Chap 11 'Hari-hari Yang Damai'

15.2K 1.4K 111
                                    

Kata orang, membesarkan seorang anak tidaklah mudah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kata orang, membesarkan seorang anak tidaklah mudah. Apalagi dua anak sekaligus dengan tambahan salah satunya adalah anak madumu.

Naruto selalu berusaha untuk menyayangi kedua anaknya dengan seimbang. Menyayangi dan mencintai Menma putra kesayangannya juga mencintai dan menyayangi Sarada seperti anaknya sendiri.

Awalnya tidaklah mudah. Dibulan-bulan pertama Naruto kesulitan mengatur waktunya untuk Menma, Sarada dan Sasuke. Belum lagi Mebuki yang terus memaksa merebut Sarada. Tapi setelah enam bulan berlalu, ia mulai terbiasa. Sasuke dan Naruto meletakkan kedua anaknya dikamar yang sama. Tepat berada di samping kamar mereka.

Dipagi hari Mikoto akan membantu Naruto memandikan kedua bayi Uchiha itu dan mendandani mereka. Naruto akan menyuapi Menma bubur sementara Sarada di suapi Sasuke. Terkadang mereka bergantin melakukannya.

Menginjaj usia satu tahun Sarada mulai berlajar berbicara. Kata pertama yang ia ucapkan adalam 'mamam'. Entah ia memanggil sang ibu -Naruto- atau sedang lapar. Semenatar Menma lebih banyak berkembang di bidang motoriknya. taruh saja dia dilantai beberapa detik. Maka bayi bermata indah itu akan merangkah kesegala arah dengan lincahnya. Sementara kemampuan berbicara Menma hanay sampai gumaman lucu yang menggemaskan. Setidaknya ia tahu bagaimana menarik perhatian ibunya. Cukup serukan 'bebeb' maka sang ibu akan memandangnya dengan cepat. Salahkan Sasuke yang masih senang memanggil Naruto Dobe di hadapan putra semata wayangnya.

Ketika Sarada mulai belajar merangkak dengan cepat, Menma sudah mulai belajar berdiri dengan kedua kakinya, walau masih menggunakan pegangan. Mata biru anak itu selalu menatap kaki siapapun yang lewat di hadapannya. penasaran dengan rahasia berjalan dengan dua kaki.

Saat Menma sudah berhasil berdiri dan mencoba melangkah, ia akan jatuh terduduk dengan popok dan bokongnya yang empuk. Beberapa kali ia akan terus mencoba untuk bangkit dan melangkah lalu jatuh lagi sampai akhirnya ia menyerah dan merengut kesal dengan imutnya. Naruto sangat senang mengabadikan momen itu dan mengirimkannya kepada Sasuke yang sedang di kantor.

"Mamam appa" ucap Sarada biasanya saat ia sedang lapar. Bayi kecil itu akan menarik-narik ujung celana Naruto dan mengutarakan keinginnnya. Atau saat tidak ada siapapun selain Menma di dekatnya, maka Sarada akan merangkak mencari orang terdekat yang bisa di tagihi makanan.

Lain Sarada, lain Menma. Bayi lelaki Uchiha itu sangat pilih-pilih makanan sama seperti ibunya. Dia sangat suka tomat dan stroberi, sementara Sarada malah menghindari tomat. Awalnya itu tidak masalah, namun saat Sarada di diagnosa menderita mata minus sedari kecil, Naruto mulai mencari berbagaimacam cara untuk membuat Sarada mau mengkonsumsi tomat.

Saat Menma pertama kali memanggil Sasuke dengan bibir mungilnya yang sering di cium Mikoto, Sasuke berasa ingin segera pulang dan melupakan rapat penting dengan Direktur Akatsuki yang sedang ia lakukan. Saat itu Naruto mengirimkan video Menma dan Sarada yang sedang di suapi oleh Mikoto, oioi gembul dan bibir mungil Menma belepotan bubur bagitu pula dengan Sarada.

"Menma, Ayo bicara sama Dady~" suara Naruto terdengar, kamerah di zoom-in ke wajah Menma yang belepotan. "Ayo panggil Dady~"

"..da..da..daddad..." celoteh Menma dengan hujan lokal.

"Daddy~" seru Sarada juga tak mau kalah.

"Benar Sarada, 'Dady'. Menma ayo panggil dady lagi..."

"Daddad... mamam daddad..."

"Sebentar lagi pasti Menma bisa memanggil ayahnya dengan baik Naru. Dia hanya perlu latihan. " Mikoto masih anteng menyuapi kedua cucunya.

"yah, Padahal aku ingin memperlihatkan Menma yang memanggil Sasuke dengan Dady."

"Cuke!"

"He?"

"Cuke! Mamam cuke!" seru Menma sambil berusaha meraih mangkuk bubur yang di bawa Mikoto.

Naruto hanya bisa tertawa pelan mendengar penggilan putranya kepada Sasuke. Baik anak dan ibu tak ada bedanya memanggil sang ayah.

.

Ada kalanya kediaman Uchiha yang tenang akan menjadi sangar ramai dan dipenuhi teriakan, hal itu biasanya terjadi saat duo biang ribut keluarga Namikaze -Kyuubi dan Kurama- sedang berkunjung dan Itachi sedang libur dari kantor. Ketiga orang itu akan saling menjahili dan saling menggoda layaknya anak TK. Sementara Fugaku hanya bisa menguruh diri di ruang kerja yang kedap suara. Apalagi jika diperparah dengan kedatangan Hashirama yang akan langsung bedebat dengan Madara mengenai hal-hal yang tidak penting.

Mikoto, selaku nyonya pemilik rumah yang baik hanya menonton dari kejauhan dan menanggapi sesekali. Sementara Sasuke dan Naruto memastikan kedua putra-putrinya tidak menulari sifat gila kakak dan kakeknya.

"Ibu apa sebaiknya kita hentikan mereka?" bisik Naruto pada Mikoto saat melihat perdebatan Itachi dan duo Namikaze semakin panas.

"Tak apa. Ini akan jadi sangat menarik." Ujar Mikoto sambil melambaikan tangannya, menolak.

"Ibu benar Naru. Kapan lagi kita lihat Itachi-nii terpojokkan oleh duo devil Namikaze?" Timpal Sasuke di sela kegiatan membaca koran nya.

"Hei jangan panggil kakakku devil, Teme!"

"Tapi kakakmu sering memanggil Itachi-nii 'keriput'."

"itu memang kenyataannya anak ayam." seru Kyuubi tiba-tiba saat mendengar perbincangan SasuNaru. "Itachi memang punya keriput di wajahnya. Makanya kita memanggilnya 'Keriput'. Benarkan Kurama-chan?"

"Untuk kali ini aku setuju denganmu Kyuuni. Kadang aku heran. Pelet apa yang di pakai Keriput ini sehingga aku mau berpacaran dengannya." Timpal Kurama tak kalah sadis.

"Kurama-chan kau jahat sekali. AKu tidak keriput. Ini tanda lahir!"

"Anak kecil juga tahu bahwa yang ada di wajahmu itu keriput." ejek Kyuubi lagi. "Benarkan Menma?" Kyuubi memndang keponakan lelakinya dengan tertarik. 

"ung... put.. itaput..." gumama Menma sambil memandang Kyuubi polos. Benar-benar terlihat imut di mata si sulung Namikaze. "Astaga! Naru! Anakmu benar-benar menggemaskan." dengan cepat Menma kini sudah ada di pangkuan Kyuubi dan di peluk dengan erat.

"Rasanya seperti melihat kau kecil lagi, Naru-chan. Sayang rambutnya hitam. Boleh aku cat pirang tidak?" Seru Kurama tak kalah hebohnya.

Kedua sulung Namikaze tampak dengan semangat mencium-cium tubuh gembul Menma melupakan Itachi yang kini terduduk lesehan pasrah di dekat Sarada. "Ibu, ini bukan keriput kan ya!? Ini bukan keriput!" rajuk Itachi sambil mencoba memangku Sarada.

Mikoto memicingkan mata, memandang kedua garis di wajah putra sulungnya. Jujur ia tidak tahu harus berkata apa. "Itachi maaf. Tapi seingat ibu. Kau tidak lahir dan tumbuh dengan kedua garis itu. Kedua garis itu muncul saat kau memasuki usia 17an."

"HA! kau dengar itu Itachi! Itu jelas-jelas keriput!" seru Kyuubi semangat yang dia setujui oleh Kurama dan gumaman 'put..itaput..' dari Menma.

Itachi rasanya mau mewek. Kedua Namikaze itu tidak pernah berhenti memanggilnya Keriput dan sialnya dua garis sialan menyeruapai keriput ini tidak mau hilang juga walau ia sudah menggunakan berbagai macam lotion."cup cup cup... Put jii anan anis" gumam Sarada pelan mengelus tangan Sarada seolah-olah menghibur, memandang wajah pamannya dengan wajah polos.

"Sarada, jangan kau juga...." Ahh, sekarang Itachi rasanya benar-benar mau menangis sementara duo sulung Namikaze terbahak tertawa pus Menma yang terus berseru 'put itaput' sambil bertepuk tangan. Entah dia tahu artinya apa tidak.

TBC



Empress of Uchiha FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang