Sebelas

3.4K 150 0
                                    

Alexis's POV

Aku tersentak saat kak Ferdi berkata kita akan pergi ke Lembang. Jujur saja aku tidak menolak jika harus pergi berdua dengan kak Ferdi ke puncak, pasti akan sangat menyenangkan. Tapi lagi-lagi, pikiran ku mengalahkan hati ku. Apa yang akan dilakukan mama jika aku bilang bahwa aku akan menginap di Lembang bersama kak Ferdi, hanya berdua? Mungkin dia akan mengadukan ku pada kak Alex dan selanjutnya kakak ku yang over protective itu akan menyuruh ku keluar dari perusahaan kak Ferdi. Jika aku keluar maka aku tidak akan bertemu dengan kak Ferdi lagi, jika aku tidak bertemu kak Ferdi lagi mungkin aku akan gila.

Oke, jangan berlebihan Alexis. Tenangkan diri mu. Pasti ada solusi untuk masalah ini. Aku tidak rela jika kita tidak jadi pergi berdua. Harus ada cara lain.

"Umm, tapi kau sendiri yang bilang bahwa ini sudah jam setengah delapan, padahal perjalanan dari sini ke Lembang itu sekitar dua jam. Belum lagi jika jalanan macet seperti ini. Bisa jadi kita sampai disana jam sebelas malam, I think it's not a good choice." bagus Alexis, rayu dia agar tidak jadi pergi ke Lembang. Kalian tahu kan jalanan ke puncak bisa sangat ramai saat weekend?

"Yeah, you're right. Bisa jadi kita hanya akan berada di mobil, tidak jadi refreshing."

"Umm, jadi bagaimana?" Aku harap-harap cemas saat melihatnya. Aku mohon jangan katakan 'sebaiknya kita pulang saja'. Jangan hancurkan harapan ku.

"Aku ada ide," berikutnya dia memutar mobilnya ke arah yang berlawanan. Entah mau dibawa kemana aku.

"Mau kemana?"

"Tunggu dan lihat saja,"

Aku terkejut saat dia menghentikan mobilnya di depan mini market. Aku pikir dia akan membawa ku pergi ke tempat romantis atau nonton atau makan di kafe atau mengenalkan ku pada teman-temannya. Ayolah Alexis, jangan terlalu berharap. Kau disini untuk menemani nya menghilangkan stress, bukannya untuk berangan-angan tentang sesuatu yang romantis.

"Aku pikir kau akan membawa ku ke tempat yang bisa membuat mu melupakan stress mu itu," dia hanya tersenyum menanggapi perkataan ku.

"Ayo turun," kami turun lalu berjalan masuk ke mini market.

Dia mengambil keranjang kemudian berjalan ke rak makanan ringan. Aku hanya mengikuti nya dalam diam. Dia kemudian mengambil beberapa makanan juga minuman ringan. Sebenarnya apa yang terjadi disini?

"Kau ingin sesuatu?" Aku memicingkan mata ku saat menatapnya. Penasaran apa yang sedang dilakukan nya. Aku mengambil sekotak Pocky rasa stroberi kemudian memasukkannya ke dalam keranjang.

"Hanya itu?"

"Hemm," dia terkekeh geli saat mendengar jawaban ku.

Aku menunggu dia membayar belanjaannya kemudian kami keluar dari mini market. Masih berjalan di belakangnya. Sungguh, aku sangat kesal pada nya.

"Jadi, kau hanya meminta ku untuk menemani mu belanja?" Aku bertanya dengan ketus saat kita sudah di dalam mobil.

"Sudah ku bilang, tunggu dan lihat saja," aku mendengus pelan saat dia lagi-lagi tersenyum geli.

"Sekarang, pakai ini." Dia mengeluarkan sapu tangan dari saku celana nya kemudian meminta ku untuk berbalik. Lalu dia menutup mata ku dengan sapu tangan itu.

"Apa sekarang kau tiba-tiba berubah jadi pria romantis?" Tanya ku retoris. Dia tertawa saat mendengar pertanyaan kau. Dia sangat menyebalkan. Aku tidak suka seperti ini. Jantung ku jadi berdetak dengan keras dan aku jadi berpikir yang tidak-tidak. Aku berpikir, apa mungkin dia akan menyatakan cinta nya pada ku?

"Sebenarnya ada apa ini? Ide macam apa yang ada di pikiran mu?" Sekali lagi aku mendengarnya tertawa, membuat ku mengerucutkan bibir ku.

Cup.

Past and Present - Tahap RevisiWhere stories live. Discover now