1

10 0 0
                                    

Sudah lima tahun berturut-turut Kila merutuki dirinya sendiri setiap kali memasuki liburan kenaikan kelas.

Flashback ON

"Kila, coba Grandpa mau lihat kamu memainkan biola mu itu," ucap Grandpa hangat.

Liburan kenaikan kelas kali ini memang sangat berarti. Finnick akan mulai memasuki dunia SMA sedangkan Fara akan memasuki dunia SMP. Mereka melalui Ujian Nasional dengan sangat baik.

"Aku bisa memainkannya Grandpa," ucap Fara bersemangat.

"Sudah, biar Kila saja yang memainkan biola, dia lebih pandai daripada kakak-kakak nya," Grandpa mulai mememeluk Kila dengan hangat.

"Ya sudah Ka Fara nanti main kan biola sesudah Kila selesai saja," ucap Kila penuh senyuman.

"Terserah apa kata mu! Bunda, Fara mau memasak saja dengan Grandma di dapur," Fara mulai memasuki dapur.

Kila memainkan biola nya penuh cinta, membuat semua orang ingin menatapnya lekat-lekat dan juga mendengarkan nya dengan seksama.

"AAAAAAAA API-API!!" Teriak Fara dari dalam dapur.

Seketika saja Ayah, Bunda, Grandpa, Finnick dan Kila melihat ke arah dapur yang cukup jauh dari taman depan rumah. Asap mulai membesar, sudah tak terdengar suara teriakan lagi.

"Ayah! Api!! Aku tak kuat untuk tidak berlari! Aku takut mati Ayah!" Teriak Fara yang berlari tertatih dari arah dapur.

"Grandma mana, Ka?!"
"Fara! Mana Grandma?"
"Mana istri ku, Fara?"

Fara sama sekali tak berkutik. Ia hanya menunjuk ke arah dapur.

Mereka berlari dengan cepat. Memasuki bagian dalam rumah yang mulai terpenuhi asap. Bunda, Kila, dan Fara hanya menunggu di luar sembari menelepon Pemadam Kebakaran dan meminta bantuan warga sekitar. Sayangnya, sekarang musim liburan, perumahan elite itu begitu sepi tak bernyawa.

Api terus membesar tak terkalahkan sampai Pemadam Kebakaran datang, barulah Grandma dapat diselamatkan. Mereka membawa Grandma ke rumah sakit terdekat.

"Fara, coba ceritakan pada Bunda, apa yang terjadi?"

"A-aku hanya ingin membantu Grandma, a-a-aku hanya menyalakan kompor itu sampai benar-benar... Aku tak tau, api tiba-tiba menyambar dan membesar," ucapnya sambil menangis.

"Kau tinggalkan istri ku begitu saja dalam kobaran api, setelah keteledoran mu, benar Fara?"

"Tapi Grandpa, aku bingung aku harus bagaimana lagi,"

Tiba-tiba pintu ruang operasi terbuka. Dokter dengan wajah kelelahan dan lesu menghampiri keluarga bersangkutan.

"Maaf, pasien sudah tak bernyawa, kami sudah lakukan yang terbaik," ucap nya dengan nada penyesalan.

"APA??" Semua tak luput dari tangisan, kaget, sekaligus belum siap akan ini semua.

"Ka Fara jahat! Kalau Ka Fara membantu Gradma keluar, Grandma tidak akan meninggal! Ka Fara membiarkan Grandma meninggal secara mengenaskan!"

"Kau membiarkan istri ku meninggal kekurang oksigen dan luka bakar yang cukup serius, Fara,"

"Ayah kira, Fara sudah cukup dewasa untuk memilih mana yang terbaik, ternyata Ayah salah,"

Love is a VerbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang