Sedari pagi Hema dimarkas Juno, menunggu anak itu, berharap jika dia datang membawa uang sesuai yang dijanjikanya. Bahkan Hema sampai bolos sekolah hanya untuk menunggu Juno. Tapi sudah sampai sore seperti ini, anak itu belum terlihat batang hidung-nya.
"Kayaknya si Juno gak pulang lagi dam. Soalnya semalam juga tuh anak gak balik!" Kata Boim yang baru saja membersihkan badan-nya dikamar mandi. Hema, yang sedari tadi mengutak-ngatik ponselnya lalu bangkit menghampiri Boim.
"Lo kok, gak bilang, kalau Si Juno semalam gak balik?" Tanya Hema merasa dongkol
"Gue kira lo tau ma?" Sahut Boim
Hema tak menyahutinya, karena ponselnya bordering. Ada satu panggilan masuk, dan itu dari Aji, Om-nya.
"Hallo Om?" Kata Hema saat mengangkat panggilan
"Ia Dhika. Kamu dimana, tadi Om kerumah gak ada?" Suara Aji diujung sana
"Lagi dirumah temen om, gimana om?"
"Udah Om taro di rumahmu ya. Memang buat siapa sih, kalau bukan buat kamu?"
"Ada pokoknya, demi kebaikan kok, om tenang aja. Tapi inget Om, jangan sampe Mama tau loh"
"Beres. Eh. Om mau tanya, kamu emang gak bilang sama Adam, kalau orang yang menjambretnya sudah ditangkap?"
Hema diam, saat percakapan mulai mengalih pada Adam.
"Emm. Iya Om lupa!"
"Lalu, Hp dia juga belum kamu kasih?"
"Ia Om. Hehe"
"Dhika. Dhika! Pantas saja, tadi saat Om tanya dia tadi sore, dia kayak orang kebingungan"
"Ia. Malam ini nanti Dhika kasih kok, tenang aja. Om Aji ketemu Adam, dimana?"
"Ya tadi sore, waktu Om nganterin pesanan kamu, pas mau pulang, Om liat Adam baru pulang sama dua temanya, tapi kayaknya kondisi Adam lagi gak baik, kayak lagi sedih gitu"
"Yaudah Om, gitu aja Ya. Bye!"
Hema mengakhiri panggilan. Lalu seketika termenung, memikirkan apa yang diucapkan Aji barusan. Apakah Adam masih bersedih karena kemarin sore dia menonjoknya, ada suatu penyesalan yang maha dahsyat dalam dirinya, dengan apa yang dia lakukan pada Adam. Tak seharusnya dia menonjok Adam. Tapi sungguh itu diluar kendalinya, Hema hanya kaget dan refleks melakukanya.
Lagi-lagi dia kembali berperang dengan hatinya, entah sudah berapa kali dia membuat Adam bersedih dan terluka. Malam ini, Hema sudah bertekad bulad, untuk sedikit mengobati luka dalam diri Adam, yang selama ini dia buat.
"Im, kayaknya gue balaik duluan. Kalau si Juno pulang, bilang kedia, bahwa gue nungguin dia dari pagi!" Hema sudah bersiap pamit
"Beres Ma!" Jawab Boim yang sedang mengupas kacang kulit
Sejurus kemudian Hema sudah meninggalkan markas Juno. Menghilang dengan kecepatan tinggi, menunggani motor gedenya.
**
Raya dan Ridho sudah pulang sebelum maghrib. Kini dirumah Adam kembali sepi, padahal sebelumnya rumah ini terasa hangat dan ramai dengan kehadiran dua anak itu. Adam bangkit setelah memakai switter-nya, sekarang hatinya benar-benar terluka, dia tak mau berdiam diri dirumah. Adam masih belum bisa membayangkan, bagaimana seandainya Ibu-nya tahu jika dia dikeluarkan dari sekolah, karena kasus ini. Jika pihak sekolah saja menanggap Adam telah mencoreng nama baik sekolah, Apakah Ibu-nya pun akan demikian? Menganggap anak semata wayangnya sebagai pencoreng nama baik keluarga.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADAM DAN HEMA
RomansaDia kini berteman dengan petir, tapi bulan dan matahari masih ada dan menjadi saksi bahwa aku dan dirinya pernah sangat dekat. -Adam- Orang yang dianggapnya sahabat sejati, kini tlah berbeda. Tapi apakah alasanya kenapa ia berbeda. Adam terus memper...