Sepuluh tahun yang lalu...
Aku, Wanda, kak Alex dan kak Ferdi sedang menjenguk adik dari Joshua-salah satu tetangga kami. Aku sudah pernah bercerita bahwa kami adalah tetangga. Ya Wanda juga tetangga ku, rumah nya ada di belakang rumah ku. Alice-adik Joshua-mengidap kelenjar getah bening. Dia masih berumur dua belas tahun tapi sudah mengidap penyakit mematikan itu.Mata ku berkaca-kaca saat melihat dia yang tengah bergurau dengan Joshua. Bahkan di tengah kondisi nya sekarang dia masih bisa bercanda seolah-olah dia tidak memilik penyakit itu. Aku merasa iba pada nya. Gadis itu terlalu muda untuk mengalami sesuatu seperti ini. Tapi, yah, sekali lagi, kita tidak pernah tahu apa yang ditakdirkan Tuhan untuk kita dan aku sangat salut pada Alice.
Aku merasakan ada yang mengusap punggung tangan ku. Mata ku menatap jari-jari yang berada di atas punggung tangan ku, kemudian naik ke wajah si pemilik jari.
Kak Ferdy.
Dia tersenyum kemudian menggeleng pelan. Aku tahu dia meminta ku untuk tidak menangis di depan Alice. Kemudian, aku menengadahkan kepala ku agar air mata ku tidak jatuh. Untung saja aku berdiri di belakang kak Alex. Setidaknya Alice tidak terlalu memperhatikan pergerakan ku.
Detik berikut nya dia tersenyum manis pada ku dan mengusap kepala ku dengan lembut. Aku tidak bisa tidak membalas senyuman nya. Dia sangat baik dan perhatian pada ku. Bukan cuma sekali ini tapi sudah berkali-berkali.
Aku merasakan jantung ku berdegup kencang sesaat setelah dia mengusap kepala ku. Ini bukan pertama kalinya jantung ku berdegup kencang akibat perlakuan nya. Bahkan sekarang saat dia tengah menggoda ku, aku merasakan pipi ku memanas dan jantung berdetak dengan tidak wajar. Entah kapan semua ini bermula. Aku sendiri bingung, kemana hilangnya rasa tidak suka ku atas sikapnya yang sombong dan terlalu percaya diri itu.
Pernah sekali saat aku sudah sangat bingung dan kesal pada jantung ku yang menyebalkan, aku bercerita pada Wanda. Aku menceritakan semuanya dan bertanya menurutnya apa yang sedang ku rasakan. Dan Wanda berkata bahwa aku menyukai kak Ferdi. Dia bilang, di umur kami yang ke empat belas ini wajar bila kami merasakan ketertarikan pada lawan jenis.
Apa benar aku menyukai nya? Menyukai pria yang lima tahun lebih tua dari ku?
***
"Lexie!"
Aku tersadar dari lamunan ku saat kak Ferdi memanggil ku dengan keras.
"Ya?"
"Kenapa akhir-akhir ini kau jadi sering melamun, hm?" Tentu saja karena mu bodoh!
Semenjak kejadian di rooftop apartment nya, aku jadi sering melamun kejadian-kejadian dua belas tahun yang lalu. Aku juga tidak tahu mengapa.
"Umm, a.. aku.. akuuu.. sedang memikirkan masalah yang ku alami akhir-akhir ini," bohong, "ini membuat ku pusing."
"Jangan terlalu memikirkan masalah mu, apapun itu. Lihat dahi mu berkerut begitu, kau bisa cepat tua nanti." Aku merasakan jarinya terangkat dan mengusap dahi ku, menghilangkan kerutan nya. Dan, sial, lagi-lagi jantung sialan ku berdetak berkali-kali lipat lebih cepat.
"Ehm," aku berdeham untuk menghilangkan kegugupan ku.
"Hei, kau bisa menceritakan masalah mu itu pada ku."
"Ah," aku mengibas-ngibaskan tangan ku, "tidak, tidak. Ini bukan masalah besar."
"Kau yakin? Sepertinya itu bukan masalah sepele, melihat dari betapa seringnya kau melamun."
"Ya, aku yakin." Sama saja bunuh diri jika aku menceritakan masalah ku pada mu. "Aku bisa mengatasi ini, jangan khawatir."
"Baiklah kalau begitu. Sepertinya kita harus kembali, jam makan siang sudah hampir habis." Matanya memperhatikan arloji di pergelangan tangan nya, kemudian menarik tangan ku untuk berdiri.
YOU ARE READING
Past and Present - Tahap Revisi
RomanceLelucon macam apa ini, Tuhan? Kenapa setelah delapan tahun, Kau kembali mempertemukan kami? Kenapa disaat aku mulai melupakan dia? Dia masih sama, bahkan bertambah tampan. Dengan bahunya yang tegap dan dadanya yang bidang. Dia masih sama. Suka seka...