Chapter 4: Secret Admirer

244 21 0
                                    

Juliette berjalan gontai menuju lokernya. Kejadian kemarin membuatnya syok..

Terlebih dengan kata-kata Zayn yang membuat hatinya serasa di cubit.

"No, it's okay. Aku akan mengikuti setiap drama yang kau perankan."

Juliette menghembuskan nafas pelan, secarik kertas terlipat rapi di dalam lokernya.

**

Melihat kertas itu.. entah kenapa..

Jantungku berdegup kencang, apakah jangan-jangan dari.. ah,hentikan itu, Juliette, ia tidak mencintaimu.

Dear, Juliette Ashlyn.

Aku tak tahu bagaimana harus mengungkapkan bagaimana isi hatiku kepadamu..

Tak pernah kurasakan sebelumnya perasaan seperti ini. Aku selalu memikirkanmu, segalanya tentangmu.

Maaf jika aku tak berani mengatakannya langsung kepadamu, tapi aku mempunyai tiga kata yang selalu ingin kuucapkan kepadamu..

I love you.

                                     Your secret admirer.

Bibirku terkatup rapat. Hanya seseorang yang terlintas di pikiranku..

Pasti dia! Aku yakin itu.

**

(Harry's)

Mulutku tak berhenti bergerak mengunyah permen karet. Kembali terbayang akan kata-kata Juliette tentang pacarnya.

Oh, ini takdir. Kulihat juliette berlari menghampiriku. Dengan wajah emosi.

"Kau.. Ini pasti darimu!"

Ia melemparkan secarik kertas tepat ke wajahku. Aku menatapnya dan mengangkat sebelah alisku, sejenak kubaca surat itu.

Bagaimana bisa ia mengira ini aku?

Jangan-jangan dia mulai kegeeran padaku ya..

Tapi dia kan sudah punya pacar yang kutahu sekarang bernama Zayn Malik.

Aku tersenyum miring dan menatapnya penuh arti,

"Kalau iya, kau mau apa?"

**

(Zayn's)

Aku mengetuk-ngetukan jariku keatas meja, sesekali mengacak rambutku frustasi.

Apa yang telah aku lakukan!?

Mengirimkan surat dengan identitas yang dirahasiakan..

Bukankah itu adalah tingkah seorang pengecut?

Aku meraih kotak rokokku, ketika aku ingin beralih mengambil korek api, dadaku terasa sakit sekali..

Aku tersenyum kecut,

'Kumat lagi ya?'

**

(Harry's)

Juliette meninggalkanku dengan satu tamparan mendarat di pipiku..

Kemarin tonjokan, dan sekarang tamparan..

Great.

Beberapa menit kemudian, seseorang menelponku..

Kendall.

"Halo?"

"Harry, kapan 'itu' akan dilaksanakan?"

Aku mengernyitkan dahiku. Apa maksudnya?

"Apa maksudmu, sayang? Aku tak mengerti."

**

(Kendall's)

Aku terdiam. Kenapa Harry tak mengingat hal sepenting itu? Kembali teringat di benakku kejadian tadi malam..

Harry terduduk di kursi dengan kondisi mabuk berat. Kendall akhirnya duduk di sampingnya untuk menemani.

Tiba-tiba Harry mengerang kecil,

"Kendall?"

Kendall tersenyum, walaupun tahu mata Harry sedang terpejam.

"Ya?"

"Kita akan melaksanakan pertunangan kita, babe." ia terdiam sejenak, "Lalu menikah."

Senyum Kendall mengembang dengan sempurna. Benarkah apa yang Harry ucapkan? Ia tak perduli Harry mengucapkannya dalam keadaan sadar maupun tidak.

Perkataan itu tidak boleh ditarik kembali..

Ia akan memperjuangkan cinta Harry sampai akhir hayatnya. Harus!

Kendall menghela nafas dongkol..

"Pertunangan, Babe. Lalu pernikahan."

(Harry's)

Badanku menegang mendengar jawaban Kendall.

Kapan aku mengatakannya? Apa saat pesta itu!?

Ingin aku membantah perkataan Kendall, namun aku juga tak ingin menyakiti hatinya. Aku tak dapat berpikir panjang,

"Segera."

Seketika aku tersadar..

Apa yang baru saja aku katakan!?

Kendall pasti sedang menyunggingkan senyum penuh kemenangan sekarang...

**

Gimana chap. ini?? I know pasti agak garing. gr2 otak lg buntuu,banyak idenya utk part2 terakhir(ending) soalnya._.

Keep voments for next chapter guys!

Much love,

-Author

Tears of First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang