasia?"

Pertanyaan blak-blakan sang Ayah membuat Putri Anastasia mengulas senyum kecil. Dia hanya mengedikkan bahu. "Mungkin, Ayahanda. Itu pun jika dia mau menerimaku sebagai sosok yang sekarang."

Alfred ikut tersenyum, sebelum melirik sekilas pada sahabatnya. Louise sendiri hanya menunduk dalam sembari menyuapkan makanan ke mulutnya. Ini benar-benar situasi yang tak pernah bisa diduganya. Mengapa bisa jadi seperti ini?

.

.

"Saya sungguh tak menyangka Anda bisa menyamar seperti itu, bahkan berkeliling ke seluruh negeri, Tuan Putri. Tidakkah Anda tahu bahaya besar bisa saja mencelakai Anda sewaktu-waktu? Apa Anda tidak takut?" tanya Louise sembari duduk berhadapan dengan Putri Anastasia.

Kini, keduanya sudah melanjutkan pembicaraan mereka secara pribadi di bawah naungan gazebo taman kerajaan. Pemuda itu masih menunduk—tak berani memandangi putri cantik yang sebelumnya tampak berbeda. Tampak begitu menyedihkan. Louise masih belum bisa percaya kalau semua ini kenyataan, bukan mimpi. Tidak. Dia tidak bisa memercayainya.

"Ah, itu—Sebenarnya, ada pasukan yang pergi bersamaku. Mereka juga menyamar untuk mengawasi dan melindungiku dari jauh. Jadi, sebenarnya, aku tidak murni berpetualang sendiri." Putri Anastasia tertawa renyah. "Mereka memastikan aku terhindar dari bahaya atau kelaparan. Tetapi, tentu saja jika keadaan itu benar-benar darurat—atau saat aku tidak bisa mengatasi masalahku sendiri. Bagaimanapun juga, ini petualanganku. Saatnya, aku belajar mandiri dan tidak menggantungkan kehidupanku pada orang lain seperti di istana. Toh, kemampuan bela diriku cukup baik kalau hanya untuk melindungi diriku sendiri. Meskipun begitu, harus kuakui, tidak mudah untuk hidup di luar seperti ini, apalagi aku harus menyembunyikan jati diriku."

Red Shoes [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang