Author POV
Gimar berusaha untuk cepat membawa Kila ke ruang UKS walaupun ada beberapa siswa yang melihat dan mengomentari sikap Gimar pada Kila. Gimar mendudukkan Kila pada Kasur yang ada di ruangan UKS.
Kila yang sudah pasrah akan sikap Gimar, hanya diam."Kok diem?"
"Tadi gue teriak-teriak minta turun, lu suruh gue diem,"
"Sekarang boleh kok teriak,"
"Gue cabut ke kelas ya, pelajaran Fisika, more important than this,"
"Gak kepo kenapa gue gendong kesini?" ucap Gimar sembari menahan tangan Kila agar tidak bergerak.Kila POV
"Gak kepo kenapa gue gendong kesini?"
Yo, gue mau pergi. Lepasin tangan lu."Gak terlalu kepo, kan lu emang suka aneh, jadi ya wajar aja,"
"Gue nyari-nyari lu kemana-mana, gue tungguin sampe tadi di gerbang, gue bohong ke Pa Dodi lu sakit supaya lu ga dihukum,"
"Lu malah bikin Olas dihukum sendiri padaha—"
"Olas?? Siapa?" tanya nya sedikit kencang.
"Nicolas," jawab ku santai.
"That was a very sweet nickname I ever heard, Kil," kata nya sembari menundukan kepala, entah apa, tapi dia masih sempat senyum."Ya, dia juga bilang gitu ke gue,"
"Dan sampe detik ini pun lu gak bisa hargain apa yang gue perjuangin," gue tetep bisa denger kalimat itu jelas walaupun Gimar bener-bener bikin suaranya kecil.Gue sempet diem berusaha seperti ga pernah denger kalimat itu. Gue udah cukup muak diombang-ambingkan segala macam hal yang buat gue terbang. Ternyata kalimat-kalimat itu bahkan mungkin lebih indah kalau dia lontarkan ke Eva, atau mungkin cewe lain yang gue gatau.
"Kayanya lu yang sakit, Ka Gimar, mending lu diem dulu disini, gue pergi dulu ya, makasi udah khawatirin gue," ucap gue dengan mengelus kepala nya singkat. Padahal gue yakin banget dia gak inget gue sama sekali waktu dia ngobrol sama Ka Fara. Gue berusaha untuk turun dari ranjang UKS dan posisi Gimar masih sama, duduk di kursi depan ranjang.
"Sesulit ini kah?" tanya nya saat gue udah pegang gagang pintu hendak pergi.
"Hm?" gue bener-bener bingung kali ini.
"Olas kasih apa ke elu Kil, sampe lu bisa bener-bener berubah? Apa emang selama ini dia cowo yang lu bilang sebagai Pangeran lu itu?"Dan gue cuman bisa diem.
Gimar POV
"Pangeran yang kaya gimana yang bikin lu bisa berpaling? Apa gue harus bener-bener bawa mobil biar lu mau pergi sama gue lagi?" gue udah sangat gak tahan, apa kurang nya gue dengan Olas-olas yang dia sebut beberapa menit lalu.
Kila POV
"Gue gak bisa dibeli pake mobil, Ka, jangan pikir semua bisa dipengaruhi sama materi, gue ga butuh, kalau Ka Gimar pikir mobil-motor itu sesuatu yang penting, aku salah ngira kaka selama ini," air mata gue bener-bener gak bisa ditahan lagi. Seakan dia nuduh gue materialistis.
Yo, apa bener, gue salah milih lu?
"Kil, please jangan nangis kaya gini, gue bener-bener gak bisa liat lu nangis," ucapnya sambil menghampiri gue.
Author POV
Gimar mulai menghapus air mata di pipi Kila.
"Gue jahat banget ya nuduh lu kaya gitu?" tanya Gimar.
"Mungkin emang Ka Gimar bener, aku gak sebaik yang kaka kira,"
"Kil, kamu bisa panggil dia, Olas, dan dengan dua huruf aja, 'Yo', kamu susah banget buat ucapin kata itu," ucap Gimar hampir frustrasi.Kila dan Gimar hanya terdiam beberapa saat karena suasana yang tidak biasa nya mereka hadapi. Tiba-tiba pintu ruangan UKS terbuka.
"Kila? Kamu sakit?" tanya Nicolas yang tiba-tiba masuk ruang UKS. Tidak ada jawaban dari keduanya. "Ka Gimar gak masuk kelas?" tanya nya yang kedua kali. "Ia dia sakit, lu jaga dia aja ya, gue ini mau masuk kelas," ucap Gimar dingin dan beranjak langsung pergi.
Nicol POV
Olas, gue ulang-ulang waktu dia ucapin nama itu. Gue cukup tau dia bukan takut diamuk sama fans-fans gue yang gak pernah gue gubris sama sekali. Tapi dia takut, kalau Gimar---kaka kelas yang gue liat, pancaran mata dia ke Kila, sama dengan pancaran mata gue ke Kila--,marah. Marah karena cowo yang selalu anter-jemput Kila sekarang akan berubah posisi dengan gue.
Pia, gue berani sejauh ini, karena gue tau, dia yang mencintaimu—Gimar, jauh lebih pengecut dibanding gue.Gue berani ngikutin kalian ke UKS karena gue yakin lu engga kenapa-kenapa.
"Lu ga sakit kan, Pi?"
"Gue sakit beneran, lu mau anter gue pulang?"
"Pia, lu bener sakit? Mau gue anter ke dokter dulu?" gue bener-bener khawatir.
"Gausah, gue Cuma butuh istirahat di rumah,"Gimar POV
Pia? Dan itu bener-bener bikin kuping gue muak denger cowo itu panggil Kila dengan 'Pia'.
Author POV"Lu sakit banget ya, Kil? Ayo gue anter pulang, tadi Ayah lu nyuruh gue anter lu pulang," ucap Gimar yang tadi masih berada di depan ruang UKS mendengar perbincangan Kila dan Nicol. "Lah, kak ga masuk kelas? Gak ada guru?" tanya Nicol polos. "Kaga ke kelas, gue langsung dapet telpon dari Ayah Kila, suruh anter dia pulang," jawab Gimar santai. "Ayo Kil, thank you tadi udah anter dia ke sekolah," Gimar memegang tangan Kila erat.
Gimar meminta izin kepada guru kalau harus mengantarkan Kila pulang karena sakit. Kila hanya bisa menunggu di parkiran.
Kila POV
Gue tau, lu bohong. Yo, lu tau gue ga sakit. Ayah gak akan nelpon lu cuman nyuruh anter gue pulang. Gue masih mengikuti alur permainan lu yang semakin brutal akhir-akhir ini. Berusaha untuk menjadi Kila yang normal, mungkin menjadi Pia.
"Kenapa harus pulang?" tanya gue saat Gimar datang ke area parkiran.
"Lu bilang mau pulang tadi kan ke cowo itu?"
"Olas?" tanya gue gak ngerti.
"Iya, cowo itu, gue denger percakapan kalian, lu berusaha bohong sakit,"
"Kan lu yang berusaha meyakinkan kalo gue sakit, dan gue sakit, Yo,"
"Ke dokter sekarang,"
"Gue ga sakit, fine,""Kenapa sih, Yo? Kenapa? Kenapa?" tanya ku mulai meninggi saat mulai muak akan semua ini. Gue mulai bosan kenapa semuanya berputar-putar seakan emang gue gak berhak untuk tau apa dia sayang ke gue atau engga. Dan gue kenapa gak bisa tinggalin dia sekarang, disaat Nicolas jauh lebih normal untuk dijadikan orang yang patut gue perjuangkan.
"Dan lu selalu diem kalau gue tanya kenapa dan kenapa,"
"Apa yang harus gue jawab disaat gue aja ga punya jawaban untuk diri gue sendiri, Kil,"Dia juga termasuk cowo yang bahasanya sulit untuk gue mengerti dalam pemikiran singkat. Gue terdiam cukup lama dan dia juga. "Anter gue pulang?" tanya gue pelan mencairkan suasana. Persetan dengan semuanya, gatau kenapa, tangan gue terulur mengelus tangan dia pelan.
"Kila bener pusing, Yo," ucapku sambil duduk di kursi panjang tempat Gimar duduk.
"Maafin gue yang gak bisa bikin semuanya terasa lebih baik, Kil" ucapnya sembari mengelus balik kedua pergelangan tangan gue.
"Yo, jangan elus ah, that is my new habbit," ucap ku pelan sekali.
"You are still be my favorite girl," dan dengan itu pun gue bisa terbang ke langit seakan percakapan busuk sebelumnya tidak pernah terjadi. Gimar mulai menggenggam tangan gue dan kita naik ke motornya. Dia bawa gue ke suatu tempat, pastinya bukan rumah gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is a Verb
RandomCinta tak pernah salah. Semua berlabuh dengan tepat. Ketika semua orang berkata "cinta", hanya orang pemberani yang akan menunjukannya. Bukan hanya sekedar menyimpannya rapat-rapat. Namun, dialah pemenang sesungguhnya, mencintai dengan memberi tanpa...