Part 4

4.2K 305 39
                                    

Jika aku terlalu abu-abu bagimu. Tak bisakah kau teteskan warna lain yang lebih nyata untuku.
~HEMA~

***

Diruang kelas X-A. Baru beberapa murid yang datang. Diantaranya Adam. Yang sedang menceritakan kejadian kemarin, lalu Ridho dengan memasang raut wajah ngilu membayangkan jika itu terjadi pada dirinya. Dan Raya, yang duduk didibelakang kursi Adam, dari tadi tanganya sudah terkepal dan memukul-mukul meja yang ia tempati.

"Kita lapor Pak Saiful wali kelas X-B. Lalu lapor guru Bk. Lalu Pembina Osis. Dan terakhir lapor Kepsek. Gimana?" Raya memberi ide saat Adam sudah menceritakan kronologi dengan detail. Begitu rinci-nya Raya ingin menjerat Hema atas perlakuanya pada Adam.

Sedangkan Ridho hanya terpaku dan menurut saja. Ridho memang tak jauh beda dengan Adam. Anaknya lumayan cupu jika urusan gulat, tapi Ridho lebih parah. Ia rela dijadikan kacung oleh beberapa preman sekolah hanya karena mencari Aman.

"Jangan Ray. Jangan. Kalau perlu. Jangan sampai ada yang tahu kejadian ini. Cukup kamu sama Ridho saja"

"What?" Raya membuka rahangnya lebih tinggi saking terkejut dengan jawaban Adam.

"Aku heran sama kamu Dam. Kenapa sih dam. Kamu takut sama dia. Apa karena dia teman kamu.? Oke. Kita anggaplah kalo dia emang teman dimasa lalu kamu. Tapi inget dam. Seorang teman tak'an memperlakukan temanya seperti ini!" Sorot mata Raya menandakan keseriusan sekaligus kekesalan. Adam bisa melihat itu.

"Ray. Makasih kamu udah care sama aku. Tapi, aku gak mau masalah ini dibesar-besarkan!"

"Justru itu, kalo kamu tetap ngalah aja sama dia. Dia makin ngelunjak dan ke'enakan. Karena itu dia harus diberi pelajaran! dia bukan cuma bikin babak belur kamu tapi dia ngambil laptop milikmu. Karena itu harus kita kasus-kan. Ia kan do. Do. Ngomong kek jangan diam aja" Raya mendorong punggung Ridho.

"Tapi bener kata Adam Ray. Yang udah yaudahlah!"

Raya mendengus mendengar ucapan Ridho barusan, seketika itu juga ia berdiri "Oke. Kalo kalian berdua terima gitu aja. Tapi aku pribadi gak terima. Biar aku yang nyamperin itu anak"

"Ray jangan!"

Raya tak menggubris larangan Adam. Ia tetap keluar dari kelas X-A menuju X-B yang jaraknya persis dibelakang ruang kelas X-A. Saat Raya sudah masuk kelas itu, disana ia tak menemukan Hema, Juga Gio dan Febri yang kata Adam ikut membantu melancarkan aksi Hema kemarin.

"Bener Hema belum datang?" desak Raya pada Andi murid X-B yang cukup ia kenal dekat.

"Ya. Elah Ray. Gue baru dateng. Buat tapa sih gue bohong! Emang ada apa?" Tanya Andi penuh rasa ingin tahu. Tapi Raya hanya membalasnya dengan segaris senyum yang membuat Andi malah semakin penasaran, ada apa Raya mencari Hema si biang keladi dikelas itu. Anak-anak Kelas X-B saja tak ada yang berani dekat-dekat dengan Hema. Ya. Ibaratnya kalau orang berdekatan sama sesuatu yang wangi, pasti orang itu akan kecipratan wanginya, begitupun sebaliknya.

Hanya dua orang dikelas itu yang mau menjadi tim Hema. Siapa lagi kalau bukan Gio dan Febri. Itupun karena mereka berdua memang otaknya gak kalah miring dengan Hema. Dan mereka memanfaatkan istilah aji mumpung. Kalau ada di tim Hema. Rokok-rokok mah gak kesusahan. Dan Gio dan Febri memanfaatkan itu.

"Dikasih rokok berapa batang sih kalian berdua" Raya dengan lantangnya seakan menantang Gio dan Febri yang baru saja masuk kedalam kelas itu. Andi yang melihatnya terkejut melihat Raya memasang wajah murka.

"Maksud lo apaan. Oh. Gue tau, lo salah masuk kelas ya?" Gio mendekatkan tubuhnya ke arah Raya.

"Gak usah sok gak ngerti. Mana anak rusuh itu. Mana bos lo?" Raya masih menantang dua lelaki dihadapnya dengan pertanyaan.

ADAM DAN HEMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang