Jimin terkesiap dan segera bersembunyi di salah satu lorong locker, ia terkejut mendapati Hyera sedang menaruh sesuatu di lockernya. Setelah mendapati Hyera sudah berjalan keluar, ia dengan tergesa membuka lockernya.
Sekotak makan siang, baju Jimin yang kemarin ia pinjam, dan dengan sticky notes berwarna merah muda.
Terima kasih untuk yang kemarin, maaf sudah merepotkan.
-Hye Ra-
Dengan semangat, laki-laki berwajah tampan itu menutup lockernya dan berjalan menuju locker Hyera. Ia tersenyum manis, Hyera sungguh polos. Setelah mencabut sticky notes yang Hyera tempel -ia sudah membacanya-, ia menempelkan sebuah sticky notes miliknya.
Get well soon, Hyera!
We have no choice but to fall in love, uhm just saying.-j.m
Hari ini berjalan cukup lancar, pikir Hyera. Tidak ada Seulmi, dan yah seperti hari biasa. Jam dinding sudah menunjukkan pukul dua siang, dan ia sudah berada di depan rumahnya.
Hyera menggigit bibir dengan kuat.
Masuk.
Tidak.
Masuk.
Tid-
"Kau berani melawanku, hah?!" Prang. Hyera menghela napasnya, ia membalikkan badannya menjauh dari rumah. Lebam di lengan kirinya belum sembuh, lututnya banyak tergores karena Seulmi dan ia belum mau menambahnya sekarang. Ia ingin tenang.
Air matanya tak bisa ia tahan, jeez, dari seluruh populasi orang di dunia ini, kenapa harus dirinya? Belum cukup luka yang keluarganya perbuat, sekolah juga menjadi tempat kedua yang ia hindari.
Hyera menghela napas dan mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Satu. Dua. Tiga. Empat. Lima. Enam. Sudah ada enam sticky notes dari -boleh ia sebut- penggemar rahasianya? Hanya ini yang Hyera punya. Berlebihan? Tidak. Karena memang itu kenyataannya.
Tapi ia mulai penasaran, siapa yang tahu kalau ia sedang sakit sekarang? Hanya Seulmi. Tunggu, dan Jimin. Jimin?
"Oh! Hyera?" Hyera menoleh dan seketika jantungnya seakan melompat. Park Jimin. Tidak mungkin Jimin, tidak mungkin, batinnya.
Hyera berusaha bersikap normal melihat seorang Park Jimin duduk di sebelahnya, ia hanya menggunakan kaus tanpa lengan membuat otot-nya terbentuk. "Kau tahu namaku?"
Jimin mengangguk dan tertawa kecil. "Kemarin saat aku menolongmu, aku melihat name-tag milikmu." Hyera hanya mengangguk.
"Dan, oh! Aku ingin mengembalikan ini," Jimin memberikan Hyera kotak bekal milik gadis itu yang tadi pagi ia berikan. Sekilas, Jimin melihat gadis itu memerah dan itu terlihat sangat imut.
Jimin bisa gila.
"Terima kasih, Jimin-ssi."
"Jimin saja."
"Mhm, Jimin."
Deg. Jantung Jimin seakan berhenti berdetak selama sekian detik, di balik tangan gadis itu ia melihat sebuah kertas hitam familiar, sticky notes miliknya. Hyera menyukainya? Tentu saja tidak, bodoh. Hyera hanya menyukai sticky notes-nya. Namun ia tidak mau membahas itu, biarlah Hyera tidak tahu sekarang.
Mereka sama-sama tidak berbicara, terlalu hening. "Kau mau aku antar pulang?" laki-laki itu berusaha tidak terlihat terlalu senang.
Hyera menggeleng, "aku belum ingin pulang."
"Besok kita harus sekolah, kau harus istirahat."
Dan dengan sepatah kalimat itu, darah Hyera seperti melakukan kerja dua kali lebih cepat, bersedir. "Aku tidak apa-apa."
"Ayolah."
Siapa yang bisa menolak Park Jimin? Tentu tidak ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
STICKY NOTES
Hayran KurguPark Jimin harus rela menjalani dare untuk tiga puluh hari ke depan; memberikan tiga puluh sticky notes berbeda di locker seorang nerd, Shin Hyera. [Completed] cover by sassgyrls.