Ferdinand's View
"Nah, sekarang coba jelaskan apa yang kau lakukan di Point Vince semalam?"
Aku menyatukan kedua tangan ku di atas meja dan menatapnya dalam. Gadis itu hanya menunduk dan mengulum bibir bawahnya. Aku tahu dia gugup. Dan aku suka saat dia mengulum bibir bawahnya. Dia terlihat seperti anak kecil yang ketahuan mencuri kue ibu nya. Sangat menggemaskan.
"Umm, aku kemarin hanya me-"
"Pandang aku saat kau berbicara Alexis." Aku menyeringai saat dia dengan mudahnya menuruti perkataan ku.
"Jadi, kemarin aku hanya menemani teman ku. Kau lihat kan? Wanita berambut merah seperti api itu?"
"Ada apa dengan teman mu?"
"Well, Wanda se-"
"Wait, that girl is Wanda?" Aku tidak percaya ini. Gadis kurus, mungil dan sangat jahil itu berubah menjadi gadis seksi dan menawan? What the hell have happened with this girls? Kenapa mereka bisa berbeda jauh dengan masa remaja mereka? Ugh, puberty.
"Yeah. Bisa tidak kau berhenti menyela ku? I'm trying to explain something here."
"Sorry,"
"Jadi Wanda sedang bersedih karena laki-laki yang dia suka menikah dengan gadis lain. She was stressed, dia meminta ku untuk menemani nya kemarin. Yah, begitu lah. Sudah kan?"
"Apa kau juga minum kemarin?" Mata ku menyipit memandang nya. Awas saja jika dia memang minum.
"Yeaaah, tapi hanya sedikit."
"Jangan ulangi lagi." Aku berdiri dan berjalan ke tempat dia duduk. Memutar kursinya untuk menghadap ku. Aku meletakkan kedua tangan ku di lengan samping kanan dan kiri kursi. Mengurungnya. Kemudian menatapnya tajam.
"Mengapa? Apa salah nya? Aku sudah dua puluh lima tahun. Aku sudah boleh minum."
"Bukan hanya itu sayang,"
"Lalu?"
"Aku tidak ingin kau berada di tempat seperti itu lagi."
"Mengapa?"
"Aku tidak ingin ada yang menyentuhmu seperti ini," aku menyentuh leher nya dan menariknya mendekat.
"Lalu mencium mu seperti ini," bibir ku bertemu dengan bibir nya. Aku mencium bibir nya dengan lembut. Kemudian dia mulai membalas. Ciuman lembut berubah menjadi liar dan menuntut saat kami saling melumat dengan kasar. Lidah ku masuk ke rongga mulutnya dan menececap setiap bagian di dalamnya. Lidah nya mulai bertemu dengan lidah ku dan kami saling melumat lidah masing-masing.
Tangan ku yang lain menariknya untuk berdiri dan mendekat pada ku. Tangan ku bergerak turun merengkuh pinggang nya hingga tubuhnya menempel pada tubuh ku. Aku bahkan bisa merasakan bulatan di dadanya menyentuh dada ku yang bidang.
"Enghh," sial. Aku tidak tahan lagi saat dia mulai mengerang.
Tangan ku naik ke dada nya dan meremas salah satu bulatan itu dengan lembut dari luar kemejanya. Kedua tangan nya menarik lembut rambut ku. Bibir ku kemudian berpindah ke leher nya. Mengecup, menyesap kemudian menggigit nya dengan lembut. Begitu terus sampai entah sudah berapa kiss mark yang aku buat di leher nya. Sial, kulitnya sangat lembut. Rasanya aku ingin merobek kemeja juga rok nya lalu bercinta dengan keras. Ah, shit. Aku mulai menegang hanya dengan memikirkannya.
"What the fuck?!" Aku mengumpat saat tubuh Alexis di tarik dengan paksa untuk menjauhi aku.
"Kau?! Stay away from him! You bitch!"

YOU ARE READING
Past and Present - Tahap Revisi
RomanceLelucon macam apa ini, Tuhan? Kenapa setelah delapan tahun, Kau kembali mempertemukan kami? Kenapa disaat aku mulai melupakan dia? Dia masih sama, bahkan bertambah tampan. Dengan bahunya yang tegap dan dadanya yang bidang. Dia masih sama. Suka seka...