[12] Mabuk

923 39 0
                                    


JARUM jam didinding berada diangka 1 ketika Safa terbangun dari tidur karena haus. Dengan rambut tercepol asal, gadis itu mengusap mata dan merambatkan tangan mencari saklar. Ketika lampu hidup, matanya terpejam karena silau dan belum beradaptasi dengan cahaya disekitarnya.

Safa mengerjap-ngerjapkan mata dan melangkah gontai menuju dapur setelah sadar dengan penuh.

Setelah meneguk segelas air, ia memeriksa kulkas. Tiba-tiba ia lapar ditengah malam, dan disana tidak ada apa-apa selain bahan makanan. Mie instand yang kemarin ia minta pun tidak Saka belikan dan dikembalikan lagi ketempatnya ketika hendak membayar. Tanpa diberitahu pun Safa sudah mengetahuinya.

“Percuma gak makan mie tapi ngerokok terus. Gak sehatan yang mana, coba?” cibir Safa menutup kulkasnya.

Ia pun membawa langkah mendekat pada kamar Niko dan membukanya. Ketika yang ia dapatkan hanya kekosongan, Safa mengembungkan pipi dan menghembuskannya perlahan.

Padahal sudah tengah malam seperti ini, kakaknya belum juga pulang. Padahal ia lapar, dan ia belum bisa memasak selain membuat mie instand. Akhirnya, Safa kembali kekamar untuk mengambil ponsel dan menghubungi Niko walaupun tidak diangkat oleh Niko.

Safa kembali keluar dari kamar dan mengambil beberapa snack dan membuat kopi manis. Ia singgah didepan televisi dan mencari acara yang bagus. Safa juga ingin menunggu Niko pulang, dan juga Saka.

Safa belum bertemu Saka sejak siang. Sejak dirinya dibawa ke UKS oleh Saka.

Safa senyum-senyum sendiri ketika ingat kejadian siang tadi.

Saka menggendongnya adalah mimpi yang tidak Safa sangka. Karena mimpi Safa yang paling sepele adalah bercanda dengan Saka dan mengenal laki-laki itu walaupun hanya sebatas teman. Tetapi, kenyataannya adalah mereka sudah terikat dalam hubungan pertunangan. Safa sempat senang, walaupun lebih banyak tidak karena Saka tidak menyukainya. Saka terpaksa menerima pertunangan itu karena Saka malas mencari jalan keluar. Ia membiarkan hubungan tidak jelas keduanya terombang-ambing padahal Safa ingin hal itu menjadi jelas.

Walaupun hal itu tidak mungkin terjadi.

Safa menghembuskan napas pendek. Memikirkan hubungan mereka malah membuat senyumnya luntur dan mood nya luruh. Safa membawa bungkus snack yang sudah kosong untuk ia buang kekotak sampah dan yang masih berisi ia biarkan diatas meja karena ia ingin menuntaskannya lebih dulu.

“Yuhuu, coklat,” seru Safa pelan ketika membuka snack rasa coklat.

Ketika dua stick coklat ditangannya hendak masuk mulut, bunyi pintu appartemen terbuka membuat gadis itu menoleh dan berdiri.

Safa berlari kecil menghampiri pintu dan memutar bola mata malas ketika menemukan Saka sudah dalam kondisi mabuk seperti malam yang lalu.

“Aaah, Safa....”

Safa membola ketika tubuh sempoyongan Saka mendekat padanya. Bau alkohol yang menyengat membuat Safa mengernyit, mata Saka yang sayu membuat Safa berfikir bahwa Saka mabuk berat.

Niko langsung masuk dan menggosok tangannya yang seperti beku itu. Ia lari menuju ruang tengah dan meneguk kopi Safa tanpa ditiup lebih dulu.

“Ko, Saka kenapa?” tanya Safa memegangi tubuh Saka yang sempoyongan itu.

Saka tersenyum dengan mata terbuka sedikit. Tangannya menangkup wajah Safa dan menatap Safa lekat-lekat.

“Sa, ayok gue anter kekamar. Lo mabuk.” kata Safa menahan pinggang Saka agar tubuh Saka tak jatuh.

Bukannya menjawab, Saka hanya menggeleng mantab.

“Seenggaknya lepas sepatu lo, sepatu lo basah, Sa.” ucap Safa dengan nada malas.

Saka dan SafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang