Author POV
Bel sekolah yang memang selalu tepat berbunyi pas sekali dengan kedatangan Gimar dengan Fara. "Pa, liat Kila ga?" tanya nya pada satpam sekolah. "Wah, dia belum dateng," ucapnya. Dengan sengaja Gimar memarkirkan motor nya di parkiran mobil karena ia mau memastikan bahwa Nicolas sudah ada di sekolah. Dengan begitu, Kila berarti tidak dengan sama Nicolas, tapi dengan siapa?
Gimar mulai memasuki parkiran mobil sekolah. Dan sangat kesal saat dia liat mobil Nicolas tidak ada di parkiran. Tetapi dia sedikit tenang karena mungkin Kila akan baik-baik saja. Fara yang diboncengnya hanya megikuti saja kemana Gimar membawa motornya.
"Fara, kamu harus ke ruangan kepala sekolah dulu ya?" tanya Gimar sembari melepas jaketnya. "Engga, kata Ayah, aku langsung masuk aja ke kelas 12 Ipa 1," ucap Fara. "Wah, itu gampang banget deh, di lantai satu, dari sini kamu tinggal lurus aja, sampai mentok, itu deh kelas kamu," ucap Gimar menjelaskan. "Kamu dimana?" tanya Fara.
.
"Aku 12 Ipa 7, deket tangga, sedikit jauh," jelas Gimar. "Kamu gak anter aku?" tanya nya lagi. "Ini, kayanya aku ada urusan, maaf ya," ucap Gimar sambil cemas memikirkan Kila kemana. "Oke, makasi tumpangannya," ucap Fara lembut.Gimar POV
Gue sempet bingung kenapa percakapan dengan Fara lebih enak dengan aku-kamu. Dia memang terlihat lebih lembut dibanding Kila. Tapi mungkin Australia mengubah dia cukup banyak. Dia sedikit lebih berani, entah itu mungkin cuma perasaan gue doang.
Berulang kali gue lupa, Kila. Kenapa dia bisa aja tiba-tiba masuk dalam otak gue, disaat harusnya gue bisa lebih jauh bersyukur, Fara balik lagi. Dia dulu cewe yang bisa bikin gue diem merenung hampir sekian lama. Dia juga yang bikin gue sulit untuk jatuh dalam ranah cinta.
Gue coba untuk menghubungi Kila berulang kali, tapi dia gak angkat. Padahal gue tau betul, dia online beberapa saat yang lalu. Gue tunggu dia di pos satpam deket gerbang sekolah. Spontan gue langsung berdiri saat lihat mobil hitam milik Nicolas dateng.Sesuai dengan dugaan gue, dia bareng sama Nicolas.
Gue sangat berharap, gue orang pertama yang lu bisikin, kalau kalian udah jadian.Author POV
"Pa, itu Kila, masuk ya, Pak? Kasian itu dia lagi sakit, makanya gak saya ajak naik motor tadi," bohong Gimar pada satpam yang sangat baik padanya. "Lah kan udah telat, semua yang telat kan harus ada sanksi nya," jelas Pa Dodi. "Wah, pak kasian itu dia, sekali ini aja," mohon Gimar. "Ya sudah, bawa ke UKS aja ya," perintahnya.
Kila yang baru turun dari mobil langsung ditarik oleh Gimar dan digendongnya pergi.
Kila POV
"Nico, makasi banget loh lu untung ada pas gue tadi turun dari taxi yang bocor ban nya itu hehe," dia bagaikan penyelamat gue hari ini. Gue sudah cukup yakin, Tuhan kasih dia buat gue.
Yo, gue kira elu yang Tuhan kirim buat gue, tapi mungkin gue salah."Tapi kita tetep terlambat, Kil," jawabnya dengan halus. "Gak apa-apa," senyum gue terus terukir pagi ini. "Iya, jadi bisa bolos jam Fisika berdua kan ya?" tanya nya. "Wah iya betul," jawab gue cepat. "Seneng berdua sama aku?" goda nya. "Eh?" gue pikir hal yang lebih betul adalah bisa bolos jam Fisika karena terlambat.
Tiba-tiba hati gue berdesir hebat disaat ada Gimar di dekat gerbang masuk sekolah. "Nicol, gue turun duluan gak apa-apa kan? Gue takut kalo ada yang liat kita satu mobil, nanti fans lu marah-marah ke gue lagi," ucap gue bohong. Gue lebih takut disaat Gimar lihat gue berangkat dengan Nicol. "Iya, pia," ucapnya pelan. "Pia?" tanya gue penasaran. "Karena 'Lala' sudah terlalu mainstream, 'Pia' jauh lebih keren dari seorang Friskila," jelasnya penuh arti. "Thank you, Olas," ucap gue asal. "Olas? A great nickname," dan dia suka.
Gue berusaha keluar mobil karena Gimar berjalan tergesa-gesa ke arah mobil Olas. Apapun yang ada di benak gue adalah Gimar bakal marah besar. Dan bodohnya gue masih peduli. Padahal dia sering bonceng Eva dan sekarang dia udah dapet kekasih hatinya, kaka gue sendiri.
Buat apa lu masih peduli sih Kila.
DEGG
"Gimar, apaan sih turunin!" teriak gue kencang. Dia menggendongku cepat, berlari entah kemana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is a Verb
RandomCinta tak pernah salah. Semua berlabuh dengan tepat. Ketika semua orang berkata "cinta", hanya orang pemberani yang akan menunjukannya. Bukan hanya sekedar menyimpannya rapat-rapat. Namun, dialah pemenang sesungguhnya, mencintai dengan memberi tanpa...