Hari ini Adam memutuskan untuk tidak pergi kesekolah. Katanya, dia ingin berada dirumah bersama Ibunya. Mengingat Ibunya belum sehat betul, Adam khawatir takut terjadi sesuatu psda Ibunya.
Sekarang. Adam baru saja selesai membeli obat di apotek untuk Ibunya. Namun seblum pulang dia menyempatkan untuk kerumah Bang Ucok, karena katanya Lani juga sakit Batuk. Adam juga membelikan Obat batuk untuk Lani. Sesampainya dirumah Bang Ucok. Adam langsung menemui Lani yang ternyata bukan hanya sakit batuk, melainkan juga demam. Adam jadi teringat, tadi pagi Ibunya juga demam hebat, tapi panasnya turun ketika Adam mengompresnya dengan air hangat. Adam melakukan cara yang sama pada Lani. Gadis kecil itu terus menyebut satu kata. "Ibu". Adam yakin Lani pasti merindukan kasih sayang seorang Ibu.
"Bang.." Adam memulai pembicaraan. Bang Ucok sudah tahu kemana arah pembicaraan Adam.
"Ia Dam. Beberapa hari ini, Lani memang selalu bilang kalau dia kangen sama Ibunya. Pengen ketemu"
"Terlepas dari apapun yang sudah terjadi sama Abang dan mantan Istri Abang, Lani tetap membutuhkan Ibunya. Apalagi Lani masih kecil Bang"
"Tapi Ibunya sudah tidak peduli lagi. Kalau dia peduli pasti dia tidak akan meninggalkan Lani begitu saja, pasti dia mencari anaknya"
"Abang tahu dimana Ibunya Lani sekarang berada?"
"Kabar terakhir yang Abang dengar, katanya dia ikut suami barunya ke sukabumi"
"Kalau bisa, Abang cari tahu keberadaanya. Kasih tahu, kalau Lani anaknya sedang sakit. Pasti Ibunya Lani akan menemui Lani bang. Adam yakin. Biar bagaimanapun dia Ibunya Lani"
Adam, hanyalah anak SMA. Tapi bagi Bang Ucok. Adam yang sekarang ada dihadapanya seperti lelaki dewasa yang bijak karena mampu menyadarkanya.
Bang Ucok lalu meminjam Ponsel Adam untuk menghubungi Neneknya Lani, yang tak lain Ibu dari mantan Istrinya. Bang Ucok keluar dari kamar Lani. Meninggalkan Adam dengan Lani yang masih menyebut-nyebut Ibunya. Adam benar-benar tak tega melihat keadaan Lani sekarang, meski bukan orang yang Religius, tapi dia cukup hafal beberapa ayat-ayat suci. Dibacakanya disamping telinga Lani. Beharap Lani segera sadar kembali.
Beberapa saat kemudian. Bang Ucok masuk kedalam kamar Lani. Adam sudah siap untuk pulang. Bang Ucok menyerahkan ponsel Adam dengan sebuah senyum yang berbeda.
**
Hema melintas kelas X-A dengan sangat lambat. Meski dia berjalan dengan terus menatap kedepan. Namun kedua bola matanya bergerak kesamping-kedalam kelas X-A mencari sesuatu yang ia harapkan Nampak dan terlihat oleh kedua matanya. Namun, sudah dua kali dia melintas, yang dia cari itu benar-benar tak ada. Dikantin -pun dia tak menemukanya. Yang ada hanyalah Raya dan Ridho yang sedang makan Bakso bersama teman-temanya yang lain. Mungkin Adam benar-benar tidak masuk sekolah. Fikir Hema saat itu.
Ada rasa bersalah yang bersarang dalam hatinya. Semakin hari rasa itu semakin menusuk hatinya, bahkan dia sendiri terkadang menderita dengan rasa itu. Ingin sekali rasanya teriak. Ingin sekali rasanya meledakan semua rasa yang terkurung dalam hati agar bisa bebas. Tapi disaat ia ingin melakukanya, sebuah rasa lain muncul dan memberikan sebuah gravitasi yang lebih kuat untuk teguh pada pendirianya.
Sesaat sampai dirumah-sepulang dari sekolah. Hema turun dari motor gede-nya ia parkirkan didepan rumah. Hema tak langsung masuk kedalam, dipandanginya rumah Adam beberapa detik. Rasa penasaran muncul dalam dirinya, kenapa Adam tidak masuk sekolah. Seandainya dia tak pernah ada dalam situasi seperti ini. Seandainya keadaanya masih sama seperti dulu, ketika mereka bersahabat baik. Pasti Hema tanpa sungkan langsung masuk kedalam rumah Adam. Lagi-lagi Hema memberontak hatinya sendiri, dia langsung masuk kedalam rumah yang dalam keadaan sepi karena Nadine belum pulang bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADAM DAN HEMA
RomanceDia kini berteman dengan petir, tapi bulan dan matahari masih ada dan menjadi saksi bahwa aku dan dirinya pernah sangat dekat. -Adam- Orang yang dianggapnya sahabat sejati, kini tlah berbeda. Tapi apakah alasanya kenapa ia berbeda. Adam terus memper...