"Masih lama?" Jimin berbicara dengan ponselnya sejak lima menit yang lalu, tangan kirinya sibuk mengaduk Green Tea Frappe di hadapannya.
"Sebentar lagi sampai, kau sudah di sana?"
Jimin menghela napasnya. "Hm, sudah."
"Aku sudah melihatmu!" Jimin mengedarkan pandangannya, mendapati seorang gadis dengan mini dress floral sebatas setengah paha, dan Converse high berwarna putih, senada dengan kulitnya.
"Seulgi!" Jimin tersenyum lebar.
Seulgi tersenyum manis, menyapa Jimin. Ia duduk di hadapannya dan tanpa malu menyeruput sedikit minuman milik Jimin.
"Haus sekali?" Seulgi hanya mengangguk.
"Terima kasih sudah mau menemaniku, Jimin." Mereka berdua beranjak dan pergi mengelilingi mall. Hari ini, tiba-tiba Seulgi dengan nada panik menelepon Jimin, meminta laki-laki bermata sipit itu untuk menemaninya berbelanja.
Awalnya Jimin menolak, tentu saja. Ia hari ini sudah punya janji dengan Hyera, untuk belajar bersama. Tetapi mendengar suara Seulgi yang sedih sekali, Jimin jadi tidak tega dan mau menemaninya. Membatalkan janji mingguannya dengan Hyera hanya demi Seulgi.
"Lebih bagus yang ini, atau ini?" Gadis cantik itu menggenggam dua gaun berbeda, meminta pendapat Jimin.
"Ini."
Mereka terus berputar-putar, Seulgi sepertinya tidak mendapatkan hal yang dicarinya, entah apa Jimin juga buta mengenai hal itu. Sedangkan jam sudah menunjukkan pukul enam sore, Jimin begitu tidak enak pada gadisnya. Dengan sembarangan membatalkan janji mereka, malah pergi berdua dengan Seulgi. Di otaknya hanya ada wajah Hyera yang sedang sendu, menatapnya tanpa berkata-kata.
"Seulgi maaf, aku harus pergi. Aku ada janji."
Seulgi mengerucutkan bibirnya, "apakah itu lebih penting daripada menemaniku?"
Laki-laki di hadapannya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Begitulah."
Tanpa menunggu jawaban Seulgi karena terlalu takut ia akan berubah pikiran, Jimin mempercepat langkahnya menuju tempat parkir.
Setelah duduk di kursi kemudi dan menormalkan napasnya yang sejak tadi berhembus lebih cepat, tangan kanannya sibuk menekan speed dial nomor satu pada ponselnya.
"Sayang,"
"Iya, Jimin?" Jimin bernapas lega. Suara Hyera yang begitu lembut memenuhi genderang telingannya, membuatnya nyaman sekali.
"Aku sekarang berangkat ke rumahmu, ya? Aku tiba-tiba rindu,"
Suara tawa Hyera begitu membuatnya lega. Ia masih bisa mendengarnya, "baiklah, hati-hati di jalan ya sayangku."
Dengan begitu, Jimin menurunkan rem tangan dan meningjak gasnya, menuju rumah Hyera.
Laki-laki dengan dandanan manly itu segera turun dari mobilnya, dan membunyikan bel dengan tidak sabar. Selang beberapa detik, wajah Hyera yang manis muncul membuat hati Jimin berdegup.
"Sayaaaang." Jimin merentangkan kedua tangannya, menandakan agar Hyera datang ke pelukannya. Dan dengan antusias, Hyera mendekap Jimin erat.
"I miss you." Seperti tidak bertemu beberapa hari dengan gadisnya, Jimin memeluk Hyera erat sekali, membuat gadis itu senang sekaligus sedikit sesak napas.
"Kenapa, Jimin?"
Ia tidak menjawab. Malah menatap mata Hyera dengan teduh. Berusaha mengembalikan hatinya yang sempat goyah. Jimin mengecup bibir lembut Hyera, memastikan getaran itu masih ada saat ia bersama Hyera.
"Kenapa sih, sayang? Sini, masuk dulu."
Enggan melepaskan pelukannya, bahkan setelah mereka duduk, Jimin langsung memeluk Hyera seperti koala. Membuat Hyera semakin bingung dengan perlakuannya.
"Ada apa?"
"Aku ingin membicarakan sesuatu,"
"Hm?"
Sekarang atau tidak sama sekali. "Tadi pagi, aku menemani Seulgi berbelanja."
Hyera menatap Jimin dengan sendu, "oh?"
Jimin membekap mulutnya, tidak mempersilakan Hyera berbicara. "Jangan memotong pembicaraanku, aku tidak mau kau salah paham."
Hyera hanya mengangguk.
"Aku memang dekat dengannya, bahkan aku berpikir ia benar-benar cantik. Tapi tadi, saat aku berdua saja dengannya, wajah sedihmu terus berputar mengelilingi otakku,"
Jimin melepaskan pelukannya dan menggenggam tangan Hyera dengan kuat. "Dan saat itu aku langsung pergi darinya dan datang padamu. Aku minta maaf,"
Hyera tersenyum. Pria di sampingnya ini sungguh lucu dan mengharukan di saat yang bersamaan. "Tidak apa-apa, aku senang kau sadar karena keinginanmu, Jimin."
Jimin kembali memeluk gadisnya itu dengan erat. "Terima kasih sayang, i love you."
"Aku juga, Jimin."
-
Tapi seulgi blm tau jimin pacaran sama hyera nah loh
KAMU SEDANG MEMBACA
STICKY NOTES
Hayran KurguPark Jimin harus rela menjalani dare untuk tiga puluh hari ke depan; memberikan tiga puluh sticky notes berbeda di locker seorang nerd, Shin Hyera. [Completed] cover by sassgyrls.