Spesial Bian POV

20.9K 911 21
                                    

Nama gue Fabian Andreansyah. Sekarang, umur gue 18 tahun di kelas 3 SMA Nusa Bangsa. Gue punya adik perempuan. Namanya Nindy. Lebih kecil 2 tahun dari gue.

Kalian mau tau gue? Coba aja kalian bikin Etta nangis, kalau disana ada cowok yang marah. Nah! Itu gue.

Alvaretta Febriana.

Nama gadis yang selalu terngiang di pikiran gue. Seorang bad girl yang telah mengukir namanya di hati gue. Pertanyaannya sekarang adalah sejak kapan? Jawabannya bukan sejak negara api menyerang.

Salah kalau kalian mengira gue cinta sama Etta sejak masih kecil. Enggak sepenuhnya tepat sih. Hanya sedikit benar. Hehehe...

Gue pindah rumah saat gue memasuki kelas 3 sekolah dasar. Itu berarti, seharusnya saat Etta pertama kali menginjak sekolah dasar.

Nindy bercerita banyak hal soal tetangga barunya yang katanya seumuran dengannya. Nindi bercerita kalau ia mendapat tiga teman baru.

Nindy adalah adik gue yang paling gue sayang. Kepolosannya membuat gue harus selalu waspada untuk melindunginya. Nindy bercerita kalau ia memetik buah rambutan, bermain layang-layang bahkan mencari ikan cupang di kali belakang komplek. Apa Nindy main sama anak cowok?

Sebenarnya siapa anak-anak yang membuat adik gue setiap harinya pulang dengan pakaian kotor?! Seharusnya, cewek itu mainnya boneka. Gue jadi yakin kalau ketiga teman barunya Nindy itu adalah cowok.

Ya, Nindy selalu pulang dengan pakaian kotor dan gue sangat malas bertanya. Karena kalau gue bertanya, Nindy bakal bercerita panjang lebar.

Berapa kali, Nindy selalu mengajak gue untuk ikut bersama. Sayangnya, waktu kecil gue bukan anak yang suka menghabiskan waktu untuk bermain di luar. Gue penyendiri dan gue lebih suka sendiri.

Saat itu, gue sedang mengerjakan rubik di kamar. Dari luar terdengar keributan yang diisi oleh anak perempuan. Gue yang penasaran langsung keluar hendak menegur mereka karena gue sangat terganggu.

Ini pertama kalinya gue bertemu Alva alias Etta. Gue menatap adik gue yang tengah menjadi kuda dan ditunggangi oleh seorang gadis yang gak gue kenal sama sekali.

Kurang ajar!

Itu kata gue dalam hati. Berani sekali dia gituin adik gue. Sedangkan, gue sebagai kakaknya gak pernah sama sekali gituin dia. Seorang gadis lainnya tengah membawa sebuah kain merah yang ia rentangkan.

"Ayo Nin! Serang!" Ucap gadis yang menungangi adik gue tersayang.

Mungkin, mereka sedang bermain banteng-bantengan. Itu pikiran gue. sayangnya, adik gue yang jadi bantengnya.

Mata gue menatap seorang anak lelaki yang duduk agak jauh dari mereka tengah membaca sebuah buku. Gue mendekat dan duduk di sampingnya.

Gak ada respon.

Kenapa rasanya dingin sekali ya? Gue baru tau ada anak cowok yang dinginnya melebihi gue. Dia masih fokus membaca bukunya, tanpa risih dengan keberadaan gue di sampingnya.

"Hai, gue Bian" Ucap gue menyapanya.

" Alan" Ucapnya dengan tampang datar dan kembali membaca bukunya.

" Kamu tau gak dua cewek itu namanya siapa?" Tanya gue.

" Yang mana?" Tanyanya balik.

"Yang brutal itu siapa?" Tanya gue.

" Etta"

" Hmm.. yang bawa kain merah itu siapa?" Tanya gue.

" Dinda"

WAY?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang