Chapter 16

9.3K 395 13
                                    

Suara sepatu yang beradu dengan lantai itu menggema disepanjang lorong rumah sakit yang terlihat lengang, bagaimana tidak ? ini sudah tengah malam. Para pasien pasti sudah beristirahat, jam besuk pun sudah habis beberapa jam yang lalu. Seharusnya ia tiba disini satu jam yang lalu jika saja tidak ada kecelakaan dijalan menuju rumah sakit.

Pemuda bermata onyx ini mempercepat langkahnya, ia hanya ingin mengetahui keadaan Sakuranya. Jantung semakin berdetak cepat tak tentu disetiap langkah yang ia tapaki di lantai rumah sakit. Setelah pemuda itu menanyakan tentang Sakura di meja resepsionis tadi, Sasuke langsung belari begitu saja tanpa mengucapkan terimakasih.

Langkah kakinya melambat ketika tubuhnya sampai dikoridor menuju ruang ICU, dari sana ia bisa melihat seorang pemuda berambut merah yang berdiri menatap kaca ruangan didepannya. Sasuke kenal orang itu, sahabat Itachi yang sering datang kerumah sewaktu mereka SMA, kakak dari kekasihnya yang selalu dibanggakan gadis itu saat Sakura menceritakan tentang pemuda itu padanya.

Perlahan tapi pasti kaki Sasuke yang berjalan lambat semakin dekat dengan tempat Sasori berdiri. Sasori sadar dengan kedatangan Sasuke, bahkan saat pemuda itu baru sampai diujung koridor, namun pandangannya tidak pernah terlepas dari adiknya. Melihat orang yang ada didepannya membuat Sasuke kembali mempercepat langkahnya.

BRUGH

Sasuke menerjang pemuda itu hingga terjengkal dengan Sasuke yang berada diatasnya, pemuda berdarah Uchiha itu memukul orang dibawahnya ini dengan penuh emosi, tempat itu sepi hanya mereka berdua disana jadi jangan tanya kenapa tidak ada yang memisahkan mereka.

Pemuda itu memukul telak perut Sasori dan memukul wajahnya tanpa ampun, Sasuke benar-benar meluapkan kekesalannya. "BRENGSEK, KAKAK MACAM APA KAU ?" Maki Sasuke yang masih memukul Sasori yang bahkan tidak melawannya sama sekali. "DEMI APAPUN AKU AKAN MEMBUNUHMU JIKA TERJADI SESUATU PADANYA."

Sasori tahu ia memang pantas mendapatkan ini, bahkan ia pantas mendapatkan balasan lebih dari ini. Merasa cukup, dengan tenaganya Sasori mendorong tubuh Sasuke dari atas tubunya sehingga pemuda berdarah Uchiha itu jatuh didepannya. Sasuke mengatur nafasnya yang tersenggal karena lelah memukul Sasori dan juga karena emosi.

"Apa salahnya hah ? dia selalu membanggakanmu, dia tidak ingin kakaknya terlihat jelek dimata orang lain, dia menceritakan hal baik tentangmu padaku. Tapi aku tahu kau tidak sebaik itu."

"Aku memang bukan kakak yang baik." Sasuke terdiam, pemuda itu masih berusaha mengatur emosinya. Mata hitam itu memandang tajam pemuda yang terlihat menyedihkan didepannya ini. Merasa tidak ingin mengganggu Sakura dengan keributan yang dibuatnya, Sasuke memilih menahan emosinya dalam-dalam pada Sasori.

"Aku baru bisa bicara dengannya saat kejadian tadi sore."

"..."

"Bahkan aku dari dulu yang menginginan dia mati." Sasori tersenyum miris, Sasuke mengepalkan tangannya erat hingga tangan putih itu semakin memutih dan pucat, pemuda itu menahan mati-matian agar tangannya ini tidak bergerak untuk memukul wajah itu lagi.

"Sakura selalu mengejarku dari dia kecil hingga sebesar ini, dia selalu menangis saat aku pergi aku bahkan tidak mengerti aku selalu kasar padanya tapi dia selalu menempel padaku, dia selalu mencari perhatianku dengan ulahnya entah itu baik atau buruk, tapi aku selalu mengacuhkannya, membuangnya jauh-jauh."

"Aku dari dulu selalu mencoba mempertahankan perasaanku untuk tetap benci padanya, aku selalu berusaha mengenyahkan perasaan sayangku padanya meyakinkan diriku sendiri bahwa dia iblis kecil yang memang pantas kubenci karena merebut semua yang kumiliki."

"..."

Sasori mengusap kasar wajahnya sejenak lalu kembali menatap lantai dibawahnya, "Aku menyuruhnya enyah tapi aku mencarinya tanpa henti, aku mengacuhkannya tapi aku mengkhawatirkan keadaannya ketika dia tidak dapat kulihat dengan mataku, aku selalu mengabaikannya tapi aku meyuruh orang untuk mengawasinya saat aku berhasil menemukannya."

Behind The MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang