[8] Marah

800 40 0
                                    


“JUS apel atau jeruk?” tanya Safa pada Saka yang tengah mendorong troly dengan raut malas.

“Apa, Saka? Gue kan gak tau kalian sukanya apa. Jangan ajak gue belanja deh kalo gue tanya aja lo gak jawab.” kata Safa lagi.

Saka menghembuskan udara dari pipinya yang sebelumnya mengembung. Saka menyesal. Menyesal mengajak Safa belanja seperti saat ini. Akhirnya pun, kebawelan Safa membuat Saka tidak tahan sendiri.

“Yaudah, jeruk aja. Apel itu enaknya dimakan langsung bukan lewat jus kemasan kayak gini.” Safa menarik kotak jus jeruk didekatnya dan memasukannya dalam troly.

“Ah! Gue pengen mie instand. Lo kok nggak sedia stok mie sih, Sa. Gue kalo laper kan suka bingung.”

“Gak sehat.” sahut Saka sekenanya.

“Tapi kan enaak.” balas Safa memasukan beberapa mie instand yang langsung Saka kembalikan ditempat yang merknya berbeda.

“Ih, Saka, kok dibalikin sih?” Safa yang baru sadar bahwa mie instand yang ia ambil dikembalikan ketempat yang asal pun menggerutu protes.

“Gak sehat.” jawaban yang sama seperti sebelumnya.

“Tapi kan--”

“Gue bilang enggak ya enggak.” potong Saka tegas lengkap dengan tatapan tajamnya.

Safa menghembuskan napas pendek mendapat tatapan mengerikan seperti itu. Saka juga sudah meninggalkannya dan beralih ketempat sayur-sayur dan buah.

“Dasar cowok gak jelas.” gumam gadis itu menghina.

“Untung ganteng.” cibirnya lagi lalu mengambil dua bungkus mie instand dan berlari menghampiri Saka.

“Gue yang bayar!” kata Safa setelah memasukan mie instand itu pada troly dan Saka melotot tak setuju.

Melihat Safa menyengir dan melangkah mencari sesuatu yang lain membuat Saka hanya memijat pangkal hidungnya.

Saka tobat dan tidak akan mengajak Safa belanja lagi!

Akhirnya, Saka memilih memutar langkahnya berlawanan dengan arah Safa yang entah kemana dan membeli apa.

Peduli amat, Safa nyasar dan tidak kembali lagi pun Saka malah bersyukur.

Setelah membeli ikan, sayuran, dan buah. Saka bergegas membayar. Ia malas mencari Safa. Lagipula, Safa sudah besar, pasti tau jalan pulang.

Saka meneguk air mineral sambil menyisir keadaan sekitar dengan plastik belanjaan ditangan kanan. Banyak yang meliriknya kagum walaupun sedikit heran. Cowok ganteng jalan sendirian dan bawa plastik belanjaan. Lengkap, ada sayuran bahkan deterjen.

Saka tidak pernah peduli dengan pendapat orang lain. Jadi, ia santai saja melangkah sendiri keluar dari super market dan menuju tempat pakir. Ketika Saka sudah mengenakan helm dan naik keatas motor. Bola matanya seolah terpaku pada satu titik, dimana perempuan dengan pakaian warna cream dan higheels merah yang mencolok memasuki salah satu mobil. Saka tidak berbuat apa-apa bahkan bernapas. Seluruh tubuh dan fokusnya tertuju pada perempuan yang senyumnya tersungging lebar dan ketika masuk kedalam mobil, ada laki-laki dibalik kemudi ikut tersenyum pada perempuan itu. Hingga mobil itu melewati motor sekaligus siempunya motor sport itu. Saka mengerjap sekali dan turun dari motor besarnya.

Langkah besarnya ia bawa dengan cepat namun terlambat, mobil itu sudah keluar dari kawasan mal. Dan, Saka harus menyingkir saat mobil dibelakangnya membunyikan klakson karena terganggu dengan Saka yang berdiri ditengah jalan keluar dari tempat parkir.

Saka yang sudah kembali didekat motornya pun menghembuskan napas beberapa kali sembari menjernihkan kepala yang tiba-tiba berkabut.

Kepalanya mencoba mengingat benar atau tidak kah perempuan yang ia lihat tadi Caca atau bukan. Tetapi, Saka tidak mendapat jawabannya hingga memutuskan untuk kembali keappartemen.

Saka dan SafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang