Part 7

3.5K 274 12
                                    

Sekitar jam lima sore saat Adam usai mandi, barulah Ia mendengar suara motor gede milik Hema. Adam mendekat menuju jendela kamar miliknya untuk menyingsihkan gorden jendela. Dan benar, Hema baru pulang dengan masih memakai seragai sekolah.

Kadang Adam selalu bertanya-tanya. Kemana saja Hema setelah pulang sekolah. Sudah terlalu lama jarak ini renggang. Sudah lama benang persahabatan menjadi kusut atau bahkan memang sudah putus. Adam merasa tak tahan dengan semua ini. Dan sampai detik ini, bahkan Adam tak tau apa alasan sebenarnya Hema menjauhinya.

Adam keluar kamar. Ia tak mau terus-menerus seperti ini. Saat membuka pintu rumah, Hema baru saja akan masuk kedalam rumah-nya. Adam segera memanggil Hema hingga Hema tak jadi masuk kedalam. Kini Hema hanya tertegun, melihat Adam yang berjalan kearah-nya.

"Ada apa lagi lo. Belum puas lo introgasi gue disekolah?" Tanya Hema lebih dulu

"Ma. Kenapa sih kita sekarang seperti ini?"

Hema termenung. Adam bisa merasakan Hema yang ada didepanya adalah Hema yang dulu.

"Seperti apa maksud lo?"

"Ya seperti ini. Apa salahku sih sama kamu ma. Apa karena kamu gak suka aku sering nulis puisi untukmu?"

"Ya itu salah satunya. Udahlah lo gak usah deketin gue lagi. Andaipun gue pernah temenan sama lo mungkin itu adalah sebuah kesalahan. Anggap ajalah kita gak pernah kenal"

"Separah itu ya ma hanya karena puisi. Kalo emang kamu gak suka sama puisi-puisi yang aku tulis. Oke. Aku minta maaf. Tapi gak kayak gini ma"

"Dan kalo lo gue maafin. Lo akan menjauhin gue? Lo budeg atau gimana sih.berhenti deketin gue setan!"

"Ini bukan kamu ma. Ini bukan kamu. Yaudah, sekarang kamu balikin laptopku"

Mendengar ucapan Adam barusan, Hema langasung memajukan langkahnyaa. Lalu Adam mundur beberapa langkah.

"Jangan fikir karena didepan rumah, gue gak berani nonjok lo!" Ancam Hema

"Aku gak peduli ma. Kamu kalo belum puas nonjok aku silahkan. Tapi tolong balikin laptopku. Kalau enggak. Aku akan laporin tante Nadine!"

Hema merasa terancam dengan ucapan Adam barusan. Bisa bahaya kalo sampai mama-nya tau. Hema tau betul kalo mama-nya itu selalu meng-anak emaskan Adam meski Adam tak ada ikatan keluarga.

"Awas aja kalo nyokap gue tau. Gue mampusin lo!"

Hema masuk kedalam dengan membanting pintu. Adam yang masih berdiri berusaha menguatkan hati agar tak tergores sedikitpun karena ucapan-ucapan Hema yang menyakitkan. Adam langsung masuk kedalam rumahnya. Rumah yang lagi-lagi menurutnya tak ada tanda-tanda kehidupan.

**

Malam harinya, Adam terbangun karena suara gedoran pintu. Ia melirik jam mini yang ditaruh diatas meja tepat samping ranjang. Baru pukul dua pagi. Biasanya Salma baru pulang menjelang adzan subuh tiba. Tapi kenapa pagi buta seperti ini malah sudah pulang.

Adam bangkit dari ranjang, berusaha menyadarakan dirinya agar tetap melek. Tak lupa ia membawa raket listrik untuk jaga-jaga. Siapa tahu itu bukan Ibu-nya. Dan bisa jadi maling. Adam malah parno sendiri oleh pemikiran-pemikiran yang ia buat.

"Adam. Bukan pintu. Adam!"

Suara itu terus berulang dari luar disertai oleh gedorang pintu. Adam yang sudah didepan pintu malah masih ragu untuk membukanya.

"Adam. Buka Adam. Ini tante Nadine!"

Hah. Tante Nadine!

Langsung saja Adam membuka pintu rumah. Dan betapa terkejutnya saat melihat Tante Nadine beserta Hema, merangkul Salma yang dalam keadaan mabuk berat dan terus ngomong ngaco.

ADAM DAN HEMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang