Part 2

3 1 0
                                    


jadi, pagi ini aku mengeluarkan kardus ini secara sembunyi-sembunyi. aku mempunyai beberapa tetangga dekat yang anak-anak mereka sering bermain denganku. kawanku yang bekerja di farmasi itu salah satu tetanggaku, yang juga hendak mengotak-atik kardus ini.

kami berkumpul di rumah pohon yang berada di halaman belakang rumahku, dekat jendela si farmasi. aku mengetuk pintu dengan pelan, khawatir ada penyusup di dalam, takut ada yang melihat. setahuku seluruh kota ini memang sudah diawasi dengan ketat oleh pemerintah, katanya ada CCTV di setiap pohon dan dinding rumah. entahlah, menurutku kali ini aku tidak begitu peduli.

"Hey" si farmasi menyembulkan kepalanya. "Masuk"

Aku masuk ke dalamnya, rumah pohonku yang tidak terlalu tinggi namun amat lebar. Ia lalu menyalakan lampu dan dinding rumah pohon pun terlihat jelas--berwarna oranye. katanya, "Seingatku terakhir berwarna hijau. Dan, hari ini kursusnya diliburkan, kalau itu yang hendak kau tanyakan"

aku berkata, "Kakekku salah meminta warna pada pemerintah. dan semalam ayahku meminta perubahan warna kembali. tapi sistem pemerintah sedang offline hingga siang nanti. namun mereka sudah mengkonfirmasi permintaan Ayah, maka, dinding ini sudah offline dari kemarin malam hingga siang nanti. itulah kenapa aku memintamu dan kardusku kemari"

"Agar kardus ini tidak tertangkap CCTV pemerintah, begitu?"

"Tentu saja. Bisa dibilang ini renovasi kecil-kecilan, masalah warna rumah pohon"

"Bagus" ia berkata, lalu aku menjatuhkan kardus itu dan menyadari satu sosok di ujung sana. aku melihat Charlie, pemuda berumur 15 tahun yang hendak beranjak dewasa itu. aku menutupi kardusku dengan badan, "Apa adikmu aman?"

"Aman menyimpan rahasia?" kawanku yang bekerja di farmasi, sebut saja ia Jared, "Tentu saja. adikku tidak berbahaya kok"

kulambaikan tanganku sedikit, "Hai, Charlie" lalu menunjukkannya kardus itu. isinya sedikit berantakan, berupa beberapa lembar kertas--ratusan, sebenarnya, dan sebagainya. aku belum mengeceknya dengan detail bahkan setelah bertahun-tahun.

"Wow! you're rock, man! Bagaimana kau menyimpan hal ini sebelum penghapusan ingatan?" tanya Charlie ketika melongokkan kepalanya ke dalam. "Kau satu-satunya orang di Washington yang punya kertas"

"Menarik, bukan? aku tidak mengingat apapun dari masa lalu, sebelum perang. mereka menyisakannya untukku"

"Benarkah?"

"Ya. kupikir mereka tidak sengaja, entahlah, aku sendiri bertanya-tanya bagaimana bisa tentara-tentara itu lupa membuang benda kecil ini"

Charlie berdeham, "Kau tahu, Jennifer? hal ini bisa masuk rekor dunia"

aku mengangkat bahuku, "Well, aku tidak begitu tahu, tapi kita tidak bisa memasukkan pelanggaran ke rekor dunia, bukan?"

"Kupikir juga begitu" ujar Jared yang sudah menutup seluruh pintu dengan kunci miliknya.

"Barang-barang dari masa lalu...." ujarku, "Benar-benar dari masa lalu"

"Apa kau berpikir hal yang sama denganku?" tanya Jared. aku bergumam, "Apa?"

"Bahwa mungkin saja berkas-berkas ini dapat mengingatkanmu akan beberapa hal di masa lalu"

"Tapi aku sudah lupa semuanya"

"Itu poinnya. kau bisa mengingat beberapa hal kembali, bukan?"

aku menutup kembali kardusku dan Charlie mematung. ekspresi Jared berubah seakan ia baru melakukan kesalahan yang besar. "Ada yang salah?"

Charlie membuka mulut duluan, "Itu terlarang, Jared"

"Pemerintah tak akan tahu"

"Tapi itu benar-benar terlarang"

ya, terlarang bagi kami untuk mengingat sekecil apapun detail tentang masa lalu. setelah perang, kami harus seperti terlahir kembali. masa lalu adalah masa kelam yang tak pantas diingat.

"Bagaimana menurutmu, Jeans?" ia suka memanggilku dengan sebutan anehnya, Jeans, seakan aku terdir dari bayak orang sehingga harusditambah S belakangnya.aku mengangkat bahu dan tidak terlalu serius menanggapi hal itu, "Tak usah dipikirkan. lagipula, siapa yang dapat menjamin ingatanku pulih kembali?" aku menaruh berkas-berkas itu di atas meja.

kami membaca berkas itu bersama-sama. terasa ganjil memegang tumpukan kertas yang bisa disobek seperti ini, mengingat kami hanya perlu selembar kertas gadget untuk membaca segala hal yang kita mau. kami masih pergi ke toko buku, namun bukan untuk membeli buku. terlebih pada membeli kode buku yang harus kita ketikkan ketika hendak membaca e-book tersebut di kertas gadget. dunia yang menarik.

aku satu jilidan kertas bertuliskan tanggal, 01 Januari 2015. 4 tahun yang lalu. hampir lima tahun, sebenarnya. sekarang sudah bulan Oktober, tinggal menunggu November lalu Desember dan, halo again January.

aku membaca judul yang tertera, Perkembangan Ekonomi dari tahun ke tahun. skripsi oleh Jennifer Michael Cornoble. "Aku yang menulis satu ini" ujarku. Jared mengangguk-angguk dan bergumam tentang kertas di tangannya, "Aku tidak mengerti apapun tentang yang ditulis di sini" ia menaruh kertas itu ke dalam kardus dan mengambil beberapa kertas baru kembali, "Dan omong-omong, kau juga yang menulis kertas satu itu"

"Kupikir aku yang menulis semuanya"

bosan dengan kertas berjudul skripsi bla bla bla bla tersebut, aku mengambil sebuah kertas yang terpisah dari kertas lainnya. tidak dijilid dan tidak begitu rapih. sedikit kusam di beberapa bagian. beberapa saat kemudian, hampir seluruh kertas sudah kami baca. kami tumpuk kembali kertas-kertas itu dalam kardus sambil Charlie bertanya, "Kau mengingat sesuatu, Jennifer?"

"Tidak samasekali" gelengku kemudian menoleh pada Jared, "Apa kau mengingat sesuatu?"

"Tidak samasekali" katanya, "Apa pula itu skripsi? aku tidak tahu"

"Oke, baiklah" kataku, "Berarti kita aman" mereka semua mengangguk setuju.

aman. pemerintah menyuntikkan sebuah vaksin dalam tubuh kami setiap sebulan sekali, guna mencegah kami dari melakukan hal-hal yang tidak beres dan melanggar aturan. mereka punya cairan itu dalam tubuh rakyatnya dan monitor di tempat mereka sendiri. ada beberapa pelanggaran yang tertulis dengan jelas, yang hukumannya mulai dari dihukum magang membantu pemerintah sampai dihukum mati. salah satu peraturannya adalah kami dilarang mengingat-ingat masa lalu. dan ketika kami berhasil mengingat masa lalu, cairan vaksin dalam tubuh kami akan memberi kode kepada pemerintah. lalu, beberapa orang akan menangkap kami sebelum menjatuhi hukuman. mulai dari yang ringan sampai yang berat.

aman. aku tidak dapat mengingat satu hal pun.

lampu dan pencahayaan di rumah pohon ini berubah menjadi lebih terang. kami tidak perlu lampu di jaman sekarang, temuan Thomas Alva Eddison itu hanya dapat ditemukan di museum dan buku sejarah. padahal 4 tahun lalu kami maish bergantung pada itu. menarik. 4 tahun yang membawa perubahan banyak. diantara seluruh negara di dunia, Amerika menempati peringkat ke-2 atas kecanggihan teknologi masa kini. walau masih dikalahkan oleh Jepang, namun ini prestasi yang lumayan. setidaknya, negara ini lebih baik dari Korea Selatan yang entah kenapa teknologinya seidkit mundur. mereka memang sudah tidak memerlukan lampu lagi dan seluruh dunia sudah dihiasi oleh dinding multifungsi yang dpaat menjadi TV sekaligus lampu, namun tetap saja beberapa dinding rumah-rumah di berbagai negara masih terlihat seidkit kuno dan membosankan.

"Jennifer!" Jared memelototiku, menyadarkanku dari alam pikiranku tentang dinding-dinding di dunia. aku tidak mengerti apa yang terjadi, namun tanganku langsung diborgol dan kulihat beberapa tentara di sekitar kami. mengepung.

kusadari dinding rumah pohon telah berganti warna. Aku berubah menjadi seorang Denat.


Denat CastellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang