"Thanks karena lo udah ngertiin gue yang lagi berusaha menjauh dari Dave, M."
Langkah kaki mereka bergerak melalui tempat parkir dan berjalan menuju koridor. Hampir saja Nana diantar oleh kakaknya kalau Ares tidak gerak cepat berinisiatif mengajaknya berangkat bareng.
"No prob." Ares mengacungkan kedua jempolnya.
"Betewe, kemarin lo belum cerita siapa yang memohon sesuatu ke elo," tagih Nana.
"Elo."
Nana mengernyit. "Gue?" tanyanya. "Oh," sahutnya begitu tau maksud Ares.
"Elo yang minta tolong, tapi lo sendiri yang lupa." Ares menggeleng-geleng dramatis.
Nana tertawa hambar. "Itu cuma emosi sesaat. Nggak usah lo seriusin," ujarnya.
"Trus gue harus main-main?" tanya Ares. "Hati cewek itu bukan mainan, Zan. Kudu diseriusin."
Nana menoleh ke arah Ares sambil melotot. "PENGEN MUNTAH."
"Butuh kresek?"
"Nggak."
Ares mengerutkan dahinya seakan sedang berpikir. "Trus butuh apa? Butuh aku?"
"Butuh ketapel buat ngetapel mulut lo! Jijay banget pagi-pagi!" Nana berjalan cepat mendahului Ares menuju kelasnya.
"Fine," gerutu Ares.
***
"Sa, Si, ke kantin, yuk." Begitu bel istirahat berbunyi, Nana langsung berdiri dan menghampiri kedua cewek yang duduk di depannya.
Serentak, Sasa dan Sisi menoleh. "Nggak salah, nih?" tanya Sasa.
"Biasanya juga istirahat dipake buat bojel," sahut Sisi.
Nana mengerutkan alisnya. "Bojel apaan?"
"Bobo jelek," jawab Sisi. "Kalo gue kan boim, nah elo bojel."
"Kalo gue apaan?" tanya Sasa.
"Boker."
Sasa mendecih dibarengi dengan pelototan Nana. "Ah, nggak penting banget, sih, kalian. Ayo, ke kantin!" Nana menarik lengan kedua temannya itu agar berdiri dan menyeretnya keluar kelas.
Setelah melewati pintu kelas, Sasa dan Sisi melepaskan tangan Nana yang menyeret mereka. "Bisa jalan sendiri woi!" seru Sisi setelah terbebas dari seretan Nana.
"Iya, nih, main seret aja lo," imbuh Sasa.
Nana meringis. "Maap, maap. Abis gue laper banget, tadi nggak sempet sarapan."
Tadi pagi Nana menolak saat diajak Davian untuk sarapan. Dia bersikeras mau berangkat pagi karena ada tugas yang belum ia kerjakan. Untung saja Ares datang ke apartemennya tadi pagi sekali. Jadi, ada alasan bagi dirinya untuk cepat-cepat pergi.
Sesampainya di kantin, ketiga cewek itu menyeruak di antara gerombolan manusia yang sedang mengantri. Nana berhasil masuk ke kerumunan, namun masih ada sebaris cewek-cewek-susah-disempil di depannya. Akhirnya, tangan Nana terulur berusaha menggapai nasi bungkus incarannya. Argh, kenapa nasinya jauh banget!
Anjing, patah nih tangan gue, rutuk Nana dalam hati.
Tak disangka, terasa sebongkah kertas tertempel di tangannya yang terulur.
"Wah, makasih, M!" seru Nana begitu melihat apa yang disodorkan Ares kepadanya. Nasi bungkus!
Ares mengacungkan jempolnya. Saat ini ia berada di sebelah ibu kantin dan sedang mencomot makanan-makanan dengan gampangnya. Disaat yang lain berebutan antrian, dia malah masuk ke area ibu kantin seenaknya.
"Tempe mendoan, donat, sama nasi bungkus jadinya berapa, Bu?" tanya Ares seraya menggigit tempenya.
"Lo traktir gue?" Nana berhenti merogoh uang di sakunya.
Setelah membayar, Ares berjalan menuju bangku kantin dan duduk di sebelah Robi.
Nana pun mengikutinya. "Nih," ujar Nana sambil menyodorkan uang lima ribuan.
"Apaan?" tanya Ares sambil mendongak menatap Nana.
"Uang nasi bungkus gue."
Ares mengangkat alisnya. "Dih, emangnya gue ibu kantin?"
"Ya kan ini buat gantiin uang elo yang buat bayarin gue tadi!" Nana mulai kesal. "Cepetan ambil! Capek, tau!" Tangan Nana masih terulur ke Ares.
Ares tertawa ngakak. "SIAPA YANG BAYARIN ELO?" serunya.
"Apaan, sih, ketawa jangan ngagetin woi! Lagi khusyuk makan, nih!" teriak Robi.
Tawa Ares masih belum reda. "Ini si Tarzan ngira gue bayarin nasi bungkusnya dia. Padahal kan gue bayarin nasi elo, Bi," ujarnya sambil mengusap air matanya yang keluar.
"HUAHAHAHAHAHAHAHA." Robi ikut tergelak sampai nasi yang dikunyahnya muncrat kemana-mana.
Nana yang merasa malu pun melempar uang lima ribuannya tadi di depan Ares lalu bergegas keluar.
Ares pun menghentikan tawanya. "Woi, Zan! Anjing, lo nyuruh gue ngasihin uang lo ke ibunya?" teriak Ares, tapi dihiraukan Nana.
***
NB:
Sebenernya part ini belum selesai, tapi aku post buat ngasih tau aja kalau cerita ini masih bakal aku lanjut walaupun sempet berhenti beberapa bulan, karena aku merasa kuliahku padat sekali huhu cedihhhKedepannya inshaAllah mau aku rajinin buat update karena ternyata lumayan juga yang suka sama ceritaku ini😢
Aku minta vote dan kritik sarannya ya buat tau apa ceritaku ini layak aku lanjuttt. Thanks!😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Ares & Athena
Teen FictionAjari aku melupakan dia. Setelah itu, sepenuhnya hatiku akan menjadi milikmu. __________ "Athena, lo nggak lagi bercandain gue kan?" Nana menggeleng lemah. Ares membanting sisa puntung rokoknya ke tanah. Matanya menatap Nana dengan pandangan n...