"Harry.. kenapa kau?" Wajah Juliette kini memerah.
"Norak ah," Sergah Harry, "Ini kan bukan first kiss?"
Pria itu tersenyum, "Aku ingin menyampaikan sesuatu Juliette."
Harry meronggoh sesuatu dari kantong celananya, sebuah kotak kecil.
Perlahan ia membuka kotak itu yang berisi cincin.
"Juliette, will you marry me?" Harry menatap mata Juliette dalam-dalam.
Gadis yang dimaksud hanya menggigit bibir bawahnya, ia tidak tahu apa yang sebaiknya ia lakukan sekarang.
"A..a," Juliette memejamkan matanya mencoba menenangkan dirinya sendiri, "Mm..y,yes?"
Sebuah sengiran terukir di wajah Harry, sontak pria itu langsung memeluk Juliette.
***
Beberapa hari kemudian..
Zayn menaruh pensilnya dan beranjak ketika sebuah ketukan terdengar dari pintu rumahnya,
"Surat, tuan." Ucap orang itu saat Zayn membuka pintu.
Orang itu memberikan sebuah amplop coklat berukuran sedang kepada Zayn.
"Terima kasih." Ujar Zayn sembari tersenyum kecil.
Pria itu segera masuk kembali ke rumahnya, perlahan ia menyobek bungkusan amplom coklat itu.
sebuah undangan? Batinnya.
"Harry? dan... Juliette."
Deg.
***
(Author's)
Juliette merasakan keringat dinginnya terus bercucuran. Harry menggenggam tangannya yang terasa gemetaran.
"Oh tuhan, aku sudah menikah!?" Pekik Juliette pelan. Harry menatap Juliette dalam dan mempererat pegangannya,
"Juliette," Panggilnya lembut, "Apa kau.. masih mengharapkan, Zayn?"
Gadis yang ditanya hanya terdiam. Ia menggeleng, "Jangan kuatir. Buat apa aku mengharapkan Zayn jika sudah ada Harry?"
Mereka berdua mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Pikiran mereka sebenarnya sama,
Kenapa Zayn tidak datang? Apa ia..
***
(Zayn's)
Mati-matian aku menahan rasa nyeri di dadaku.
Kuletakkan semua peralatan yang kukerjakan sedari tadi. Dengan langkah terseret aku memanggil taksi.
--Skip.--
Taksiku berhenti di sebuah gedung megah yang kuyakini sebagai gedung pernikahan Harry dan Juliette.
Namun saat aku ingin memasuki gedung itu, hanya kulihat cleaning service membersihkan sisa pernak-pernik dari acara pernikahan itu.
"A,apa acaranya sudah selesai?" Tanyaku dengan suara tercekat menahan sakit.
"Betul, tuan. Acaranya sudah selesai dari satu jam yang lalu." Seorang security menjawabku.
Keringatku bercucuran menahan rasa sakit yang semakin menjadi-jadi, pandanganku kini buram.
Beberapa saat kemudian kakiku terjatuh tak kuat menopang rasa sakit ini lagi. Dapat kudengar teriakan-teriakan panik sebelum semuanya gelap.
***
Hey guys maaf telat apdet. Hiks. Maybe chapter 18 bakal jadi last chapter idk. Hah ini udh mager bgt otak gue ahsudahlah seadanya aja deh ya jadinya lulz.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tears of First Love
FanfictionBagaimana cinta kita dapat bertemu.. Lalu terikat seperti dua buah kapal yang tak akan pernah terlepas meskipun diterjang badai Hanya dengan sepatah kata 'takdir'? Dan bagaimana pula sepatah kata 'karma' dapat menjungkir balikkan segalanya? Only god...