Chapter 5: Matchmaking?

223 18 2
                                    

Aku tak ingin kau mencintaiku hanya karena keterpaksaan..

Jika memang cinta berpihak pada kita, tetaplah bersamaku.

**

(Juliette's)

"Zayn!" Aku berlari menghampiri Zayn yang sedang duduk di depan emperan toko sambil merokok ditemani dengan gitar tuanya.

Ia tersenyum,

"Hei," Zayn menepuk tempat kosong di sebelahnya, mempersilahkanku duduk.

"Ada apa?" Tanyanya.

"Aku ingin curhat," kusandarkan tubuhku ke dinding, "tentang Harry."

Zayn mematikan puntung rokoknya, juga menaruh gitarnya di sebelahnya. Sepertinya ia siap mendengarkan..

"Harry mengirimkanku surat cinta, dengan identitas palsu," aku menarik nafas sejenak,  "Aku muak dengannya."

(Zayn's)

Aku menelan ludah kering mendengar penuturan Juliette.

Harry yang memberikannya surat!? Tidak.. tidak mungkin!

"Aku benci orang seperti itu. Pengecut, kau tahu? Tapi kalau Harry, sih, sudah menyatakan perasaannya terang-terangan padaku.

I mean, jika orang lain yang melakukannya padaku."

Kata-kata Juliette sukses membuatku semakin terpojok.

Andai dia tahu..

"Hmm, lalu bagaimana?"

"Aku menamparnya,"

Aku mengangguk. Kasihan juga si Harry, padahal aku yang menulis surat itu.

"Bagaimana dengan, ehm.. laguku?" Ia tersenyum penasaran.

Aku memalingkan wajahku, bahaya jika melihat dia terus. Bukan apa-apa, you know what i mean, i love her. Aku takut jatuh cinta terlalu dalam.

"Belum. Aku tak bisa membuatnya asal,"

"Why?"

"Aku harus membuatnya spesial untukmu,"

Wajah Juliette terlihat merona, ia tersenyum sambil memandangi langit.

"Thanks,"

**

(Juliette's)

Zayn mengantarku pulang. Rasanya senang sekali, walaupun cintaku bertepuk sebelah tangan, tak apa asal ia selalu berada di sisiku.

Aku melongo mendapati Dad berdiri di depan gerbang rumahku yang besar itu. Apa dia menungguku pulang? Batinku.

Dad menatap Zayn seperti tidak suka, dan sepertinya Zayn menyadarinya.

"Aku pulang dulu, Juliette, see you later,"

Aku tersenyum manis,

"Thanks for today, Zayn.."

Kulangkahkan kakiku memasuki gerbang rumahku.

"Hi, dad."

**

Dad menatapku dengan wajah yang tak dapat di artikan. Namun aku tak memperdulikan hal itu.

Yang membuatku terkejut adalah..

Harry duduk dengan santainya.

Dirumahku.

"Hi, Juliette."

Dad berdehem pelan.

"Aku punya kabar buruk, Juliette. Perekonomian perusahaan kita menurun sangat drastis, dengan kata lain,kita.. bangkrut," Ia menghela nafas panjang, " Harry, dia bisa membantu keluarga kita. Kau tak ingin kita menjadi gelandangan kan,Juliette?"

Aduh, Dad ini basa-basi terus. Aku gugup menunggu inti pembicaraannya. Jangan-jangan..

Perjodohan.

Satu kata yang pasti akan membuat jalinan perasaan yang telah kuuntai akan sia-sia..

"Well, jangan khawatir. Aku dapat membantu perusahaanmu. Itu urusan gampang, tapi dengan satu syarat.."

Sialan, pasti Harry sengaja menggantungkan kata-katanya..

Harry menyeringai licik,

"Kau harus menikah denganku,"

**

Vomment for the next chapter guys

Much love,

-Author

Tears of First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang