Kila POV
Gue udah menyiapkan hati dengan sangat baik kalau nanti pagi setidaknya Gimar bakal datang ke rumah dan jemput, dia pasti ketemu sama Ka Fara. Pilihan yang sama buruk adalah ketika dia gak jemput gue dan ternyata jemput Eva (lagi). Gue berusaha bikin diri gue ini sadar kalau emang Ka Fara dulu lah yang sayang sama Gimar. Gue hanyalah orang yang selalu terbawa suasana akan rasa sayang Gimar ke adik mantan pacarnya. Ya, itu posisi gue."Kilaa, bangun de, kita naik apa ke sekolah?" tanya Ka Fara dari luar kamar gue. "Udah bangun ka," ucap gue seraya membuka pintu kamar yang dibelakangnya ada foto gue dan Gimar yang merangkul gue dengan penuh kehangatan. "Jadi kita naik apa?" tanya nya kedua kali. "Biasanya aku sama Ka Fin, dia belum berangkat kan?" tanya gue spontan. "What? Dia udah berangkat sama Ayah dari subuh, so kita naik apa?" tanya nya lagi. "Supir ka, ada ko," ucapku santai. Padahal gue ga jarang banget dianter supir ke sekolah.
"Kilaaa, ayooo!" ucap nya. Gue bisa denger suara teriakannya yang bener-bener udah khas hampir setiap pagi. "Who?" Ka Fara yang mulai kepo. "Gimar," ucap gue pasrah.
Satu hal yang bener-bener bikin gue harus nunduk kali ini, dia lari dengan sangat kencangnya dan memeluk Gimar dengan spontan. Anehnya, Gimar langsung tau kalau itu Ka Fara.Author POV
Gimar tau siapa yang berlari ke arahnya, Fara. Dia masih ingat bagaimana rambut panjang nya selalu terurai dengan lurus sempurna. Dan memang hal yang terakhir Fara lakukan ketika ia hendak pergi ke Australia adalah berlari dan memeluknya erat. Sama seperti sekarang. Dan hanya satu yang bisa ia lakukan, memeluknya lebih erat, sama seperti dahulu ia memeluk Fara."Fara? Gue ga salah kan ini?" tanya Gimar kaget sembari melepaskan pelukannya. "Kamu ga pernah salah," ucap Fara lembut. "Wahhh, you still remember that sentence," ucap Gimar. Ya, dulu itulah kata-kata yang sering diucapkan Fara pada Gimar jika Gimar merasa dirinya bersalah.
Mereka menghabiskan 15 menit hanya untuk berbincang melepas rindu. Kila hanya bisa melihat dari kejauhan. Bagaimana Gimar lupa bahwa tujuan utamanya datang adalah menemui Kila. Bagaimana Kila dapat melihat cara Gimar memperlakukan Fara, sedikit berbeda terhadap dirinya. Jauh lebih dewasa, apa itu perlakuan seorang laki-laki terhadap wanita yang dicintainya?
Kila POV
Yo, gue gatau lagi harus kaya gimana setelah ini. Cuman ada satu hal yang perlu gue lakuin, bersyukur. Karena gue gak perlu memperebutkan elu dengan Eva, apalagi sekarang gue harus berusaha ikhlas kalau lu masih sayang sama Ka Fara. Itu jelas dari sorot mata lu. Terutama Ka Fara, she loves you so much. Dia jauh lebih pantas.Author POV
Jam sudah mulai menunjukan waktu berangkat sekolah. Kila mulai bingung bagaimana caranya berangkat sekolah. Apa dia harus menghentikan percakapan dua orang yang sedang melepas rindu. Atau dia harus mengalah, pergi dengan taxi, sendirian.
Kila memutuskan untuk keluar rumah dari pintu belakang taman. Mencari taxi, sendirian. Berharap dia masih lolos dari hukuman apabila memang terlambat. Namun, sayangnya taxi yang dia cari-cari sangat lama untuk datang. Alhasil, dia pasti terlambat, karena mobil akan jauh lebih susah bergerak apabila terjebak dikemacetan.Gimar POV
"Wah, gila emang cerita-cerita lu di Australi gak akan cukup 20 menit, dan sekarang sekolah kita bakal tutup gerbang kalau gak berangkat sekarang," ucap gue dengan ringan. Kembali mengagumi cinta pertama gue yang emang gak pernah salah gue jadikan cinta pertama. "Ya, later I will tell the story just for you, Gimar," ucap dia manja. Lebih manja dari dulu dan tetap memikat. "Australi membuat lu semakin hot dari segi manapun," ucap gue sangat jujur. Dia cuman bisa senyum, cantik."Kila? Mana? Aduh, tadinya gue mau jemput dia sih," tanya gue karena lupa gue kesini mau jemput dia. "Wah? Kalian berangkat bareng? Sejak kapan?" tanya Fara sedikit kaget. "Lah, emang dia ga cerita? Hampir tiap pagi gue sama dia, pulang juga," ucap gue lebih kaget. "Dia bilang sih Ka Fin atau supir selalu anterin," jawab Fara singkat. "Gue kira lu kesini mau jemput gue," sambungnya. "Wah gue bawa motor, gak bisa tumpang tiga," disaat itu juga hati gue bener-bener bingung, siapa yang gue bakal bonceng.
"Kila, ayo berangkat," gue teriak bodo amat berasa rumah sendiri. "Kila udah berangkat barusan pake taxi," ucap Bi Bona yang kebetulan sedang lewat. "Ko gue ga liat si?" tanya gue yang cukup kaget. "Ade Kila tadi lewat gerbang belakang," ucapnya sembari pergi.
"Perfect, you are the luckiest, naik motor bareng gue, kita putar masa-masa kejayaan yang dulu pernah tertunda," ucap gue ke Fara yang langsung dibarengi anggukan kecil.Kil, lu sama Nico ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is a Verb
RandomCinta tak pernah salah. Semua berlabuh dengan tepat. Ketika semua orang berkata "cinta", hanya orang pemberani yang akan menunjukannya. Bukan hanya sekedar menyimpannya rapat-rapat. Namun, dialah pemenang sesungguhnya, mencintai dengan memberi tanpa...