'Dalam Hidup, ada sebuah proses atau tahapan, yang tujuanya menjadikan pribadi menjadi lebih kuat dalam menjalani hidup. Kadang manusia merasa rapuh, saat hidupnya terasa sunyi, tanpa memiliki banyak warna. Tapi lewat proses itulah, yang nantinya akan membuat Manusia terasadar. Bahwa dalam kehidupan, hanya ada dua warna, yakni hitam dan putih'
-Adam dan HemaWaktu sudah menunjukan pukul satu pagi, dua anak lelaki masih terjaga ditengah jantung ibukota. Disebuah jembatan, yang sungainya bisa dikategorikan kedalam lumayan, dibanding sungai-sungai lain yang bau dan kotor yang ada di Ibukota. Disanalah sekarang dua lelaki itu berada. Adam duduk diatas motor Hema yang sudah terpakir ditepi jembatan tersebut. Sedangkan Hema turun untuk melihat arus sungai yang tak terlalu deras. Angin malam yang cukup kencang terus menampar tubuh keduanya.
"Dam. Lo ingat dulu?" Kata Hema kemudian. Adam memandangi Hema sambil matanya mengisyaratkan agar melanjutkan ucapnya.
"Waktu Mama sakit, lo yang ngerawatnya, karena gue paling gak bisa deket-deket orang yang sakit. Bawaanya suka pengen nangis dan panikan. Dan waktu itu, lo bilang. Kalau gak usah takut dan malu untuk menangis, tidak peduli lelaki atau perempuan, Menangis saat kenyataan terasa pedih, adalah hal yang wajar. Manusiawi. Dan itu menandakan bahwa kita masih punya hati, kita hanya manusia biasa".
Adam tertegun memperhatikan Hema berbicara. Lalu memorinya mencoba mengingat hari itu saat dia berbicara demikian. Setelah berhasil menemukan ingatan itu. Adam hanya tersenyum beberapa detik
"Sekarang.." Hema membalikan tubuhnya dan menatap Adam. "Kalau emang, cara yang terbaik adalah menangis. Menangislah. Biar semesta dan sang malam tahu dan melihatnya, jika itu buat lo tenang dan merasa lebih lega, Kenapa enggak. Itukan yang lo bilang dulu sama gue?"
Adam kembali tersenyum. Ucapan Hema barusan seakan menghipnotis kedua matanya agar mengeluarkan air mata. Dan anehnya, malah berhasil. Buru-buru Adam mengusapnya dengan telapak tanganya.
Ternyata benar, setelah mengalami banyak luka. Tekadang manusia akan dapat secercah cahaya, untuk menerang hatinya, mengobati goresan luka-luka itu, atau menyadarkan manusia itu sendiri bahwa hidup tidak hanya memiliki satu warna, hitam. Tapi ada warna lain, yakni putih. Dan Adam adalah salah satu dari jutaan manusia yang sadar akan hal itu
Keduanya sama-sama diam, melihat langit malam dari arah barat yang kemerahan. Adam memperhatikan Hema yang terus mengadahkan kepalanya keatas langit. Ingin rasanya sekarang dia bertanya. Apa alasan Hema selama ini menjauhinya, dan kenapa malam ini dia begitu baik padanya seolah tak pernah terjadi sesuatu.
Tapi Adam tak mau bicara demikian. Dia lebih memilih mengunci mulutnya, dan menyimpan pertanyaan itu atau bahkan menguburnya jika perlu. Untuk apalagi dia harus mendapatkan jawaban, jika keadaan sudah menjadi jawaban paling ampuh dibanding kata-kata.
Tak lama Hema mengajak Adam pulang, Disepanjang perjalanan Adam memeluk tubuh Hema dari belakang. Sesekali Hema mengajaknya bercanda, katanya jangan sampai Adam ketiduran dipunggungnya. Adam hanya tertawa, menikmati malam bersama Hema, meskipun cerita sedih seakan ingin selalu hadir dalam setiap kebahagiaan yang dia rasakan.
"Serius gue pulang?" Tanya Hema mempastikan, saat keduanya sudah sampai didepan rumah masing-masing.
"Ia. Gak papa. Lagian besok kamu harus sekolah kan"
Hema diam. Lalu bicara "Yaudah, gue masuk yah. Kalau lo perlu sesuatu dan ada apa-apa. Lo gedor pintu rumah gue"
Adam mengangguk. "Thanks ya ma. Thanks udah nemenin aku malam ini. Dan Thanks juga buat laptop-nya"
Hema menampilkan senyum terbaiknya, sebelum akhirnya membalikan badan dan menghilang dari balik pintu rumahnya. Adam masuk kedalam. Pintu rumah masih terkunci, lampu juga masih dimatikan. Tentu saja Ibunya belum pulang. Dan lagi, fikiranya kembali pada Ibunya. Kenapa bisa-bisanya Ibunya tak mengakui Adam sebagai anaknya, memangnya siapa lelaki itu. Sampai-sampai Ibunya lebih memilih lelaki itu dibandingkan anaknya sendiri. Adam jadi teringat ucapan Hema diJembatan tadi. Katanya, Hema sudah sering melihat Ibunya dengan memakai pakaian sexy didepan ruko sana. Tapi Hema memilih diam tak mau menceritakanya pada Adam. Ingin rasanya Adam sekarang juga bertanya pada Ibunya, Lakon apa sebenarnya yang sedang dia mainkan?
![](https://img.wattpad.com/cover/104475496-288-k986327.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ADAM DAN HEMA
RomanceDia kini berteman dengan petir, tapi bulan dan matahari masih ada dan menjadi saksi bahwa aku dan dirinya pernah sangat dekat. -Adam- Orang yang dianggapnya sahabat sejati, kini tlah berbeda. Tapi apakah alasanya kenapa ia berbeda. Adam terus memper...