1

535 29 21
                                    

Nana mengetuk pintu apartemen di hadapannya dengan kesabaran yang mulai habis.

"Ada penghuninya nggak, sih?!" Ia menumpahkan emosinya dengan menendang pintu di depannya hingga mengeluarkan bunyi, "DUGG."

Karena capek terus-terusan mengetuk pintu dan membunyikan bel, dia memilih untuk duduk mengelesot di lantai. Kemudian, ia membuka HPnya, mencoba menghubungi si penghuni apartemen. Namun, sayangnya chat maupun missed callnya nggak mendapat respon.

"Gue laporin Papa sama Mama baru tau rasa, nih!" gerutunya sambil mengirim chat kepada kedua orang tuanya.

Nana bersila dan menyandarkan punggungnya di tembok dekat pintu apartemen kakaknya. Kopernya masih ia biarkan berada di depan pintu. Nana memicingkan matanya saat mendapat tatapan geli dari cowok asing yang lewat di depannya.

"Nggak usah liat-liat!" seru Nana.

Cowok itu berhenti nggak jauh dari tempat Nana mengelesot. "Temennya Davian?" tanya cowok itu.

"Adiknya!" ralat Nana dengan ketus.

Cowok itu membulatkan matanya karena kesal dengan nada ketus Nana. "Santai, kali! Ini apartemen bukan hutan, dasar Mbak Tarzan!" serunya balik. "Lagian, Davian perasaan blasteran ganteng gitu, kenapa adiknya macem Tarzan gini bentukannya? Kayak triplek, lagi," sindirnya.

Nana mulai berdiri dan menunjuk-nunjuk muka si cowok dengan garang. "Heh, Mas-Mas Mesum! Lo kira kalau kakaknya blasteran ganteng terus adiknya juga harus blasteran ganteng juga?! Sori ya, Mas, gue cewek tulen! Mas mau liat?!" teriaknya di muka Mas-Mas Mesum itu.

Si Mas-Mas Mesum nggak terima diteriaki seperti itu. Dia pun balas melotot dan menunjuk-nunjuk muka Nana. "Sori nih ya, Mbak Tarzan-yang-pengen-banget-gue-liat-ketulenannya, gue nggak peduli mau lo blasteran ganteng kek, blasteran Tarzan kek, blasteran king-kongnya Tarzan kek, blasteran bulu ketek ajaibnya Tarzan kek, gue nggak peduli! Jadi, permisi ya, Mbak, saya mau ke kamar saya dulu!" ujarnya sambil berlalu menuju apartemen di sebelah apartemen Davian.

"Cih, mana Dave tetanggaan sama Mas-Mas Mesum, lagi," cibir Nana sambil memandang Mas-Mas Mesum yang sedang mengeluarkan kunci apartemennya.

Si Mas-Mas Mesum menoleh ke arah Nana sebelum masuk ke apartemennya. "Davian lagi kuliah!" teriaknya sebelum akhirnya menghilang ke balik pintu.

Nana masih dalam keadaan berdiri di depan pintu apartemen Davian. Setelah mendengar ucapan terakhir si Mas-Mas Mesum, ia langsung menendang pintu Davian lagi.

"Bego banget! Adiknya udah dateng jauh-jauh dari Ohio malah ngampus!" gerutunya kesal.

Sebelumnya, kedua orang tuanya sudah mengabari Davian kalau Nana akan sekolah di Indonesia dan tinggal di apartemen Davian yang memang memiliki dua buah kamar. Davian juga sudah mengiyakan untuk menjemput Nana ke bandara. Tapi, ternyata Davian nggak menjemputnya hingga akhirnya Nana naik taksi online untuk sampai kesini.

Nana membaringkan kopernya untuk ia duduki. Setelah mencoba mengontak Davian lagi, ia pun memasukkan HPnya ke saku celana dan jatuh tertidur.

***

"Athena!"

Nana segera membuka matanya saat mendapat tepukan bertubi-tubi di pipinya.

Dave...

Mata Nana berkedip, berusaha memfokuskan matanya yang habis dipakai tidur. Baru setahun yang lalu dia ketemu sama Davian yang pulang ke Ohio. Tapi, rasanya Davian tambah ganteng aja...

Saat si Mas-Mas Mesum tadi menyebutkan bahwa Davian adalah blasteran ganteng, itu nggak salah. Kakaknya itu memang mendapat darah bule dari Papa. Hidungnya mancung dan matanya hijau gelap dengan alis tebal yang menaunginya. Walaupun blasteran, kulit Davian nggak seputih orang-orang blasteran lainnya. Kulitnya tan. Rambutnya gelap dan bergelombang.

Ares & AthenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang