Special Chapter [III]

21K 2.5K 335
                                    

Jimin tidak tahu lagi dengan hatinya, tentu saja semuanya milik Hyera, tetapi Seulgi yang akhir-akhir ini sedikit mengusiknya membuat pertahanannya sedikit goyah.

Rasa itu masih tetap bergetar setiap melihat Hyera tersenyum, tetapi ada sesuatu yang juga mengganjal tentang Seulgi. Dan satu lagi, Jimin benar-benar benci perselingkuhan.

"Kenapa, Jim?"

Hyera sudah sedari tadi duduk di sebelahnya, tetapi lelaki ini masih saja larut dalam lamunannya. Jimin menatap gadisnya, gadis yang sudah hampir satu tahun menemaninya, tidak mengeluh sama sekali karena dirinya yang begitu bodoh, kekanak-kanakan.

Matanya begitu menenangkan, Jimin bahkan lebih suka memandangi kedua mata yang kadang tertutup lensa kontak itu daripada hal apapun. Ia benar-benar tenggelam.

"Jim?"

"Iya?"

Gadis bersurai sebatas dada itu mengelus pelan pipi kekasihnya, ia tidak tahu apa yang terjadi, tetapi apapun yang terjadi Hyera memastikan akan ada di samping Jimin dua puluh empat jam. "Kau baik-baik saja?"

Jimin mengangguk. "Hyera, apa kau pernah merasa bosan padaku?"

Hyera tersenyum, jadi lelaki ini sedang bosan dengan hubungan mereka? Menurutnya itu wajar, dan Hyera sama sekali tidak marah. Bahkan ia senang Jimin berkata jujur padanya seperti ini.

"Tentu saja aku pernah bosan denganmu, kau tidak selamanya menyenangkan Jimin."

"Ya!"

Hyera tertawa, begitu pula lelaki di hadapannya. "Kau perlu waktu sendiri?"

Jimin kembali diam dan mengangkat bahunya, ia juga tidak mengerti apa hal yang dirinya sendiri inginkan.

"Baiklah. Kau tidak boleh menghubungiku selama satu minggu. Dan kita lihat bagaimana nanti hasilnya."

"Apa-apaan itu?! Tidak mau! Satu minggu itu lama sekali, apalagi tanpa bertemu denganmu, sayang."

"Tiga hari?"

"Hyera, tidak."

Dengan perasaan kesal, Hyera mencubit lengan Jimin yang hanya berisi otot dan membuat lelaki itu mengaduh.

"Kalau kau tidak kuat, kau bisa langsung menemuiku. Aku hanya ingin kau bebas dan menghirup udara segar."

Jimin menghela napasnya. Menatap gadis itu dan mencium pipinya, tidak sekilas, tetapi cukup lama dan membuat kupu-kupu di perut keduanya beterbangan.

"Aku pulang dulu, sayang." Jimin beranjak, tidak lupa mencium kening gadis itu sebagai tanda perpisahan.

"Baiklah, ingat jangan hubungi aku!"




**

Hari pertama Jimin pergi untuk menemui kedua laki-laki yang selalu ada untuknya. Liburan setelah menempuh tes masuk universitas membuat ketiganya kembali jarang berkumpul. Jimin menolak mengakuinnya, tetapi ia benar-benar rindu dengan dua lelaki sinting itu.

"Jimin Oppa!" Memutar bola matanya geli, ia menoleh ke arah sumber suara. Teriakan Jungkook bahkan membuat beberapa pengunjung kafe menoleh. Di sana, dua lelaki terbaik dalam hidupnya sudah berkumpul.

Jimin memeluk keduanya, membiarkan mereka risih tetapi ia benar-benar rindu keduanya. "Berhenti memanggilku 'oppa', Jungkook."

"Tidak mau!"

Taehyung menyeruput segelas es jeruk miliknya, menatap kedua orang ini. "Apa kabar?"

STICKY NOTESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang