Part 3

4.4K 328 23
                                        

Kini aku ditikam kesunyian oleh rasaku sendiri.

~ADAM~

**

"Mau sampai kapan sih kalian musuhan. Gak baik ah, musuhan gitu. Adam itu udah Mama anggap seperti anak sendiri. Pokoknya mama pengen kalian baikan"

Sambil menyajikan menu makan malam. Nadine terus mengocehi Hema yang hanya memasang raut wajah datar.

"Mama gak ngerti. Ini bukan urusan mama. Ini urusan anak muda!"

"Oke. Up to you lah. Kamu cepet makan. Mama mau anterin makanan buat Adam. Pasti Ibunya gak masak lagi!"

"Ngapain sih ma. Dia itu kan bukan siapa-siapa kita?"

Nadine kaget, tak menyangka anaknya bisa berkata seperti itu. Dulu waktu Hema pergi ke mall bersama Nadine, ketika mama-nya akan membelikanya sepatu. Hema-lah yang mengingatkan agar juga membelikan untuk Adam. "Kenapa malah sekarang seperti ini sih Hema! Kalau kamu benci sama Ayahmu. Harusnya kebencian kamu itu tidak berimbas pada Adam. Dia tidak tahu apa-apa!"

Nadine pergi dengan membawa rantang susun yang berisi nasi serta lauk-pauk kerumah Adam. Jarak rumah Nadine kerumah anak itu hanya beberapa langkah. Sebenarnya, Nadine tak terlalu dekat dengan Salma-Ibu Adam. Tapi itu bukan alasan untuk tak menyukai anak-nya. Toh Adam bersahabat baik dengan Hema. Adapun masalah diantara mereka sekarang, Nadine menganggap itu hal wajar sebagai probelmatika Remaja. Paling besoknya balikan, namanya anak yang baru puber. Nyatanya salah, Sudah hampir menginjak dua tahun, kedua anak itu masih bermusuhan. Malah jarak antara mereka semakin hari semakin menjauh.

Nadine sendiri sudah kehabisan kata dan cara untuk membuat akur kedua anak itu. Sekarang Nadine tidak akan mengocehi anaknya lagi. Menurutnya, Hema sudah cukup besar untuk menentukan mana yang baik dan mana yang salah.

Jam empat sore, Adam duduk dikamarnya, Mood-nya sedang jelek untuk menulis puisi. Ia hanya memperhatikan rumah Hema dari balik jendela. Kemana Hema sampai saat ini belum juga pulang. Adam tak melihat motor gedenya terparkir dihalaman rumahnya.

"Nanti. Kalau masuk SMA. Mama mau membelikanku sepeda motor loh dam!" Ucap Hema dihari lalu saat selesai memakai nasi liwet bersama Adam.

"Wah enak banget sih kamu ma!"

"Kamu juga kan enak. Kan nanti tiap hari aku bonceng kamu dam. Kita kesekolah naik motor gedeku!"

"Emang kamu bisa bawa-nya?"

"Ya. Belajarlah!"

"Mau. Mau. Aku juga mau belajar. Tapi sama siapa?"

"Temen ayahku banyak yang bawa motor gede. Nanti kita belajar sama mereka oke!"

Adam tersenyum jika ingat percakapan saat itu. Kenyataanya sekarang, jangankan belajar menunggangi motor gede milik Hema. Dia sendiri saja belum pernah menyentuh motor gede itu sekalipun. Hema tak pernah menawarinya tumpangan saat pergi kesekolah. Padahal sering kali saat Adam keluar rumah untuk berangkat sekolah, Hema sudah bersiap berangkat menunggangi motor gedenya. Tapi, lagi-lagi. Jangankan menawari Adam. Melihat kearah Adam saja Hema seperti tak sudi.

Terpaksa Adam berjalan kaki sampai gerbang komplek. Kemudian barulah ia menunggu Ridho teman kelasnya lewat untuk ikut nebeng. Tak jarang juga saat Adam belum sampai gerbang komplek, Hema melewati Adam dan sengaja mengencangkan motor gede-nya. Dan Adam hanya bisa menelan ludah dengan semua perlakuan Hema padanya.

**

Sama seperti Hema, Adam juga seperti anak-anak muda kebanyakan yaitu punya tempat tongkrongan. Saat jam pulang sekolah, Adam mampir ke lapak Bang Ucok. Pria berumur 28 tahun penjual koran yang membuka lapak tak jauh dari SMA PANCASAKTI. Sebenarnya, awal Adam bisa mengenal Bang Ucok karena lewat aplikasi itu. Ya. Aplikasi yang penggunanya kebanyakan cowok-cowok 'pilihan'. Dan Bang Ucok adalah orang yang pertama yang Adam temui dan kenal secara langsung lewat aplikasi itu. Itupun awalnya ketika Adam sedang menunggu angkutan untuk pulang, ucok yang sedang menjajarkan koran daganganya terus memperhatikan Adam. Dan saat Adam membuka aplikasi itu dan memperhatikan sebuah profil yang jaraknya hanya beberapa meter darinya, Adam yakin jika penjual koran itu adalah pemilik profil yang sedang ia amati sekarang dilayar smartphone miliknya.

ADAM DAN HEMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang