[7] Cincin

789 46 0
                                    


NIKO berhenti memainkan gitar ketika Saka memasuki appartemen dengan wajah keruh, tak lama Saka masuk, Safa datang menyusul. Gadis itu ber-ekspresi sama dengan Saka, dan Niko beranggapan bahwa rencana Saka tidak berjalan lancar.

Tanpa bertanya atau meminta penjelasan tentang apa yang terjadi. Niko cukup faham dan hanya ber-oh tanpa suara sebagai bentuk keterkejutannya saat melihat dua benda dengan bentuk sama melingkar dijari manis Saka dan Safa.

Sebenarnya, Niko sudah berprasangka seperti itu sejak kemarin. Tapi, Niko rasa itu hanya fikiran gilanya saja. Ternyata fikiran gilanya berakhir nyata.

Niko berdehem lumayan keras saat Safa memilih memasuki kamar tanpa basa-basi menyapa Niko didekatnya.

“Kan gue bilang apa, gak bakal berhasil. Sekarang malah tambah rumit masalahnya. Kalo gue ngomong didenger makanya. Kalo udah begini, sekarang gimana?”

“Diem.” sahut Saka sebagai respon ucapan Niko yang malah membuat mood Saka berantakan.

Niko hanya membasahi bibir bawahnya dan membiarkan Saka bangkit berdiri menuju dapur. Apa yang Saka lakukan disana, Niko memilih memperhatikan. Saka masih tenang membasuh wajahnya diwestafel. Tanpa mengeringkan wajahnya lebih dulu, Saka segera membuka lemari pendingin berukur kecil yang berisikan berbagai jenis wine. Saka mengambil satu botol anggur merah itu dan dua gelas untuk ia bawa mendekat pada Niko.

Niko menahan tangan Saka ketika Saka hendak meletakan dua gelas dan wine itu diatas meja.

“Jangan disini,” kata Niko menarik Saka menuju balkon appartemen.

Niko mengambil alih botol wine dari tangan Saka dan menuangkan anggur merah itu kedalam dua gelas dihadapannya.

“Gue tau lo pasti bakal maki-maki Safa kalo lo ntar mabok.” kata Niko dengan seringai kecil saat Saka langsung menenggak wine nya tanpa jeda.

Saka tak menyahutinya, dan meraih botol wine didepannya lalu meneguknya tanpa ampun. Niko meringis, kemudian menyerobot botol wine itu dengan kasar.

“Saka, mikir.” kata Niko menjauhkan botol wine dari Saka. “Buat apa lo bawa dua gelas kalo mau minum sendirian? Tolol lama-lama.”

Niko berdecak, lalu meneguk wine yang tersisa dalam botol hingga tandas.

“HAAH.” Niko meringis nikmat setelah anggur merah itu melewati kerongkongannya lalu meletakan botol itu dimeja.

Saka menatap Niko tajam. “Lo tolol.”

“Iya, iya, gue tolol.” Niko mengaku tolol, lalu mengangkat botol wine nya didepan wajah Saka. “Pesta?”

Saka menyeringai lebar.

“Gue oke nih asal lo gak minum sendirian lagi. Gimana? Deal?”

Saka memperhatikan Niko yang masih tersenyum miring. Lalu selanjutnya, laki-laki itu mengangguk setuju.

Niko segera memasuki appartemen mengambil beberapa botol wine yang lain. Sedangkan, Saka duduk termenung. Matanya yang tajam memperhatikan langit kota yang gelap, tak ada bintang dan bulan yang terang. Seolah malam ikut bersahabat dengan isi hati sekaligus kepala Saka yang gelap. Matanya perlahan tertutup, namun jemarinya meraba cincin dijari manisnya.

Saka dan SafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang