17

82 3 1
                                    

Sampai di kelas, Nana melempar pelan nasi bungkusnya di meja Sasa dan Sisi, lalu duduk di depan mereka. Wajah kesalnya terpampang jelas.

"Kenapa lo?" tanya Sasa.

Nana menyesal karena tidak mengajak kedua sohibnya itu jajan ke kantin sehingga membuatnya harus menceritakan ulang kejadian tadi.

"WKWKWKWKWKW GE-ER BANGET LO!" Sisi terbahak setelah mendengarkan tumpahan kekesalan Nana, disusul tawa tak tertahan dari Sasa.

Yang diketawain pun jadi tambah bete. "Ck!" decak Nana, lalu ia pindah duduk di bangkunya, di belakang Sasa dan Sisi.

Dua gadis bernama kembar namun tak mirip itu segera menghentikan tawanya begitu melihat Nana ngambek. Namun, masih ada sisa-sisa kikikan di wajah Sisi yang membuat Nana tambah keki.

"Udahlah. Biasanya dia juga ngeselin, kan?" Sasa mencoba menghibur.

"Iya. Biasanya lo juga malu-maluin," imbuh Sisi.

Nana tidak menggubris kedua temannya itu. Ia membuka nasi bungkusnya dengan nafsu makan rendah. Disuapnya sesendok nasi ke dalam mulutnya dengan malas.

Di tengah kebetean Nana, Ares datang ke kelasnya dengan hawa-hawa yang dianggap Nana sebagai hawa-ngajakin-perang. Nana hanya melirik sekilas Ares yang berjalan menuju bangkunya dengan cengengesan.

Sasa dan Sisi kembali menghadap depan begitu melihat apa yang Nana lirik.

Ares berdiri di samping meja Nana. "Alhamdulillah," ucapnya sambil mengelus-elus dada.

Nana menyuapkan sesendok nasi lagi tanpa menghiraukan kedatangan Ares.

"Gue cuma mau ngecek nasib nasi bungkusnya apakah masuk ke perut lo ataukah ke tong sampah," ujar Ares. "Sepertinya lo tipe yang cukup penyayang dengan nggak ngebuang itu nasi," tambahnya.

Nana meletakkan sendoknya dan mulai menutup nasi bungkus yang belum habis di hadapannya.

"Hmm sepertinya perkataan gue membuat lo menjadi enggan menyayangi nasi itu, Zan," kata Ares.

Nana berdiri dan membawa bungkusan itu keluar.

Langkah kaki Ares mengekor di belakang Nana. "Zan, Zan, dilanjut makannya dong. Gue pergi deh," ujar Ares begitu Nana mendekati tong sampah. Namun, bongkahan kertas berisi nasi itu sudah terlanjur masuk ke dalamnya. "Yah," sesal Ares.

Nana melangkahkan kakinya menuju toilet karena sepertinya hanya tempat itulah yang mencegah Ares mengganggunya. Laki-laki itu mengikuti Nana sambil memanggil-manggilnya.

"Zan, lo lagi PMS, ya? Apa lagi ngidam? Mau mangga nggak?" tanya Ares nggak nyambung.

Nana segera memasuki toilet cewek sebelum Ares sempat menariknya.

***

Udah ngegantung 2 tahun nggak sih? Huhu sedih banget karena HPku yang di dalem notesnya ada simpenan plot buat cerita Ares & Athena rusak. Bahkan nggak bisa diganti baterai karena dalemnya yang konslet🥵

Bismillah semoga bisa masih kuat lanjutin...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ares & AthenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang