Slow update, semoga kalian masih ingat jalan ceritanya.
Happy reading...Raffa Pov
Aku merasa putus asa mencari kemana perginya Elena. Apa aku memilih Deasy saja? Aku menahan diriku untuk menemui cinta pertamaku sampai aku bisa memutuskan seperti apa statusku dengan Elena. Aku membereskan map presentasiku dan mematikan imac-ku. Drett....Drett... ponselku bergetar dan aku segera membukanya
0893473xxxx
Raffa, aku rasa kita harus bicara. Aku menunggu di apartemenmu.
Elena.
Tubuhku menegang, akhirnya Elena menghubungiku. Aku segera memacu mobilku ke apartemenku.
Klik
Aku membuka pintu dan aku melihat Elena sedang mengemasi barangnya. "Hai, apa kabar?" sapaku memcoba menutupi gugupku. "Baik, dan kau?" ucap Elena santai sambil fokus memasukan barangnya ke dalam dus. "Ehmm.. baik.. Kau sudah menemukan tempat tinggalmu?" tanyaku penasaran. "Untuk sementara, ya.." ucapnya sambil mengulaskan senyum tipis di bibirnya yang ranum. "Apartemen Damian.." tebakku dan Elena hanya tersenyum tipis. "Kenapa?" tanyaku tajam. Elena menghentikan aktifitasnya dan menatapku dengan mata cokelatnya. "Aku orang miskin aku tak punya uang untuk menyewa sebuah apartemen. Jadi, aku bekerja pada Damian. Sebagai imbalannya, aku boleh tinggal di apartemennya!" ucapnya datar. "Kau tahu siapa Damian?" tanyaku "Ya, setiap malam dia membawa gadisnya ke apartemenya untuk make out. Dan itu bukan urusanku." tukasnya dingin. "Jadi bagaimana dengan Deasy, mantanmu?" sindir Elena tajam. Aku menghela nafasku. "Entahlah, dia cinta pertamaku, aku berpisah dengannya karena orang tuaku.." ucapku meresapi kata-kataku sendiri. "Kau masih mencintainya?" tanya Elena penasaran. Aku menatap mata cokelatnya dalam."Yess... Masih sama seperti dulu, mungkin lebih..." ucapku, aku tahu perkataanku akan melukai hatinya. Aku bisa melihat dari mimik wajahnya. Walau dia berusaha menutupinya tapi air mata telah bergenang di sudut matanya yang cantik. Elena segera merapihkan barangnya dengan cepat. "Emmh... Raffa, thanks for everything.." ucapnya serak menahan tangis. Dia membalikkan badannya untuk menyeka air matanya, mungkin, lalu kembali membalikkan tubuhnya dan menatap mataku. "Aku rasa semua sudah jelas, aku tak mungkin berada disini. Mungkin kita harus berakhir seperti ini..." ucapnya lirih. Aku hendak mendekatinya namun dia memberiku isyarat untuk tidak mendekat. "Aku pergi..." ucapnya dan dua orang pria masuk ke apartemenku dan membawa barang-barang Elena. "Selamat datang cinta pertamamu dan selamat tinggal cinta pertamaku.." bisiknya lembut membuatku tertegun. Ya, aku pria brengsek yang merebut cinta pertamanya, merebut ciuman pertamanya dan merebut keperawanannya. Ada rasa sakit di hatiku, tapi aku sudah memilih.
Deasy cinta pertamaku.....Elena Pov
Aku berjalan menuju apartemen Damian. "Sudah selesai?" tanya Damian memamerkan tubuh toplessnya hanya menggunakan boxer. "Yes!" ucapku singkat sambil berusaha tersenyum lebar. Damian tiba-tiba memelukku erat seperti mengerti akan kerapuhanku. Aku menangis sejadi jadinya membasahi kulit dadanya dengan air mata dan ingusku. "Seberengsek itukah dia mencampakkanmu?" desis Damian. "Semua sudah berakhir Damian, aku akan membuka lembaran baru. Aku tak mau terpuruk olehnya. Dia sudah bahagia dengan pilihannya dan aku juga berhak bahagia dengan kehidupanku!" ucapku berusaha tabah. Damian mengelus pipiku lembut, "Aku tahu kau gadis yang kuat.." desahnya yang kali ini tak mampu membuatku meremang. "Pacar satu malammu belum kesini?" tanyaku mengalihkan pembicaraan. Damian terkekeh. "Aku sedang bosan.." ucapnya sambil menyenderkan tubuhnya di dinding. "Hmm... perlu mainan baru kah?" godaku dambil menyeka air mataku. Damian menatapku tajam. "Mungkin, aku ingin mencoba merasakan bercinta dengan wanita depresi.." ejeknya membuat mataku melotot dan melemparkan buku ke arahnya. "Kau menyebalkan!!" teriakku. Damian memegang tanganku dengan sigap, takut aku melempar dia dengan kulkas mungkin.... "Lepaskan aku!" teriakku jengkel. Damian memegang tanganku dan menyenderkan tubuhku di dinding, tangannya memerangkapku tubuhnya menghimpitku. Jarak kami hanya beberapa senti saja. "Aku tertarik padamu!" desah Damian. Ya dia selalu berkata seperti itu pada setiap wanita yang mau dia tiduri. Aku selalu mendengar percakapan Damian di ruang tv bersama wanita one night stand-nya. "Kau ingin melupakan Raffael, kenapa kau tak coba berpaling, bermain denganku?" tawarpria bajingan di hadapanku ini, Damian semakin terlihat berengsek sekaligus seksi. Aku menatap mata hijau abunya, sangat indah dan menggairahkan. Aku meneguk salivaku memejamkan mataku, mengumpulkan kekuatan untuk melawan gairah yang dia pancarkan. "Setelah itu?" tanyaku tajam "Setelah itu?" ulangnya tak mengerti. "Setelah meniduriku?" ucapku frustasi. "Semua akan baik baik saja.. tentu saja.." bisiknya "Fuck me..." desahku, lalu Damian melumat bibirku dengan penuh gairah. Aku mendesah merasakan pegangan tangannya semakin erat mencengkram pergelangan tanganku. Damian mencium rahang kemudian leherku dengan lembut. Aku tak peduli jika aku harus menjadi one night stand Damian, yang pasti aku ingin menghilangkan jejak Raffa di tubuhku. Terserah semua orang berfikir aku seperti jalang, yang jelas hatiku sangat terluka dan hancur. "Damianhh.."desahku tak tahan dengan jilatannya di leherku. "Desahkan terus namaku honey.." bisiknya sambil memberi tanda kepemilikan di leherku. Damian melepaskan tanganku dan menarik tubuhku ke atas sofa kemudian menindih tubuhku. Aku menatap netra hijaunya menggelap menatapku dengan seduktif. Aku merasakan kejantanannya di pahaku sudah berdiri dengan sempurna. "Damian.... stop..." pintaku namun Damian tak peduli, dia merobek pakaianku hingga bra hitamku terekspose sempurna di hadapannya. "Stupid Ford..." rutuknya ketika melihat payudaraku yang indah, Damian melepaskan pengait braku dan mengecup lembut puncak payudaraku. Aku menegang, rasa geli menyengat tubuhku. Aku membiarkan Damian menyentuhku menikmati tubuhku, dan mungkin dia benar, aku bisa melupakan Raffael dengan bercinta dengan Damian.
Damian Pov
Aku menatap gundukan kenyal yang begitu sempurna dan pas di tangan dan mulutku. "Stupid Ford!"rutukku menyayangkan kebodohannya melepaskan wanita secantik dan seksi seperti Elena. Aku mengecup puncak payudaranya yang berwarna merah jambu. Aku melumatnya lembut dan memberi tanda kepemilikan diseluruh payudaranya.."Kau milikku..."erangku membuat mata Elena terbuka dan menatapku. "Yes honey. You are mine..." bisikku bergairah sambil memasukan kejantananku yang tak mau lagi aku ajak kompromi. Rasanya sempit dan lezat. Aku mengerang ketika kejantananku tenggelam dalam kewanitaannya yang basah. Aku menatap mata cokelat Elena. "Aku akan membuatmu melupakan Raffael... " bisikku sambil memompa tubuhnya, aku bisa merasakan tubuhnya bergetar hebat mengalami orgasme, dia memelukku erat lalu terkulai lemas. Aku mencabut kejantananku dan mencari paket di laci nakasku. "Apa itu?" tanya Elena bingung. "Kondom, apa Raffa tak pernah menggunakannya?" tanyaku heran. Elena menggeleng. Aku segera memasangnya dan memasukkan kembali kejantananku. Persetan jika Elena sedang hamil, toh kami bercinta menggunakan pengaman. Aku meregangkan tubuhku merasakan klimaks yang begitu hebat. Aku belum pernah merasakan gadis senikmat ini. Aku mengecup kening Elena yang sudah tak berdaya. "Istirahatlah..." bisikku sambil memasang boxerku dilantai dan pergi keluar dari kamar Elena.
Bersambung...
please comment and vote, i'm waiting..thanks for reading...
KAMU SEDANG MEMBACA
Save My Life (TAMAT)
Roman d'amourPenantian seorang gadis bernama Elena Cruz yang jatuh cinta kepada Raffael Williams Ford seorang pria kaya bertangan dingin yang memiliki kekayaan yang sampai 10 turunan pun takkan habis. Tanpa disangka-sangka Elena mengidap penyakit parah dan membu...