Part 2: Salah Paham

11.2K 627 4
                                    

Jangan lupa komen n vote..

Happy Reading...



Elena Pov

Aku menghela nafas kesal, aku datang pagi pagi ke kampus karena aku sudah bertengkar dengan anak pemilik kontrakan. Aku tahu dia menyukai aku semenjak aku mengontrak di rumahnya, tapi yang benar saja. Dia sudah menikah dan aku tak mau menjadi penyebab hancurnya rumah tangga orang lain.

Aku ingin pindah tapi aku tak punya uang, ke kampus saja aku terpaksa jalan kaki karena uangku untuk sebulan ada di tas yang kemarin girl band itu ambil. Aku sungguh frustasi, namun aku mencoba bersikap tenang dan sabar.

Aku bertemu si netra biru itu di koridor, aku hanya menyapanya. Sebenarnya malas sih cuma untuk sekedar basa basi busuk saja. Karena kemarin dia cukup perhatian walau sebenarnya aku tak butuh nasehat anehnya. Aku memasuki perpustakaan untuk menenangkan pikiran, aku mengambil dua buah buku secara random yang entah apa judulnya, hanya sebagai formalitas. Padahal aku cuma ingin menenangkan diri saja. "Kau pagi-pagi ke kampus hanya untuk membaca itu?"tanya pria itu, aku melihat ke arahnya, secara posisiku tadi menelungkupkan wajahku di meja. "Ya, emang kenapa?" tanyaku malas. Pria itu kembali terkekeh seperti orang gila. Dengan perasaan malas aku melihat buku yang tadi aku ambil. Ya Tuhan, komik Fantastic Four dan yang satunya lagi majalah dewasa. Shit!!

Yang benar saja masa di perpustakaan kampus  seperti ini ada buku sejenis ini. Aku segera menyingkirkannya dari hadapanku dengan wajah merah. "Sebenarnya aku tidak niat baca dan asal mengambil buku di rak sana!" jelasku panjang lebar sambil mengembalikan buku ke tempat semula. Dan pria itu malah mentertawakanku. "Hey itu tidak lucu!" ucapku ketus. Andai aku harimau, ingin sekali aku menerkamnya dan mencabik-cabik isi perutnya.

Aku mendengus kesal dan pergi meninggalkannya, tanpa kusangka dia menarik lenganku "Maaf!" ucapnya sambil menahan tawa "Kau bilang maaf tapi dengan mimik menahan tawa?" protesku kesal "iya" ucapnya sambil menghirup napas panjang dan menatapku intens. "Kau lucu!" ucapnya lagi. "Aku bukan badut tuan" ucapku kesal, dia segera merubah wajahnya menjadi serius. "Panggil aku Raffa" ucapnya "Sungguh tak romantis, to the point ngajak kenalan!" ejekku membalas kelakuannya tadi "Elena!" protesnya, giliran aku yang tertawa melihat netra birunya yang membesar. Dia memberiku sebuah kantung plastik berwarna hitam. "Aku pergi!" ucapnya sambil berlalu meninggalkanku. Aku hanya tertegun sejenak kemudian membuka isi kantung tersebut yang ternyata adalah tasku yang kemarin. Aku tersenyum tipis sambil kembali duduk dan menelungkupkan wajahku.

Aku kembali berjalan kaki menuju kontrakanku, perasaanku sungguh tak enak, aku malas untuk pulang cepat.  Dan benar saja, ada seorang wanita sudah menanti di depan kontrakanku. wanita itu bertubuh tambun. "Elena?" tanya wanita itu sambil melihatku dari ujung kaki sampai ujung kepalaku mengmati dan mengintimidasiku. "ada perlu apa?" responku malas.

PLAKK!!

wanita itu menamparku cukup keras sampai aku sempoyongan. "Apa kau gila??" ucapku setengah sadar, telingaku terasa berdengung. "Kau pelacur, menggoda suami orang. Keluar kau dari kontrakanku, sekarang!!" hardiknya sambil mengeluarkan barang-barangku dan melemparnya ketepi jalan. "Maksudmu apa? Suamimu yang menggangguku. Aku tak tertarik sama sekali dengan pria beristri!" ucapku kesal tapi wanita itu tak menggubris "Hey, aku masih memiliki 17 hari untuk tinggal disini" protesku kesal "Aku tak peduli pelacur!" ucap wanita itu kasar. Aku mencoba menghentikannya namun usahaku sia-sia. You know, tubuhnya seperti gajah dan aku seperti seekor kucing. Aku hanya bisa menangis kesal, dasar pria brengsek. Gara-gara dia aku di usir tanpa alasan!!

Aku pasrah merapihkan baju-bajuku ke dalam koper dan barangku yang lain kedalam tas. Barangku cuma sedikit, aku bukan anak orang kaya yang bisa membeli banyak barang mewah.  Aku mendorong koperku tanpa tujuan, hidupku benar-benar menyedihkan.

Aku sudah tidak memiliki orang tua, mereka tewas karena kecelakaan sewaktu aku berumur 5 tahun dan kakakku berusia 8 tahun. Aku memiliki kakak yang sangat cantik, dia bernama Natalie Cruz. Dia sekarang adalah seorang model, namun dia bukan kakak yang baik. Dia meninggalkanku 3 tahun yang lalu, dia pergi mengejar impiannya. Selama sebulan dia masih memberiku kabar tapi setelah itu dia menghilang,walau terkadang aku mendengar kalau kakakku sudah menjadi model sukses.

Kalian tahu readers kenapa aku tak mencari kakakku? Aku pernah lihat dia di tv, dia berkata kalau dia sebatang kara, tidak memiliki adik dan orang tuanya tewas kecelakaan. Ada rasa sakit dihatiku ini, aku tak pernah di akui olehnya tapi aku berusaha untuk tahu diri, siapa sih aku? Dan siapa dia? Aku berusaha melupakan kakakku, entahlah memang sejak kecil juga kakakku tak pernah menyukai aku sebagai adiknya.

Aku duduk di bangku taman kemudian menangis, dadaku terasa sesak, aku bingung harus kemana,  aku dikota ini sendirian. "Kenapa kau menangis?" tanya seseorang yang aku kenal suaranya, aku menatap pria itu, ah si netra biru. Aku sedikit grogi karena aku yakin keadaanku sekarang tampak kacau. "Kau di usir?" tanya dia lagi sambil memencet mencet tasku. Aku menepis tangannya dari tasku. "Kenapa kau muncul disini?" tanyaku galak sambil menyeka air mataku. "Hey, ini tempat umum. Apa sekarang taman ini menjadi milikmu?" balas dia tajam. Aku hanya cemberut, kesal. Belum beres satu masalah, datang lagi masalah. Aku mengacuhkannya dan kembali menangis.

Cukup lama aku menangis dan dia sepertinya sudah pergi, aku mengangkat wajahku dan membuka mataku. Ya Tuhan, dia sedang duduk disampingku sambil memegang botol air mineral "Sudah nangisnya?" tanya Raffa. Aku mendelik kesal sekaligus malu. Dia menyodorkanku air mineral yang ada di tangannya. "Minumlah, jangan melotot seperti itu padaku!" ucapnya setengah frustasi. Aku tertawa geli. Harusnya aku yang frustasi, kenapa harus dia? Aku meminumnya sampai tandas. Sungguh haus, tenggorokanku terasa kering dan sekarang sungguh nikmat. "Aah... thanks" ucapku sambil meremukan botol air mineral dan melemparnya ke tong sampah dan masuk!!. "Ih.. kau seperti preman!" ucapnya ngeri melihat aku meremukan botol itu dan melemparnya. Aku hanya tertawa "Apa kau sekarang jadi gila?" tanya Raffa, aku tambah terbahak bahak mendengar ucapannya yang tanpa ekspresi. Aku segera menahan tawa dan menarik nafas yang dalam. "Sekali lagi terima kasih" ucapku sambil menyeka air mataku.

Wajahku kembali muram ketika aku teringat penderitaanku sekarang, "Aku butuh tempat tinggal!" ucapku pelan nyaris tak terdengar namun Raffa sepertinya mendengarku. "Bagaimana kalau kau tinggal di apartemenku?" tanya dia dan aku terkejut. "Maksudku, aku punya maid, tapi dia keluar karena anaknya sakit. Jadi bagaimana kalau kau sementara tinggal dan bekerja untukku?" ucapnya panjang lebar. Aku menatap langit, hari mau hujan dan aku tak punya pilihan. "Baiklah" ucapku terpaksa menyetujui.

Bersambung....

Save My Life (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang