Happy reading...
Hai readers, namaku Elena Cruz, aku gadis berumur 17 tahun. Aku kuliah di semester satu jurusan Akutansi, di usiaku yang muda ini aku berhasil menjadi siswa terbaik di sekolahku. Aku gadis yang pintar dan kurang suka bergaul kecuali dengan buku-bukuku ini. Aku kuliah Di Ford University dengan beasiswa. Ini hari pertama kuliahku dimana saat ospek aku tak ikut karena sakit, jadi aku benar-benar blank masuk universitas ini.
Aku melangkah menuju papan pengumuman dimana namaku akan tertera disana, menujukkan kelas dan jadwal kuliahku. Aku segera mencatatnya dan mencari kelasku yang 10 menit lagi akan di mulai.
Aku setengah berlari menyusuri koridor kampus mencati kelasku, sesekali aku bertanya namun jawabannya hanya tatapan aneh kepadaku. Entahlah aku fikir ini sekolah elite tapi berisikan orang difabel semua, aku segera ke lantai dua siapa tahu kelasku ada disana.
Akhirnya aku menemukan kelasku dan aku segera masuk kelas. Aku duduk di bangku paling depan karena rata-rata bangku di depan kosong. Apa lagi dekat meja dosen, tapi buatku sama saja. Aku duduk dan segera menenangkan nafasku yang masih terengah-engah. Aku tak menyadari ada pria di sampingku yang memperhatikan, aku mulai merasa aneh dan menatap ke arah pria tersebut. Cukup tampan, matanya biru, rambutnya berwarna pirang dan halisnya tebal dengan tekstur wajah yang keras khas cowok ganteng.
Aku tertegun melihatnya. "Tidak bisa kah kau berhenti menatapku seperti itu?" tanya lelaki itu membuyarkan lamunanku. "Emh... maaf" ucapku sambil kembali fokus ke tas yang ada di atas mejaku. Aku merasa malu kenapa aku bersikap tak sopan seperti itu? Tapi benar pria itu sangat memukau, mungkin dia adalah kumbang kampus disini dan dia juga bukannya dsri tadi memperhatikanku terus? Aah apa peduliku, aku harus fokus belajar bukan memikirkan yang tidak-tidak. Aku segera menyiapkan alat tulisku di atas meja dan tak berselang lama dosen pun datang.
Hari ini cukup menjenuhkan, karena dosenku Mr Smith hanya membahas soal dasar dasar akuntansi yang sudah dijelaskan sewaktu aku duduk di bangku SMU. Aku segera berdiri menuju kantin, namun 4 orang wanita menghalangi jalanku, sepertinya mereka sebuah girl band atau entahlah, karena untuk ukuran sekelompok tukang palak mereka tampak seperti orang kaya. "Permisi" ucapku mencoba sopan. namun mereka malah melihatku dengan tatapan sinis. Aku memutar arah dan perempuan berambut ikal merah menarik lenganku "Jadi begini sopan santun murid yang berprestasi dengan beasiswa ditangan?" tukasnya kasar. "Aku mau ke kantin dan ini jalan umum!" ucapku kesal. "Hmm... apa mesti aku kasih pelajaran?" tanya wanita berambut hitam lurus. Aku menghela nafas. "Apa mau kalian?" tanyaku to the point. Mereka berempat malah tertawa, sepertinya mereka sedang berusaha menghibur diri. Aku mengurut pelipisku yang tidak sakit. " Jika tidak ada, aku mau pergi"ucapku sambil berjalan namun si rambut ikal merah merampas tasku, membuka sleting dan mengeluarkan isi tasku dan melemparnya di lantai. Semua isi tasku pun berhamburan "Apa kau sudah gila??" protesku kesal sambil memunguti barangku. Namun mereka malah menendangnya sehingga berpencar menjauhiku. "Aah disini ternyata ada pem-bully-an terhadap mahasiswa..." ucapku datar, mereka menatapku tajam "Apa kau tak suka? Mau lapor ke dekan??" ucap wanita berkulit hitam tajam. "Oke, kalian ambil saja tasku, tak masalah" ucapku santai sambil pergi meninggalkan mereka, mereka tertegun tapi kemudian mengejarku. "Kau kurang ajar sekali" ucap wanita berambut merah ikal itu kesal. "Hey... apa masalahmu?" bentakku kesal membuat nyali mereka menciut. Ya, aku jika sedang ramah sangat manis tapi jika aku marah, setan
pun enggan bertemu denganku. "Baiklah, awas lain kali kau akan kami beri pelajaran!!" tukas mereka sambil pergi meninggalkanku, aku hanya mendengus kesal. Pria tampan bermata biru itu tampak mengawasiku di ujung lorong, bukan nya menolong malah nonton, jerit batinku kesal.Aku pun berjalan menuju kantin, disana pun ternyata banyak genk-genk tak jelas yang menatap kearahku dengan sinis. Ya Tuhan, kampus apa ini gumanku. Ada rasa sesal memilih kuliah disini, aku pikir sekolah elite bakalan lebih elit juga penghuninya. Bukan mahluk barbar yang suka menindas kaum lemah.
Aku pulang dengan berjalan kaki, ya karena insiden tadi. Mereka menyita tasku, aku hanya bisa pasrah semua dompet dan ponselku ada disana. "Tidak lelah berjalan kaki?" tanya seseorang mengagetkanku. Aku menatap netra biru indah itu. "Apa kau mengikutiku?" tudingku. Dia hanya terkekeh memamerkan sederet giginya yang putih dan rapi. "Jangan setengah-setengah jika kau ingin terbebas dari mereka." ucapnya sambil menepak pundakku lalu berjalan menyebrangi jalan. Aku tertegun mendengar ucapannya, aku tahu dia mencoba memberiku semangat. "Thanks.." ucapku setengah berteriak dan pria bermata biru itu cuma mengangkat tangan sebelah kanannya tanpa menoleh. Akhirnya aku sampai ke kontrakanku, kakiku terasa bengkak dan nyeri. Aku segera duduk di sofa dan mengangkat kedua kakiku agar peredaran darahnya lancar dan tak terasa aku pun tertidur.
Raffa Pov
Biasanya jika ada anak baru yang di bully oleh Brenda, Yasmin, Fonda dan Lucy aku tak merasa terganggu. Tapi entahlah aku sedikit tertarik dengan gadis bernama Elena itu, dia tidak begitu cantik dan seksi hanya saja manis dan menarik. Tatapan mata cokelatnya sungguh manis, apa lagi ketika dia tertegun melihatku di kelas. Aku membuyarkan lamunannya tapi dengan santai gadis itu segera menetralkan tubuhnya yang jelas-jelas terkejut karena ulahku. Biasanya anak baru berjenis kelamin wanita itu akan mengejarku tetapi, Elena.berbeda!
Aku mengikuti dia pulang, tadinya aku ingin mengajaknya bareng. Karena aku tahu dia pulang tanpa tas beserta isinya. karena Brenda yang menahannya, tapi dia tampak tenang seperti tidak terjadi apapun. Ya walau dia sedikit melamun sepanjang jalan.
Besoknya gadis itu sungguh bersemangat masuk kuliah, dia sudah datang jam 7 pagi padahal jam kuliah pukul 9. "Hai... "sapa dia sambil berlalu menuju perpustakaan. Sungguh gadis aneh, biasanya kalau gadis pada umumnya akan menggunakan kesempatan ini untuk mendekatiku. Apa lagi gedung kuliah ini begitu lenggang, aku hanya bisa menggaruk kepalaku yang tak gatal dan pergi ke belakang kampus. Elena sungguh sangat menarik perhatianku, aku balik lagi dan segera berjalan menuju perpustakaan. Percuma aku menyepi disini karena isi kepalaku penuh dengan Elena, tapi aku yakin ini bukan cinta Readers... Ini hanya rasa penasaranku saja kepada gadis yang tak biasa!!
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
Save My Life (TAMAT)
RomancePenantian seorang gadis bernama Elena Cruz yang jatuh cinta kepada Raffael Williams Ford seorang pria kaya bertangan dingin yang memiliki kekayaan yang sampai 10 turunan pun takkan habis. Tanpa disangka-sangka Elena mengidap penyakit parah dan membu...