Meski sorot mata itu tak lagi sama. Ketahuilah, semesta menjadi saksi bahwa aku pernah sangat mengenalmu.
~ADAM~
**
PRAMUKA
Salah satu kegiatan atau eskul yang wajib diikuti oleh seluruh kelas X. Mau tak mau mereka harus mengikutinya. Karena bersifat wajib-lah, Pramuka kurang disukai oleh kebanyakan murid. Banyak tanggapan dan opini dari murid kelas X yang berterbangan. Katanya, Pramuka itu kegiatan pemaksaan-lah. Katanya Pramuka itu tak ada guna-nya dan ajang penindasan antar senior ke junior dan masih banyak lagi versi yang berterbangan.
Bagi Hema, Ya. Hemandhika Zidane. Siswa kelas X yang paling cool, tengil sekaligus terkenal dengan seribu satu kenakalanya. Pramuka itu adalah:
"Tidak ada dalam kamus hidup saya!"
Spontan anak-anak kelas X-B melirik Hema yang duduk dideretan kursi kiri dekat tembok dan nyempill paling belakang seorang diri. Dari 31 murid kelas X-B tak ada satupun yang mau duduk sebangku dengan anak itu. Siapa sih yang mau duduk dengan murid super jail disekolah. Kehadiran Hema di kelas X-B malah dianggap sebagai Aib oleh Ferdy sang ketua kelas-Murid paling jenius dan aktif di sekolah.
"Kamu bisa ulangi ucapan kamu?" Perintah Rega sang senior yang tergabung dalam anggota Dewan Ambalan. Dan benar saja, dengan lantanganya Hema mengulangi ucapanya barusan. Hema-Hema. Baginya tak ada yang perlu ditakuti disekolah, jangankan Rega yang Cuma hanya senior kelas. Guru saja ditantangin berantem.
"Saya malas debat sama kamu, dari awal kamu memang tidak pernah ikut pramuka-kan?" Rega menyuruhnya keluar. Dengan bangganya Hema berdiri dan keluar dari kelas. Lagi-lagi Murid-murid kelas X-B hanya bisa geleng-geleng kepala dengan tingkah Hema. Setelah diluar Hema sudah bersiap dengan apa yang sekiranya Rega dan anak lelaki disebelahnya akan lakukan pada dirinya. Ya anak lelaki disebelah Rega adalah Adam. Kelas X-juga. Hanya saja dia memilih bergabung menjadi Dewan Ambalan dan sudah dua minggu dilantik menjadi Bantara.
"Dam. Mungkin jika sesama angakatan, kamu bisa menyelesaikanya. Kakak udah bosen sama dia" Rega menepuk pundak Adam, mempercayakan hema padanya. Adam gelagapan. Nyalinya sebagai anggota dewan ambalan belum terlalu membara, tentu saja dia kelas X harus menjadi pemimpin diangkatanya pula.
"Adam, ke kelas X-B sendiri ya. Lagipula dikelas itu hanya ada satu anak yang gak ikut pramuka jum'at lalu!"
Perintah Rizki, sang Pradana Ambalan. Adam menolaknya mentah-mentah. Baginya lebih baik ke kelas lain saja daripada harus masuk seorang diri ke kelas X-B. Untunglah Rega, seniornya mau mengantar Adam ke kelas X-B. tapi kenapa sekarang malah meninggalkan Adam bersama anak tengil tu.
Adam masih belum bicara. Sementara Hema mengarahkan pandanganya kelapangan upacara, disana terdapat murid kelas X yang sedang dijemur karena tak mengikuti Pramuka Jum'at lalu. Hema mentertawakan mereka yang sedang dijemur bak ikan asin. Adam merasa geram sebenarnya, bisa-bisanya Hema tertawa padahal sebentar lagi ia akan bernasib sama dengan mereka.
"Langsung aja deh ya!" Adam langsung ke-inti persoalan. Hema mengerti maksud ucapan Adam.
"Gue gak punya duit!"
"Masa gak bawa uang jajan?"
"Lah emang gue gak pernah jajan!"
Gaya bicara Hema persis seperti orang yang ngajak tawuran. Memang, selain hukuman fisik, mereka yang tak mengikuti kegiatan pramuka dikenakan denda sebesar tiga ribu rupiah. Dan hukuman fisiknya berupa lari mengelilingi lapangan serta dijemur selama jam istirahat. Sedangkan untuk siswi-nya membersihkan seluruh toilet yang ada disekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADAM DAN HEMA
RomanceDia kini berteman dengan petir, tapi bulan dan matahari masih ada dan menjadi saksi bahwa aku dan dirinya pernah sangat dekat. -Adam- Orang yang dianggapnya sahabat sejati, kini tlah berbeda. Tapi apakah alasanya kenapa ia berbeda. Adam terus memper...