10

3 0 0
                                    

Gimar POV

Entah apa yang bisa bikin gue sulit untuk kasih tau dia semua runtutan cerita dalam otak gue yang rumit ini. Dia jadi orang pertama yang selalu bikin emosi dan hati gue luluh dan tenang.

Author POV

"Yo, bawa kemana sih? Bukan jalan pulang nih," ucap Kila sambil melihat Gimar di spion sebelah kiri.
"Ke resto yang tiap pulang sekolah pas SMP kita selalu beli minum doang kesana,"
"Hm," Kila hanya diam dan merasakan suasana aneh itu mulai hadir lagi.

Gimar hanya bisa memikirkan bagaimana caranya agar semuanya normal seperti dulu. Entah dia bingung apa yang berbeda, mungkin karena Nicolas yang mulai hadir merecoki kehidupan dia dan Kila.

"Ayo turun," ucap Gimar halus.
"Oke,"

Mereka pun mencari tempat duduk di sudut ruangan, mengarah ke sebuah danau buatan kecil yang akan sangat indah bila dilihat malam hari.

"Masih sama bakal pesen Americano kan?" tanya Gimar
"Selera orang bisa berubah dalam waktu singkat, kita udah hampir tiga taun ga kesini, gue mau Matcha Latte aja,"
"Kalau perasaan?"
"..."
"Kalau perasaan, bisa berubah dalam waktu singkat?"
"Jawaban nya ada di hati lu sendiri, Ka. Lu tetep mengagumi Ka Fara dalam jangka waktu yang lama,"
"Fara?"
"I'm too young buat bahas beginian' ucap Kila santai sambil pergi keluar restaurant.

Kila POV

"Kenapa keluar?" Tanya Gimar yang setelah sekian menit, baru menyusul ku ke tempat duduk di tepi danau.
"For no reason" jawab gue asal.
"Lu suka sama Nichol ya?"
"Gue ga selalu punya jawaban dari setiap pertanyaan yang lu buat,"
"Lu suka gue?"
"Perlu gue jawab?"
"Gausah, gue tau jawaban nya... lu suka dia"

Gue gatau apa yang lagi lu pikirin, Yo. Bisa ga sih yang lu ajuin itu pernyataan bukan pertanyaan yang bingung untuk gue jawab.

"Gamau minum? Makan?" Tanya dia memecah keheningan
"Yo, mending balik ke sekolah, lu udah kelas 3 bentar lagi mau kuliah, harus rajin,"
"Pertanyaan segampang itu pun lu ga bisa jawab, Kil" sindirnya datar.
Gue bisa denger suara dia rendah banget, sampe gue ga berani buat jawab.

Gimar POV

"Lu bukan gak ada jawaban, tapi lu selalu menghindar dari setiap percakapan
Kasih tau gue, kalau gue salah dengan pemikiran gue" ucap gue panjang lebar.

Gue bener-bener frustasi harus memulai ini dari mana. Kadang gue pikir dia siapa gue sampai bisa bikin gue pusing dengan hal-hal sepele. Sampai bikin gue malu, sebenernya apa yang gue permasalahin?

"Gue gak akan nanya apapun, Kil. Lu terlalu terbebani dengan semua nya. Lu pulang ya, gue ga perlu nanya pendapat lu mau pulang apa kaga, lu gakan bisa jawab"

Kila POV

Kali ini gue bener-bener bingung harus gimana.

"Buat nentuin gue ingin ke sekolah atau balik ke rumah aja, tebakan lu salah. Gue ga ingin ke rumah. Apalagi buat nentuin hati gue buat siapa, Yo. Lu gak akan pernah rasa,"

Gimar POV

Gue hanya bisa diem, liat lu ngomong dengan nada yang terdengar asing. Seakan lu ngejek gue atas kebodohan ini.

Kila POV

"Gue ga ajuin pertanyaan, jadi wajar lu diem, Yo. Gak akan ada efek nya kalau barusan gue bilang gue sayang elu, kan?"

Gimar POV

"Ah?"

Kila POV

"Gue pergi dulu ya, Yo. Jangan kejar gue untuk kali ini. Jangan lupa balik ya ke sekolah," ucap gue sehalus mungkin. Gue berusaha senyum setenang mungkin.

Love is a VerbTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang