[1] Lukas dan Adhi

2.8K 72 13
                                    


DIBAWAH derasnya hujan yang turun malam ini. Dua rombongan dari anggota geng yang berbeda tengah bergelut mencari jati diri dengan kekerasan. Saling meninju, menendang, mengerang bahkan membanting tubuh lawannya masing-masing.

Membuktikan bahwa mereka adalah jagoan dan pemenangnya.

Tanpa merasa takut bahwa setiap bogem yang melayang ada resikonya.

Sama seperti apa yang dipikirkan Saka Adhi Alfitra, laki-laki yang sudut bibirnya sudah robek masih menghabisi musuhnya dengan ganas. Tanpa mengenal lelah dan takut. Bunyi bogem yang mendarat dipipi lawannya tidak bisa dikalahkah oleh rintikan hujan yang turun kebumi.

Senyum miring Saka terbit ketika melihat lawannya nampak kewalahan hingga akhirnya terkapar pingsan.

Laki-laki itu bangkit berdiri dengan senyum kemenangannya.

Hingga bunyi sirine polisi membuat anak-anak yang masih dalam kondisi sadar kelabakan. Laki-laki dengan tindik ditelinga yang berada disebelah Saka pun langsung menepuk bahu Saka pelan.

“Lari coy!”

Saka masih dengan seringainya membawa langkah panjangnya menjauh dengan cepat. Sebelum polisi mengetahui keberadaannya dan membawanya kedalam jeruji besi.

“Anjas, kita menang bangsat!”

Saka hanya melontarkan senyum miring ketika Niko berseru keras.

Niko menendang udara, berseru pada udara dan menyenggol bahu Saka berkali-kali bertanda bahwa laki-laki itu bangga dengan pertarungannya malam ini.

Tidak memikirkan tubuh yang basah kuyup dan hujan yang melelehkan darah segar dari sudut bibir. Kedua remaja itu berlari cepat menyusuri jalanan tikus sembari berangkulan dan meluapkan rasa bangga karena dapat mengalahkan lawannya.

Tidak menjadi hal yang baru untuk Saka dan Niko mengikuti adu jotos dan tawuran seperti ini. Mereka tidak kapok walaupun berkali-kali masuk rumah sakit, berkali-kali dihukum sekolah bahkan kini mereka sudah diusir oleh kedua orang tua mereka. Namun, hal itu tidak membuat keduanya jera. Malah, mereka menjadi bebas tinggal bersama disebuah appartemend elit. Jangan tanya darimana mereka mendapatkan uang untuk hidup sampai saat ini. Mereka dari keluarga kaya, terpandang dan terhormat. Keluarga Adhi dan keluarga Lukas. Dan masing-masing dari keduanya memiliki seorang ibu yang sangat menyayangi dan memanjakan mereka. Jadi, walaupun mereka sudah tidak seatap dengan kedua orang tua mereka, mereka tetap mendapat uang bulanan dengan nominal yang tidak biasa.

Itu lah kehidupan Saka dan Niko.

Kedua laki-laki yang hidup berlimang harta dan kebebasan.

Membuat keduanya menjadi sorotan, baik dikalangan sekolah maupun dilingkungan kerja keluarga Adhi dan Lukas.

Keakraban kedua anak dari kedua keluarga yang sangat berpengaruh dalam dunia bisnis itu membuat orang-orang berdecak kagum. Walaupun keduanya akrab dalam hal negative. Namun hal itu tidak membuat pandangan orang-orang pada kedua putra pewaris itu menjadi cacat. Malah mereka mengangumi kedua remaja yang memiliki paras tampan itu.

Karena hal itu, ayah dari keduanya dengan berat hati meloloskan keduanya dari hukuman yang mungkin dapat disebut hukuman 'mati'.

“Motor dimana, Sak?” Niko melepas jaket kulitnya, lalu membuangnya begitu saja ketika keduanya sudah berjalan santai disebuah gang.

Saka yang ditanya malah melirik jam dipergelangan tangan, lalu menyugar rambutnya yang basah kebelakang. “Jam 2, berarti udah diappartemend.”

Niko hanya mengangguk, lalu merangkul Saka disebelahnya dengan gestur laki-laki, bukan rangkulan romantis seperti yang biasanya Niko berikan pada wanita.

Saka dan SafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang