Hujan deras dihari minggu sore, seakan tak mau berhenti turun dari langit gelap. Aku turun dari Kasur sambil membakar satu batang rokok, dan lagi, aku kembali terbatuk. Padahal dulu aku hanya ingin dipuji oleh mereka, karena Rokok dilambangkan sebagai kejantanan atau sebuah keberanian. Padahal jelas-jelas dibungkus rokok tercantum bahaya dampak rokok.
Sebetulnya, untuk apa aku merokok saat ini. Toh tak ada yang menontoniku. Tak ada orang yang akan bilang: "Wih. Hema hebat coy. Ngerokokk dia sekarang" Seperti saat pertama kali aku menghisap rokok didepan teman-temanku sewaktu acara coret-coret baju karena bahagia merayakan lulus SMP.
Aku masih ingat betul. Ketika itu ada anak yang menontoniku ketika sedang merokok. Tatapan itu masih sama seperti dulu. Hanya saja kini tatapan itu seakan mengharuskan aku untuk membencinya, meskipun sebenarnya aku tak ingin.
"Aku bilangin tante Nadine nanti!" Ucapnya siang itu. Spontan teman-temanku menertawaiku. Ada diantara mereka langsung mengolok-ngolok aku didepan anak itu. Katanya, aku adalah Anak mami. Tentu aku tak terima, karena dia, aku ditertawakan oleh teman-temanku. Aku bangkit dari tempat duduku untuk menghampiri anak itu, yang tak lain adalah Adam.
"Aku bunuh kamu, kalau sampai kamu bilang!" Ancamku padanya, lalu refleks tanganku mendorong Adam hingga terjatuh. Aku tak mau menatapnya sama sekali, kuarahkan pandanganku kearah lain. Karena jika saat itu aku melihatnya, apalagi matanya. Berarti aku kalah memerangi hatiku.
Adam bangkit. Aku tahu, sangat tahu. Ada air mata yang dia tahan tak terjatuh. Kalaulah saja dia tak langsung pergi. Pasti air matanya itu akan benar-benar jatuh.
Aku tertawa disore ini, menertawakan diriku yang sangat maha jahat sore itu pada Adam. Sungguh semua itu demi kebaikanya. Agar dia membenciku meskipun aku sakit dan tak menginginkanya. Tapi itu harus aku lakukan. Itulah satu-satunya cara agar dia menjauhiku.
Masa bodoh, jika semesta dan isinya mengatakan: 'Hema Manusia Paling Kejam'. Aku tak peduli dengan omong kosong itu. Persetan siapapun yang mengatakanya. Tau apa mereka soal isi hatiku? Soal perasaan ini. Apa mereka tahu batinku menjerit? Apa mereka tau hatiku menangis?
**
Masih disore ini. Ditempat yang sama, tempat yang asing namun aku berusaha menjadikanya biasa. Lucu, seakan semua yang terjadi seperti karma dalam hidupku. Aku yang sekarang berusaha menjadi orang asing bagi Adam, namun aku dihadapkan dengan keadaan asing yang lagi-lagi harus menjadi biasa dalam hidupku, bukan hanya keadaan, tapi tempat, cerita dan orang asing yang harus aku anggap biasa.
Terkadang, Manusia terlahir dari masa lalu. Kita ada dalam fase saat ini, karena kita telah melewati bagian dicerita lalu, entah sedih, bahagia atau apapun itu.
Mungkin cerita dihari lalu yang telah aku lewati, bisa dikategorikan sebagai cerita sedih, bahkan memilukan. Dan cerita itulah yang akhirnya membentuk pribadiku seperti ini, membawaku ketempat ini, mengenal Juno-Orang asing dengan cerita asing yang harus aku anggap biasa dalam hidupku.
Seandainya, semesta tahu. Bahwa aku menjauhi Adam. Bukan karena aku membencinya. Awalnya memang iya, setelah kejadian tragis itu. Dimana teman-teman Ayahku, secara bergantian mencumbui diriku untuk memenuhi kepuasan hasrat mereka. Jujur, aku sangat benci Adam. Meskipun aku tahu Adam tak ada sangkut pahutnya, Adam tak mengenal teman-teman Ayahku, dan aku yakin. Adam tak tau cerita tragis yang aku alami hingga membawaku kehari ini.
Seiring waktu berlalu. Aku sadar, Adam tak salah. Namun pada akhirnya aku harus menjauhi Adam. Bukan karena aku masih tetap dengan pendirianku yang menyatakan Adam sama saja seperti teman-teman Ayahku. Bukan karena itu, Adam tak sama dengan bajingan-bajingan itu. Meskipun pada akhirnya aku tahu, bahwa Adam menyukaiku, tapi tetap aku tak menyalahkanya. Untuk apa menyalahkan sebuah Rasa?
KAMU SEDANG MEMBACA
ADAM DAN HEMA
Lãng mạnDia kini berteman dengan petir, tapi bulan dan matahari masih ada dan menjadi saksi bahwa aku dan dirinya pernah sangat dekat. -Adam- Orang yang dianggapnya sahabat sejati, kini tlah berbeda. Tapi apakah alasanya kenapa ia berbeda. Adam terus memper...
