Keterlaluan

14.5K 1.4K 218
                                    

Hyera menghela napasnya malas, ini sudah malam minggu kesekian yang Jimin batalkan dengan alasan sibuk kepanitiaan.

"Maaf ya, aku harus urus surat."

"Hari ini aku rapat, maaf ya."

"Aku minggu depan ujian, kita jangan jalan dulu ya, sayang."

Dan, sepertinya Hyera mulai muak dengan semua itu. Pun demikian, Jimin tidak pernah mengganti semua jadwal yang ia batalkan dengan apapun, hanya permintaan maaf lewat telepon atau bahkan pesan singkat.

Minggu depan merupakan hari jadi mereka yang ke-2, dan Hyera sungguh berharap akan ada kejutan atau minimal, ucapan dari lelaki itu. Menyingkirkan segala kedongkolannya dengan kesibukan Jimin, ia pergi membeli kado. Setelah selesai kuliah, ia langsung pergi sendiri dan mengitari pusat perbelanjaan beberapa kali.

Pilihannya jatuh kepada sepatu dengan  brand terkenal, cukup menguras tabungan Hyera, tetapi gadis itu memang menyiapkan tabungan khusus untuk hari jadi mereka yang ke-2.

Tinggal dua hari, dan Hyera baru sadar, hari jadi mereka tepat jatuh pada malam minggu. Ia tidak membahas apapun dengan Jimin, karena nyatanya setiap mereka bertemu, hanya akan ada Hyera yang menemani Jimin makan siang, dan setelahnya, lelaki itu akan kembali ke kampus dan Hyera akan pulang sendiri.

Hyera sedih, sangat. Semenjak menjadi mahasiswa, kekasihnya begitu sibuk. Ia pada awalnya mengerti, tidak ada mahasiswa kedokteran umum yang tidak sibuk, tetapi makin kesini ada sesuatu yang mengganjal. Nyatanya, sekarang Hyera sungguh rindu pada jalan-jalan keliling kompleks mereka, menghabiskan jajanan berlemak berdua, dan mengobrol tentang segalanya. Hyera rindu bagaimana teleponnya yang setiap malam berdering hanya untuk mendengar lelaki di seberang sana mengucapkan selamat malam dan mimpi indah. Hyera juga rindu pada setiap pelukan tidak mau berpisah ala Jimin.

Tinggal dua hari, dan gadis itu berusaha menahan semua amarahnya, berharap Jimin mengingat hari jadi mereka. Saat ini, tangan pucatnya sedang sibuk mengaduk-aduk sesuatu di hadapannya. Gadis itu dengan usaha keras membuatkan kue spesial untuk Jimin, keringat sudah bercucuran membuat bajunya basah, tetapi semua itu tidak menurunkan niatnya untuk membuat kue spesial.

Setelah berkutat beberapa jam di dapur, akhirnya kue kecil itu jadi. Sederhana, tetapi usaha dibalik itu benar-benar patut diacungi jempol.

Teleponnya berdering tepat setelah gadis itu memasukkan kuenya ke dalam kulkas. Tangannya langsung menekan tombol hijau, menjawab panggilan dari Jimin.

"Halo?"

"Hai. Kamu sibuk?"

Hyera membuka celemeknya dan berjalan menuju kamarnya di lantai atas. "Tidak. Ada apa?"

"Aku rindu." Jimin terkekeh di seberang sana, membuat Hyera juga ikut tersenyum kecil. "Tetapi maaf, aku harus membatalkan janji kita sekali lagi. Sabtu ini aku harus menjaga tenda tensi. Maaf ya, sayang."

Dalam sepersekian detik, wajah Hyera berubah. Menjadi benar-benar murung, dan hampir saja menangis. "Tidak apa-apa, aku tutup teleponnya ya. Dah!" Tanpa menunggu lagi, ia melempar teleponnya ke samping dan mulai menangis.

Pertahanan Hyera runtuh begitu saja. Ia mengerti, sangat mengerti Jimin selama ini. Ia berusaha sabar, menunggu lelaki itu meluangkan waktu untuk dirinya, tetapi sampai sekarang, bahkan sampai hari jadi mereka, Jimin masih tidak bisa membagi waktu. Hyera kecewa. Hyera kecewa sampai rasanya ia tidak ingin bertemu lagi dengan Jimin, bahkan untuk sekadar mengucapkan selamat hari jadi gadis itu tidak sanggup.

"Baiklah Jimin, aku menyerah."




**

Jimin sibuk membaca power point materi yang diberikan dosennya, ini hari sabtu malam, dan ia baru saja selesai dari kumpul di rumah teman untuk keperluan kampus, dan akhirnya baru sempat me-review materi saat jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Sebuah notifikasi memasuki telepon genggamnya, membuatnya terusik.

STICKY NOTESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang